Isu hadirnya robot untuk menggantikan pekerjaan manusia menjadi momok serius bagi banyak pihak. Hal tersebut yang kemudian menjadikan Revolusi Industri 4.0 sebagai ketakutan baru bagi beberapa elemen masyarakat sejak 2019 lalu hingga kini. Mayoritas masyarakat memahami Revolusi Industri dari “konon katanya” saja, tanpa tahu bagaimana istilah itu hadir di dunia dan menjadi concern banyak kalangan.
Dalang Lahirnya Revolusi Industri
Genap 12 tahun yang lalu Jerman menjadi tuan rumah dalam pergelatan yang bertajuk Hannover Trade Fair. Acara yang mempertemukan para ahli dari berbagai disiplin ilmu di dunia itu, membahas tentang pembaruan multisektor untuk mengatasi proses produksi dalam industri agar berkembang menyesuaikan perubahan zaman. Untuk merespon kegelisahan perwakilan ahli dari penjuru dunia tersebut, pemerintah Jerman kemudian membentuk tim khusus untuk menjawab kebutuhan dunia tersebut.
Kemudian pada 2011, Revolusi Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh German Industry Science Research Alliance. Dengan ditandai adanya Revolusi Digital yang menyatukan otomatisasi dan cyber, Revolusi Industri 4.0 mulai merambah ke seluruh dunia hingga saat ini. Dengan tujuan besar untuk memudahkan pekerjaan manusia, para pelaku industri dengan leluasa mengizinkan komputer untuk terus terkoneksi dan berkomunikasi hingga mengambil sebuah keputusan tanpa adanya campur tangan dari manusia.
Making Indonesia 4.0 dan Mimpi Besar Menyongsong 100 Tahun Kemerdekaan
Kementrian Perindustrian adalah pihak penting dalam keberlangsungan Revolusi 4.0 di tanah air. Oleh karena itu, mereka menyusun “Making Indonesia 4.0” sebagai peta jalan untuk merealisasikan rancangan tersebut. Dalam pelaksanaannya, peta jalan ini membutuhkan support dari berbagai elemen seperti pemegang kebijakan, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi hingga lembaga riset dan pendidikan.
Dengan saling bergandeng tangan diharapkan fokus utama untuk mempersiapkan tenaga kerja yang andal, kreatif dan memiliki keahlian khusus dalam penguasaan teknologi bisa direalisasikan. Fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia bertumpu pada lima industri diantaranya industri makanan dan minuman, tekstil, automotif, elektronik dan kimia. Dilansir dari berbagai kanal berita, Presiden Jokowi menganggap lima industri tersebut bisa menjadi tumpuan untuk meningkatkan perekonomian nasional dalam rangka merayakan Indonesia Emas 2045.
Jika 2023 Terjadi Resesi, Apakah Menjadi Babak Akhir Making Indonesia 4.0?
Sikap optimis pemerintah terhadap implementasi Revolusi 4.0 agar terakselerasi dengan visi Indonesia Emas 2045 memang harus diacungi jempol. Hal tersebut dibuktikan dengan ungkapan Menteri Perindustrian Airlangga pada 2018 lalu. Ia berharap agar peta jalan (Making Indonesia 4.0) yang telah dibuat mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Jika hal tersebut berhasil, Indonesia bisa menjadi kontributor PDB terbesar di dunia.
Meski diterpa pandemi selama 2 tahun, pemerintah masih cukup optimis dengan kondisi ekonomi nasional yang diharapkan mengalami peningkatan. Hal tersebut didasari oleh kemampuan para pelaku UMKM yang mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak. Melalui program Startup4Industry, Kemenparin memberikan solusi teknologi dari tech startup untuk mendukung Making Indonesia 4.0. Salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah mengimplementasikan teknologi bagi pelaku UMKM.
Semakin banyaknya pelaku UMKM yang mampu beralih ke teknologi, tentu hal ini menjadi secercah cahaya atas isu resesi yang akan melanda dunia di tahun ini. Dengan berpedoman pada empat pilar (library tech provider, ekosistem solusi teknologi, teknologi link, akselerasi program), Kemenparin optimis untuk berkontribusi bagi kemajuan industri melalui industri kecil dan menengah. Sejarah mencatat, peran industri kecil dan menengah begitu signifikan dalam mengatasi krisis moneter 1998 silam. Selain itu, kemampuannya dalam melewati masa-masa sulit pandemi covid-19 juga menjadi angin segar bahwa pelaku usaha kecil dan menengah menjadi benteng pertahanan kedaulatan ekonomi nasional. Sehingga kekhawatiran resesi 2023 bisa teratasi dengan baik. [riza]
Bahan Bacaan
Humas Fakultas Ekonomi dan Bisnis, (2019). Revolusi Industri 4.0 Menjadi Booming. Bahaya Ataukah Menggembirakan?. Fakultas Ekonomi dan Bisnis: Universitas Ahmad Dahlan.
Siaran Pers, (2018). Making Indonesia 4.0: Strategi RI Masuki Revolusi Industri Ke-4. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Sulastri, (2022). Peran Penting UMKM Dalam Ancaman Isu Resesi. Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Leave a Reply