Judul: Kasih Itu Pembebasan (Renungan bagi Kaum Beriman untuk Membela Kaum Lemah)
Penulis : Benny Susetyo, Pr
Penerbit: Yayasan Pustaka Nusatama, April, 2003
Tebal: 100 hlm
ISBN: 9789797190774
Bagaikan mimpi buruk tentunya, ketika di masa orde baru kita dininabobokkan dengan kebanggaan sebagai bangsa yang religius ternyata yang kita dapati sekarang adalah berbagai hal yang seharusnya tidak patut dilakukan oleh orang-orang beriman. Berbagai perilaku yang melanggar hak orang lain kita lakukan layaknya sebuah kewajaran.
Penyakit-penyakit sosial yang menggerogoti bangsa ini seperti korupsi, kolusi, nepotisme begitu marak dan begitu sering kita bicarakan seolah-olah itu semua sudah menjadi bagian dari diri kita sampai kita lupa kalau kita adalah bagaian dari korupsi, kolusi, nepotisme itu sendiri.
Dalam keadaan yang tidak menentu dan krisis kepercayaan seperti sekarang ini, kita harus sesegera mungkin melakukan perubahan kearah yang lebih baik tentunya dengan berupaya untuk melakukan evaluasi terhadap diri kita khususnya sebagai orang beriman agar dapat mendorong terwujudnya bangsa yang religius.
Refleksi Seputar Keseharian
Buku ini adalah usaha-usaha refleksi seputar keseharian dalam hidup. Dalam buku ini kita akan diajak untuk mengevaluasi diri kita dalam bersikap, baik sebagai seorang pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat bernegara.
Dengan tidak melepaskan baju sebagai seorang imam, Romo Benny berusaha mengajak kita kembali kepada penciptaan awali kita sebagai manusia. Di tengah-tengah kehidupan yang begitu materialistis ini. Tentu saja usaha-usaha untuk berbagi kasih bukanlah usaha yang mudah. Bukankah sistem yang ada dalam kehidupan kita adalah sistem di mana kita saling berebut, menyikut, dan berusaha memanfaatkan orang lain dengan cara-cara yang licik untuk memenuhi ambisi pribadi.
Zaman wis edan sing ora edan ora keduman. Begitulah ungkapan seorang sastrawan yang hidup beratus-ratus tahun yang lalu. Untuk bisa hidup dengan segala kehormatan sekarang ini sepertinya memaksa kita untuk berbuat atau melakukan berbagai hal-hal yang mengingkari hati nurani kita. Sebagai orang beriman tentu saja kita akan merasa tersiksa dengan berbagai hal yang merugikan orang lain dipandang sebagai kewajaran.
Di sinilah nampak kegelisahan penulis yang juga seorang rohaniawan terhadap berbagai prilaku yang merugikan orang lain, lebih-lebih itu bila dilakukan oleh seorang pemimpin, karena begitu banyaknya orang yang menderita kalau seorang pemimpin melakukan tindakan yang tidak sepatutnya bagi masyarakat yang menempatkannya sebagai seorang terhormat.
Namun dalam buku ini kita akan diajak kembali untuk membangkitkan kembali nilai-nilai mulia yang selama ini diajarkan Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan disertai keimanan, ajaran-ajaran mulia tersebut menjadi keharusan pilihan yang tidak bisa untuk ditawar lagi untuk diwujudkan dalam berprilaku baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. Di sinilah keimanan kita menuntut tanggung jawab kita untuk memberikan kesaksian terhadap berbagai hal yang menjadi tabir untuk terwujudnya kebenaran (hal. 72).
Hidup memang terus berjalan, demikian juga kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan dusta. Meskipun kejahatan hampir tiap hari terjadi, tetapi usaha untuk melawan berbagai bentuk kejahatan juga tak pernah mati, semua itu memang menjadi prasyarat bagi siapa saja yang hidup di dunia ini.
Berangkat dari sinilah penulis buku Kasih itu Pembebasan ingin mengajak kita untuk mampu merefleksikan kembali apa-apa yang pernah terjadi dan untuk memberi spirit kasih untuk melawan berbagai bentuk kejahatan, penindasan, pembodohan di mana semuanya itu adalah usaha untuk menjauhkan kita sebagai orang yang beriman dengan yang kita imani. Lewat mewujudkan kasih kepada sesama inilah kaum beriman memperoleh identitasnya.
Leave a Reply