Judul: Perilaku Partai Politik: Studi Perilaku Partai Politik dalam Kampanye dan Kecenderungan Pemilih pada Pemilu 2004
Penulis: M. Khoirul Anwar, Vina Salviana Darvina Sudarwo (ed)
Penerbit: UMM Press
Tahun: 2006
Tebal: 260
ISBN: 9797960152
Banyaknya parpol dan capres-cawapres peserta Pemilu 2004, menimbulkan persoalan tersendiri dalam teknis pelaksanaannya. Tidak hanya bagi KPU, parpol, dan capres-cawapres, tetapi terutama juga di kalangan masyarakat pemilih. Bagi masyarakat awam utamanya di pedesaan, untuk menentukan partai, caleg, anggota DPD, dan capres-cawapres mana yang akan dipilih, mereka nampaknya banyak yang belum memiliki pengetahuan yang cukup.
Pemilih Kebingungan
Hal itu menyebabkan banyak yang mengalami kebingungan. Sementara itu, sosialisasi ke tengah masyarakat pemilih tentang tahapan pemilu, teknik pencoblosan, dan juga pentingnya keberadaan mereka sangatlah tidak memadai (Tim Pengabdian kepada Masyarakat FISIP-UMM, 2004). Kelompok masyarakat pemilih yang telah memiliki pengetahuan tentang pemilu dan para pesertanya, kebingungannya lebih tertuju pada apa dan siapa yang harus dipilih. Begitu banyak yang harus dipilih, dan semuanya menjanjikan perbaikan di berbagai sektor kehidupan dalam masyarakat.
Dengan jumlah mayoritas di antara keseluruhan pemilih, dan dari jumlah itu sebagian besar adalah massa mengambang dengan berbagai keawamannya, maka wajar jika pemilih pedesaan menjadi rebutan yang cukup sengit dalam perebutan suara antarkontestan pemilu. Berdasarkan uraian tersebut, persoalan yang menarik untuk dikaji adalah bagaimana perilaku politik partai dan calon presiden dalam menarik simpati dan mempengaruhi calon pemilih, serta faktor apa saja yang menentukan perilaku memilih bagi masyarakat di pedesaan.
Perilaku Politik
Krishno Hadi dalam salah satu tulisannya di buku ini (Perilaku Politik dan Pemilu 2004) mengatakan bahwa sejak kemerdekaannya, bangsa Indonesia sudah sembilan kali mengadakan pemilihan umum (pemilu). Pemilu pertama diadakan pada tahun 1955, kemudian enam kali pemilu pada masa Orde Baru, sekali di masa transisi (1999), dan pemilu terakhir pada tahun 2004. Banyak kalangan menyatakan bahwa pemilu 2004 merupakan lompatan demokrasi yang luar biasa, apalagi diikuti dengan perubahan mendasar pada bangunan sistem politik kita sebagai konsekuensi dari amandemen terhadap UUD 1945. Salah satunya adalah pemilihan presiden langsung; suatu keajaiban demokrasi (miracle of democracy) telah terjadi setelah 32 tahun hidup dalam sistem politik yang otoriter.
Menurut Krishno Hadi, belum banyak dari kalangan pemerhati politik Indonesia yang melakukan kajian intensif terhadap perilaku memilih. Kebanyakan, dalam mempelajari partai politik dan pemilu lebih banyak memfokuskan pada proses pelaksanaan pemilu, karakteristik pendukung parpol, serta kemungkinan perolehan suara dari masing-masing parpol,
Leave a Reply