Sebagai salah satu kabupaten yang merentang di wilayah pantura, Lamongan memang terkenal dengan kulinernya yang yummy. Entahlah, tangan orang Lamongan seperti punya magis ketika menghasilkan makanan atau minuman. Kiranya tak perlu terlalu merinci serangkaian novum untuk membenarkan sintesa tersebut. Toh diseluruh penjuru negeri nama Lamongan selalu berada tepat di belakang nama makanan.
Beberapa kuliner yang terkenal dari Lamongan adalah Soto Ayam Lamongan, Sego Boran, hingga tahu campur atau pecel lele Lamongan. Kecuali sego boran, makanan-makanan tersebut kini sudah menduduki top chart pertarungan kuliner nusantara bersama Nasi Padang dan Sate Madura.
(Baca juga: Nasi Boran Lamongan yang tidak bisa dibuat sembarang orang)
Selain makanan, kuliner minuman asal Lamongan juga memiliki rasa yang tidak kalah nikmatnya. Es Dawet Batil misalnya. Mendengar nama tersebut, sudah sepantasnya Anda sedikit kaget dan was-was. Konotasi negatif tentu saja seketika hinggap di pikiran manakala mendengar kata batil yang mirip dengan jelek, buruk, atau jahat.
Es Dawet Batil adalah minuman khas yang mungkin hanya akan Anda temui di Lamongan. Mengapa seperti itu? Sejak lama, saya pribadi pernah bertanya pada orang-orang di luar Lamongan. Dan hampir 99,99% mereka tiada mengetahui siapa dan apa es dawet batil. Jangankan warga luar, warga Lamongan di bagian selatan juga banyak yang asing dengan kuliner tersebut.

Kue batil sendiri terbuat dari tepung terigu yang dimasak dan dicampur dengan tape. Bentuknya kenyal mirip kue apem dan rasanya bercampur antara manis, asam dan kecut. Harmonisasi kue batil kemudian disajikan bersama dawet dan beberapa campuran lainnya agar semakin memperkuat kenikmatan rasa.
Libur long weekend kemarin membawa saya kembali ke kampung halaman. Mumpung di Lamongan, saya sempatkan mampir di warung Bu Bayinah, salah satu penjual es dawet batil yang tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah. Warung tersebut kini dikelola oleh Bu Ifa (anak Bu Bayinah). Sayangnya saya lupa tidak membawa kamera. Jadi kemungkinan foto yang ada di tulisan ini didapat dari searching di Mbah Google.

Warung Bu Bayinah berada di Desa Bulubrangsi, Kecamatan Laren, atau sekitar 1 jam dari pusat Kabupaten Lamongan dan dari WBL. Cukup jauh memang dari pusat keramaian.
Warung ini sudah berdiri sekitar 20 tahun. Menurut penuturan yang bersangkutan, awalnya bisnis jualan dawet yang digelutinya hanya menjual dawet biasa macam cendol, roti, dan tape. Jualannya tersebut nampak layu dan tidak berkembang, kemudian Bu Bayinah mencoba menawarkan batil sebagai salah satu isi es dawet campur. Sejak itulah, warung yang terletak dibawah rindangnya barongan (Pohon bambu) tersebut kian ramai pengunjung.
Komposisi satu mangkok yang dihidangkan Bu Ifa sangat beragam. Selain kue batil yang diiris kecil-kecil, ada pula campuran cendol dan roti sebagai pelengkap. Dengan tambahan santan, es batu dan gula aren, semangkuk es dawet batil terlihat begitu menggoda bak goyangan maut duo dribble.

Bu Ifa menjelaskan bahwa warung yang buka mulai jam 8 pagi hingga 4 sore ini tidak pernah sepi pelanggan. Dalam satu hari, ia bisa menjual ratusan mangkok es dawet batil. Pengunjungnya juga beragam dan dari berbagai desa, meski masih dalam batas wilayah Kabupaten Lamongan. Satu mangkok es dawet batil dipatok harga Rp. 3000. Maka nikmat manalagi yang kau dustakan, Wahai orang yang suka jajan?
Selain warung tersebut, sepemahaman saya, ada lagi penjual es dawet batil di daerah Kecamatan Karanggeneng dan Kecamatan Solokuro. Namun, untuk urusan sejarah, Bu Bayinah boleh sedikit jumawa karena es dawet batil buatannya lebih tua dan lebih dikenal daripada yang lainnya. Rasa es dawet Bu Bayinah juga berbeda dengan kedua tempat tersebut. Rasanya lebih segar dan nikmat di sekujur tubuh.
Saya sendiri pernah mencoba es dawet batil beberapa kali di daerah Karanggeneng. Dan benar pula bahwa es dawet batil milik Bu Bayinah lebih unggul secara rasa dan komposisi dibandingkan dengan di tempat tersebut.

Untuk yang di Solokuro, saya hanya pernah mendengar tanpa mencoba. Selain letaknya yang agak jauh dari rumah. Saya takut nantinya disangka anggota jaringan penegak khilafah. Maklum saja, nama-nama beken macam Amrozi hingga Imam Samudera berasal dari wilayah tersebut.
(Artikel lainnya: Menikmati Secangkir Kopi Mbah Ito)
Jika Anda berkesempatan sedang berlibur atau menikmati beberapa waktu di Lamongan, sudah sepantasnya anda mencoba kuliner yang satu ini. Selain kesegaran dan kenikmatan, sensasi kerinduan dan dag-dig-dug selayaknya bertemu gadis idaman akan muncul di pikiran anda.
Bagaimana bisa?
Bisa saja. Toh ini pendapat pribadi.