“Buku adalah jendela dunia,” itulah pepaptah mengatakan. Dengan buku orang bisa menjelajah nusantara bahkan dunia, karena di dalam buku terdapat berbagai macam pengetahuan. Tanpa beranjak pun orang akan mengetahui sisi dunia yang lain hanya dengan membaca. Dengan membaca buku dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, orang akan mendapatkan pencerahan yang bisa digunakan pedoman seseorang untuk mengambil keputusan.
World book atau hari buku sedunia senantiasa diperingati setiap 23 April. Mengapa hari itu diperingati sebagai hari buku dunia? Menurut Asep Sulaiman Ghozi ditemui usai diskusi memperingati hari buku di Radio Tidar Sakti menjelaskan bahwa, peringatan ini mengambil momen pada hari wafatnya William Shakespeare dan Miguel de Cervantes pada 1616. Selain itu 23 April juga sebagai hari lahirnya William Shakespeare pada 1564. Untuk mengenang mereka berdua, UNESCO pada pada 23 April 1995 saat konferensi umum di Kota Paris menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Buku Sedunia. Karena UNESCO menganggap kedua orang tersebut memiliki jasa dalam bidangnya.
Lebih lanjut, peserta Sekolah Demokrasi ini menjelaskan bahwa semangat William Shakespeare dan Miguel de Cervantes perlu diteladani. Menurutnya, peringatan seperti ini akan menjadi gerakan kampanye mengembalikan kesadaran masyarakat Kota Batu gemar membaca dan menulis. Para pelajar hari ini yang sudah mulai minim kesadarannya untuk membaca. “Jangankan membaca karya sastra seperti novel dan cerpen, buku pelajaran saja jarang di jamah. Kalau demikian, bagaimana mereka akan menguasai materi pelajaran. Wong dibaca saja tidak pernah,” lanjutnya sambil terkekeh.
Perlu Diciptakan Ruang
Menanggapi minimnya minat baca pada siswa ini menurut Retno harus ada gerakan terpadu antara pemerintah, sekolah, orang tua dan masyarakat. Aktivis Suara Perempuan Desa ini menambahkan bahwa selama ini tidak ada keselarasan antar elemen tersebut. Selain itu juga tidak ada ruang yang membuat siswa terdorong untuk membaca. Menurutnya ruang itu harus dibentuk di sekolah. Misalnya siswa harus membuat karya tulis baik berupa novel, cerpen maupun puisi atau sekedar biografi siswa untuk syarat kenaikan kelas.
Hasil karya itu dibukukan dengan cover serta ilustrasi menarik, kemudian dipamerkan saat kenaikan kelas di awal tahun ke dua. Karya terbaik diberi penghargaan dan akan dibedah dalam acara bedah buku karya siswa. Setelah itu di pajang di perpustakaan sebagai aset perpustakaan yang dipinjamkan kembali pada siswa. Kegiatan ini akan mendorong siswa yang lain untuk menulis dan membaca karya-karya yang lainnya. Selain itu semua siswa akan bersemangat melihat karyanya menjadi kelengkapan khazanah perpustakaan sekolah.
Sementara Ulul Azmi, selaku tokoh masyarakat Kota Batu melihat bahwa pemerintah seharusnya memiliki peranan penting dalam menciptakan iklim baca di Kota Batu. Kantor perpustakaan, kearsipan dan dokumentasi menjadi salah satu amanat Perda Nomor 4, 5, 6, 7 dan 8 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Batu. Menurutnya, Pemerintah Kota Batu tidak begitu serius menjalankan amanat undang-undang tersebut. Pemerintah Kota Batu lebih senang mempercantik diri dengan membangun alun-alunnya daripada membangun perpustakaan.
Peserta Sekolah Demokrasi ini menegaskan bahwa pemerintah harus memprioritaskan pembangunan gedung perpustakaan kota di tempat strategis. Pemerintah Kota Batu juga bisa mengkombinasikan antara Perpustakaan Kota Batu dengan keberadaan alun-alun. Perpustakaan yang representatif dan berwawasan pariwisata serta dipadu dengan keindahan taman alun-alun akan menjadi daya tarik dan objek wisata baru.
Leave a Reply