Batu, JB. Terdengar sayu-sayu dari kejauhan suara kendang kempul yang dipadukan dengan gong, kenong dan gong. Suara itu semakin nyata ketika saya mendekati sebuah punden yang berada di Junwatu Desa Junrejo Kota Batu. Rupanya itu adalah suara kesenian reog kendang yang tampil sebelum selametan dusun.
Tampak di pagi itu seluruh warga dusun tumplek blek memenuhi pelataran danyangan di Junwatu. Mereka datang dengan membawa makanan dan buah-buahan yang sudah ditata rapi dalam baskom atau ambeng.Masing-masing kepala keluarga membawa minimal satu baskom makanan, sementara untuk buah-buahan boleh membawa dan boleh tidak. Mereka datang dengan bergelombang dan hampir bersamaan antara RT satu dengan yang lainnya. Setelah dirasa semua warga masyarakat berkumpul, maka acara selametan pun bisa dimulai.
Pembawa acara membuka acara diteruskan dengan sambutan Petinggi Desa. Kemudian dilanjutkan dengan do’a yang didpimpin oleh sesepuh dusun. Do’a yang dipimpin oleh Pak Ta’in itu mengisyaratkan banyak hal. Diantaranya menjelaskan tentang maksud dan tujuan selamatan itu diadakan. “Ingkang dipun petri menika inggih punika Nabi Muhammad, Nabi Ilyas ingkang nguasai daratan ugi nabi khidir ingkang nguasai banyu. Ugi bapa biyung ingkang mbedah krawang Dusun Junwatu meniko mugi-mugi dipun paringi padang dalane lan jembar kubure. Mugi-mugi slamet sedayanipun, slamet ingon-ingone, keluargane, masyarakate, tandurane ugo slamet sak kabehe…..” Setelah selesai doa dan upacara penyerahan yang dilakukan oleh sesepuh desa, acara dilanjutkan dengan doa bahasa arab yang dipimpin oleh tokoh agama setempat.
Selesai berdoa bukan berarti acara selesai, namun masih ada acara ijol-ijolan (saling menukar) ambeng. Tanpa dikomando oleh siapapun mereka sudah ijol-ijolan dengan sendirinya. Mereka saling membagikan makanan yang mereka bawa dari rumah kepada keluarga yang lain. Sehingga ketika sampai di rumah mereka bisa merasakan masakan yang dimasak oleh tetangganya. Menurut Dedik warga Junwatu, tradisi ijol-ijolan ambeng ketika selamatan dusun ini sudah dilakukan secara turun temurun. Setelah selesai ijol-ijolan orang boleh langsung pulang atau memakan berkatnya di punden bersama yang lainnya, sisanya baru dibuat berkat buat keluarganya yang sudah menunggu di rumah.
Acara selametan dusun itu dihadiri oleh seluruh warga masyarakat baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan Junwatu termasuk juga pemerintah Desa Junwatu, tokoh masyarakat dan para sesepuh dusun. Mereka membaur dengan cara duduk lesehan di atas Koran yang mereka bawa dari rumah masing-masing. Tidak lagi ada perbedaan antara pejabat dengan buruh tani yang tua maupun yang muda. Semuanya berada dalam satu niatan yaitu meminta keselamatan kepada yang kuasa dan mengirinm doa kepada para leluhur yang sudah meninggal, khususnya adalah pembedah krawang cikal bakal dusun Junwatu.
Andi Faizal selaku kamituwo ditemui seusai acara mengatakan bahwa acara bersih dusun ini sudah dilakukan secara turun temurun. Sebagai orang yang dipercaya masyarakat sebagai sesepuh desa dia hanya melanjutkan tradisi yang ada. Menurut Faizal, orang yang pertama kali membedah krawang dusun Junwatu adalah Mbah Gumenuk yang kemudian diteruskan oleh Mbah Paing. Jasanya sebagai pembedah krawang inilah yang kemudian senantiasa diselamati oleh warga Junwatu.
Sementara menurut Rohmat Santoso selaku Kepala Desa, Tradisi slametan dusun ini memang diadakan setahun sekali di masing-masing dusun. Untuk dua dusun yang berada di bawah kendalinya yaitu Jeding dan Rejoso sudah dilakukan pada minggu yang lalu. Biasanya memang setelah selametan desa pasti ada acara tayuban, namun di Dusun Junwatu ruwatan dusunnya dengan menggunakan wayang kulit. Menurut Rohmat itu tidak menjadi masalah, karena menurutnya masing-masing dusun memiliki aturan dan kesepakatan yang berbeda-beda. Sebagai kepala desa saya hanya memfasilitasi saja, pungkasnya.
Leave a Reply