Judul : Stand By Me Doraemon
Sutradara : Takashi Yamazaki dan Ryūichi Yagi
Pemain : Mona Marshall, Wasabi Mizuta, Johnny Yong Bosch
Produksi : Shin Ei Animation dan Fujiko Productions
Tahun : 2014
Setelah hampir 25 tahun mewarnai layar kaca Indonesia. Tibalah pada episode akhir bertajuk “Stand By Me Doraemon”. Film ini mengisahkan perpisahan antara Doraemon dengan Nobita, sahabat sejatinya. Kedua makhluk berbeda jenis ini terpaksa harus berpisah karena waktu dan kesempatan yang tak lagi bersahabat.
Seperti biasa, Nobita dengan segala keluguan dan kebodohannya berulah dan merengek kepada Doraemon. Ia menceritakan bahwa sewaktu bermain di lapangan tadi diganggu oleh Giant dan Suneo. Kedua temannya tersebut memang sering kali usil dan menjahili Nobita. Tak kuat menahan rengekan Nobita, Doraemon akhirnya mengeluarkan alat dari kantong ajaibnya. Nobita pun kembali bergembira dan berniat melakukan balas dendam menggunakan alat tersebut.
Di lain pihak, hubungan Shizuka dengan Dekisugi semakin erat saja. Kedekatan keduanya terlihat dari aktivitas berangkat bersama hingga belajar bareng untuk mengerjakan tugas. Mengetahui hal tersebut, Nobita kembali merengek kepada Doraemon. Ia menangis dan memohon kepada Doraemon agar diberikan alat untuk membantunya agar lebih dekat dengan Shizuka.
Mendengar rengekan dan tangisan Nobita, kali ini Doraemon bersikukuh tidak mau membantu Nobita dengan alat-alat ajaibnya. Ia kemudian menasehati Nobita belajar dengan tekun agar menjadi pintar. Menurut Doraemon, cara tersebut adalah yang paling efektif untuk mendapatkan hati Shizuka. Mendengar penjelasan tersebut, Nobita akhirnya mulai merubah perilaku dan kebiasaannya. Ia lebih giat belajar dengan harapan menjadi pintar dan kelak bisa bersama Doraemon.
Konon, semenjak dahulu sebenarnya Doraemon mengetahui masa depan Nobita dan teman-temannya. Masa depan Nobita ia rahasiakan karena akan menyakitkan jika diceriterakan. Namun, takdir tersebut bisa dirubah jika Nobita mau belajar dan menjadi lebih pintar. Lambat laun, setelah ketekunan Nobita yang mulai terbentuk, Doraemon melihat takdir yang mulai berubah. Ia percaya jika Nobita semakin rajin akan semakin mempererat pula hubungannya dengan Shizuka.
Ketika Nobita mulai giat belajar, masalah baru muncul. Doraemon didatangi oleh seseorang dari masanya untuk memberitahukan bahwa waktunya sudah selesai. Doraemon kaget, campur aduk perasaan yang hinggap di benaknya. Ia akhirnya menceritakan hal tersebut kepada Nobita. Sontak saja Nobita kaget bukan kepalang. Nobita menangis menjerit-jerit, mencoba melarang Doraemon kembali ke asalnya.
Waktu terus berjalan mendekati kepergian Doraemon. Adegan dramatis nan penuh kepedihan tergambar jelas di momen-momen sebelum Doraemon pergi. Tangisan dan kepedihan akan perpisahan dengan sahabat tak mampu dibendung oleh keduanya. Jauh dari lubuk hatinya, Doraemon sebenarnya tak ingin meninggalkan Nobita. Doraemon akhirnya pergi, meninggalkan Nobita sendiri.
Selepas kepergian Doraemon, Nobita lebih banyak melamun. Fokus belajarnya terganggu, aktivitas kesehariannya lebih banyak dihabiskan untuk merenung. Nobita kemudian meminum sebuah ramuan yang dulu pernah diberikan Doraemon kepadanya. Ramuan tersebut mampu membalikkan kebohongan menjadi kebenaran. Karena kesal dengan kepergian Doraemon, ia kemudian mengumpat dengan keras “jika kau mau pergi. Pergi saja!”
Ajaib! Doraemon seketika kembali di hadapan Doraemon. Adegan mengharukan tersaji dari pertemuan kedua sahabat ini. Ramuan yang diminum Nobita sekejap membalikkan umpatannya tadi. Pertemuan keduanya yang mengharukan bak pertemuan Veer dan Zaara di pengadilan.
Film Stand by Me Doraemon dibuat sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Fujiko F. Fujio dan Nobuyuki Fujimoto. Penulis dan penemu karakter Doraemon yang telah meninggal bahkan ketika karya ciptaan mereka sampai kini masih dinikmati di berbagai penjuru dunia. Oleh penerusnya, kolaborasi dua sutradara Takashi Yamazaki dan Ryūichi Yagi film ini dibuat untuk memberikan salam perpisahan bagi semua pencintanya.
Lebih jauh, Stand by Me Doraemon juga memberikan sebuah pelajaran berharga mengenai kehidupan. Menjalani hidup hendaknya dengan kemampuan dan usaha sendiri, bukan menggantungkan kepada orang lain. Usaha yang sungguh-sungguh akan membuahkan hasil yang bagus. Tiada hasil yang mengkhianati proses, katanya. Masa depan adalah hasil dari proses yang kita jalani, bukan buah dari campur tangan orang lain (Ulum, 2015).
Selain itu, pelajaran yang dapat diambil dari film ini adalah tentang hukum kehidupan. Ada merah ada putih, ada baik ada buruk, ada hidup ada mati, dan di setiap pertemuan tak pernah terpisah dari yang namanya perpisahan. Apapun yang kita miliki saat ini suatu saat pasti hilang atau pergi. Entah dalam kondisi baik atau buruk.
Jaga dengan baik apa yang kamu miliki hari ini. Karena tidak ada yang tahu kapan kamu akan kehilangan mereka. Maha benar pertanyaan Mas Gigih Kurniawan mengenai arti sebuah perpisahan. “Jikalau engkau tidak mampu melepaskan ketika semua sudah berakhir, apa kau mampu melepaskan ketika semua masih terasa indah?” Dalam hal ini, lagu Demi Masa milik Raihan dapat dijadikan patokan sekaligus renungan akan arti kehilangan dan perpisahan.
Leave a Reply