Judul : You are the apple of my eye
Sutradara : Giddens Ko
Pemain : Chen-tung Ko, Michelle Chen, Shao-Wen Hao
Produksi : Star Ritz Productions Co
Tahun : 2011
Adalah sebuah kesalahan jika berbicara kehidupan lantas tak memasukkan seluk-beluk problematikanya. Begitulah, hidup memang lucu dan tak bisa diprediksi. Kemarin tertawa, hari ini menangis penuh luka. Hari ini diatas, besok terjun bebas di jurang tanpa batas.
Barangkali, You are The Apple Of My Eye ingin meletakkan pemahaman mengenai ketidakmenentuan dan fluktuatifnya pola hidup semua orang. Ko Teng menunjukkan bahwa dalam hidup semua hal bisa berubah dan dapat dirubah. Siswa nakal belum tentu nantinya tak sukses, banyak pula siswa rajin akhirnya menjadi tidak beres.
“Tidak seperti tes, setiap soal yang rumit pasti ada jawabannya. Dalam kehidupan nyata, ada beberapa hal yang tidak ada jawabannya”, ujar Ko Teng pada salah satu adegan film. Persoalan takdir memang terlalu seksi untuk diperbincangkan, seperti membicarakan ketiba-tibaan hadirnya Mumu dalam kehidupan Julia Perez.
Salah satu film terlaris produksi Hongkong ini memang patut mendapatkan applause dari para penonton. Berkisah tentang dunia asmara remaja, film ini menyuguhkan jalan cerita yang tak biasa. Mulai dari karakter tiap tokoh yang menggemaskan hingga ending yang begitu menjengkelkan.

Shin Chia Yi, sosok idaman semua laki-laki begitu apik diperankan oleh Michelle Chen. Wanita idaman yang banyak membuat laki-laki berjuang mencari perhatian dan mendapatkan hatinya. Saya sendiri mengamini bahwa dalam hidup akan ada fase dimana kita semua merasakan jatuh cinta paling dalam. Cinta sejati? Bukan, bagi saya cinta sejati hanya ada dalam diri orang tua pada anaknya.
Cerita cinta antara Ko Teng dengan Chia Yi mengingatkan pada kisah cinta yang terjalin antara Amar dan Naina di film Kal ho Naa Ho. Saling membenci, jatuh cinta, terlibat romansa namun ternyata tak bisa bersama.

Unfortunately, film ini juga membahas mengenai kehidupan menjadi seorang mantan yang tak bisa move on. Well. Mantan, sebuah jabatan yang paling mengerikan dan tidak mengenakkan, disiksa dengan ribuan kenangan dan diinjak oleh jutaan penyesalan.
Hingga akhirnya, ending film juga menyisakan cerita baper (kebawa-perasaan) dari Ko Teng. Meski tau sang mantan baru saja menikah, ia tak lantas diam tatkala kenangan muncul. Ia nekat mencium mempelai pria sebagai syarat agar dapat mencium Chia Yi. Meski begitu, Ko Teng akhirnya mampu mengikhlaskan Chia Yi bersama pasangannnya sembari juga mendoakan keduanya bahagia selamanya. Maha benar Wiranagara dalam penggalan puisi bertajuk Distilasi Alkena, “Paling tidak, aku akhirnya bisa melihat sosok terbaik yang akan mendampingimu, memakaikan cincin di jemarimu, mencium keningmu, dan bersanding bahagia berbagi senyuman denganmu”.
Cinta memang rumit layaknya kehidupan. Meski sudah direncanakan, nyatanya semua terjadi sesuai dengan takdir tuhan. Sebagaimana salah satu firman Allah dalam Al-Imran ayat 54 yang terjemahannya “Dan berencanalah kalian, Allah juga berencana. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik perencana”.
Wallahu a’lam bish-showab.
Leave a Reply