Masakan dengan cita rasa pedas sedang menjadi trend bagi warga Kota Malang, itulah yang menginspirasi Miftah untuk membuka usaha kuliner sambal bawang dengan cita rasa pedas menghentak.
Malam itu Kelurahan Ketawang Gede, Kota Malang masih ramai lalu lalang mahasiswa pulang dari kampus. Sepanjang jalan Kertoraharjo warung-warung milik warga sekitar masih ramai dikunjungi pelanggan masing-masing. Satu diantara sekian warung terlihat menonjol. Bukan hanya karena cerahnya cahaya lampu dan komposisi cat dinding yang mencolok warna biru mudanya tapi juga karena pengunjung yang begitu ramai, antri hingga meluber ke teras. Tepat di perempatan pertama Jalan Kertoraharjo, Kedai tersebut bernama Ayam Geprak Sambal Bawang.
Dari balik tembok pemisah ruang utama kedai dan dapur, muncul sosok pemuda dengan senyum manisnya sambil mengulurkan jabat tangan. “Selamat datang di Kedai Ayam Geprak Sambal Bawang,” Sambutnya kepada Jelajah Budaya. Dia adalah Ahmad Miftakhul Khoiri pemilik Kedai sekaligus perusahaan Pawon Remaja.
Pria kelahiran Tuban, 17 September 1991 tersebut mengawali belajar wirausaha sejak kelas 5 Sekolah Dasar. Berbagai jenis usaha telah ia lakoni, mulai dari menjual ikan hias, karet gelang dan berbagai mainan anak-anak lainnya. “Jaman dulu pokoke jualan seng lagi trend diminati anak-anak di daerahku. Pernah juga nyoba jualan snack di rumah, soale seneng wae iso jupuk jajan tapi ora usah bayar minongko untunge,” Paparnya sambil terkekeh.
Pada awal masa kuliahnya di Malang, Miftah menjajaki berbagai usaha perdagangan seperti berjualan batik dan kaos. Usaha pertamanya di Malang tersebut tak membuahkan hasil. Setelah itu ia mencoba mencari ide usaha lainnya. ”Jual kaos gak prospek, gak ada kelanjutan. Akhire buka cafe jualan nasi lemon. Setahun jualan ternyta hasile gak sesuai harapan. Waktu itu jualan rasanya melelahkan banget, terus-terusan rugi pula,” Paparnya sambil mengingat masa kelam proses belajar berwirausaha.
Ide membuka kedai dengan menu sambal bawang bermula ketika di akhir masa kuliahnya, ia tak punya uang untuk membeli makanan pada acara seminar proposal skripsinya. Ia mencoba memasak sendiri dengan menu ayam geprak sambal bawang. Banyak yang mengapresiasi cita rasa masakannya tersebut. Akhirnya, masakan tersebut diikutsertakan dalam event Pekan Mahasiswa Wirausaha (PMW) agar mendapatkan pendanaan. “Awale melu PMW ben oleh duit trus engko duite iso dibagi wae gak usah dodolan. Karena syarat untuk mendapat pendanaan harus ada bukti fisik warungnya, maka saya sewa tempat yang paling murah dengan produk yang paling sederhana ya akhirnya jualan ayam goreng di teras rumah orang,” Papar pria yang akrab disapa Mas Tah-Qu tersebut.
Di usia mudanya Miftah tak lagi menengadahkan tangan kepada orang tuanya, bisa membiayai kuliah secara mandiri. “Awal-awal buka usaha rasanya capek mas. Tapi aku jadi bisa merasakan susahnya cari rejeki. Padahal aku yo gak terobsesi banget dadi wong sugeh tapi kok yo soro men golek duwek iku,” Papar Miftah sambil membersihkan meja yang baru ditinggalkan oleh pelanggannya.
Awalnya, usaha yang didirikan bersama seorang rekannya tersebut tak diniati untuk mendapat keuntungan besar seperti sekarang. Dalam perjalanan usaha yang bermula di teras rumah warga ini ternyata semakin banyak diminati oleh pelanggan akhirnya Miftah memutuskan untuk menyewa sebuah rumah yang cukup luas. Soal permodalan, ia meminjam uang dari teman-temannya. Kini kedai yang memiliki tagline “Kelezatannya Membuat Anda Lupa Bernafas” tersebut telah beromzet sekitar 108 Juta Rupiah per bulan dan memiliki 3 cabang yang tersebar di Kota malang.
edhenk says
Koyoe enak, tapi saya ndak bisa membayangkan enaknya ayam geprak itu seperti apa. Paling tidak gambar packaging ayam bawangnya mana om. Heheh. Tapi apapun itu ini adalah tulisan yang menarik. Terus berkarya anak muda.
Nasrun Annahar says
terimakasih masukannya gus. InsyaAllah saya akan senantiasa berbenah. 🙂