Banyaknya pengungsi akibat meletusnya gunung merapi direspon masyarakat dengan cepat. Termasuk dari masyarakat Malang yang mengirimkan relawan dan bantuan. Berpusat di Gedung KONI, Sleman Yogyakarta para relawan ditempatkan untuk membantu pengungsi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Demikian juga dengan bantuan yang banyak mengalir dari warga kota Malang untuk pengungsi berupa makanan minuman, pakaian layak pakai, selimut, susu bayi, alat-alat kebersihan, dan lainnya.
Relawan dari Malang diperbantukan melalui PMI (Palang Merah Indonesia) Kabupaten Malang. Dengan personel berjumlah 20 orang mereka yang dibagi dalam berbagai regu. Yaitu regu watsan (water and sanitation), regu DU (Dapur Umum), regu evakuasi dan regu pendidikan. PMI Kabupaten Malang bertindak cepat menanggulangi masalah pengungsi. Setiap harinya regu evakuasi melakukan penyisiran, regu watsan membuat kran buatan dan WC darurat di lokasi pengungsian, regu DU menyediakan logistik pengungsi, regu pendidikan melakukan pelatihan dan pembelajaran.
Kedatangan PMI Kabupaten Malang sangat membantu pengungsi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengingat posko KONI mengalir sedikit bantuan dibanding posko Stadion Maguwoharjo dimana bantuan banyak terpusat disana. Penanggulan bencana pada awalnya dikoordinir PMI Sleman, namun dengan banyaknya pengungsi, PMI Sleman merasa kewalahan dan akhirnya meminta bantuan PMI Pusat. PMI pusat mendelegasikan Malang, Jawa Timur sebagai propinsi terdekat dari DIY yang memiliki sarana dan prasarana tanggap bencana lengkap dan satuan tanggap bencana yang kapabel. Terhitung 7 hari pasca letusan terbesar merapi tanggal 5 November 2010, jumlah pengungsi mulai berkurang.
Namun pemerintah DIY sepertinya harus bekerja keras lagi untuk menanggulangi masalah yang lebih besar yaitu pemukiman penduduk yang rusak parah. Beberapa desa sudah tidak bisa ditempati lagi. Semoga bencana yang sering terjadi pada negeri kita tidak membuat kita rapuh, namun menggiring kita menjadi manusia yang kreatif dan inovatif.
Leave a Reply