BATU – Minimnya peran partai politik (parpol) untuk ikut serta melakukan pendidikan politik bagi masyarakat diakui sebagian besar kalangan parpol yang ada di Kota Batu. Aktivitas parpol selama ini dirasa hanya terjebak dalam rutinitas lima tahunan ketika ada perhelatan pemilihan umum saja. Ketika tidak ada pemilihan umum maka kerja partai politik tidak ada alias ’’nganggur’’.
’’Harus diakui memang hampir semua partai politik mengalami hal itu. Ketika selesai pemilu ya sudah semuanya selesai. Baru ada aktivitas lagi menjelang pemilu yang akan datang,’’ kata Aditya Lindu Purbajati Wakil Sekretaris DPC PKB Kota Batu dalam acara Rembug-an Demokrasi yang diselenggarakan KPU Kota Batu dan Averroes Community Senin Malam (28/02) di halaman Kantor KPU Kota Batu. Dari pantauan avepress.com nampak hadir dalam Rembug-an Demokrasi Walikota Batu Edy Rumpoko, Ketua KPU Jatim Andri Dewanto Ahmad serta berbagai elemen parpol Kota Batu.
Andri berharap partai politik di Kota Batu dapat memperkuat kelembagaan partai agar dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur aspirasi rakyat dengan baik. Selama ini menurut dia, masyarakat masih mengalami kesulitan untuk menyampaikan berbagai permasalahan yang dialaminya kepada stakeholder partai sebab struktur partai tidak sampai ke bawah.’’Di tingkat desa misalnya, hampir tidak ada partai yang memiliki struktur sampai di sana. Padahal kepengurusan partai hingga ranting itu diperlukan agar masyarakat yang ada di desa tidak jauh-jauh ke kota untuk menyampaikan uneg-unegnya,’’ papar Andri.
Ditambahkannya, proses rekruitmen kader partai harus melalui mekanisme yang jelas. Dia mencontohkan seperti melalui pelatihan kader partai. Dengan begitu menurut Andri proses ideologisasi partai akan terus berjalan.’’Ideologi itu terus dapat ditransfer ke masyarakat. Ini memang sulit, namun patut dicoba. Saya yakin dengan ini money politik dalam pemilu akan lebih berkurang. Sebab masyarakat memilih partai berdasarkan ideologinya, bukan uang,’’ tegas mantan ketua KPU Kabupaten Malang itu.
Di tempat yang sama pengamat politik Universitas Muhammadiyah Malang Wahyudi mengakui bila parpol di Indonesia memang masih sulit menjalankan fungsinya dengan baik. Menurut dia, proses transaksional dalam pemilu di Indonesia masih sulit untuk dihindarkan.’’Bahkan saya pernah menjadi pelaku sejarahnya. Saya pernah diminta tolong untuk mengumpulkan ibu-ibu untuk kampanye salah satu calon legislatif. Katanya ibu-ibu itu mau diberi beras. Oleh sebab itu sinergitas antara pemerintah daerah, kalangan LSM dan partai untuk ikut melakukan pendidikan politik bagi masyarakat itu penting,’’ katanya.
Leave a Reply