“Ternyata, pelacuran terjadi dimana-mana. Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran bahkan jiwanya. Dan, bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yang paling hina?” (Reuben).
Film yang dibuat berdasarkan novel Supernova (Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh) karya Dewi Lestari (Dee) seketika booming saat dirilis di bioskop-bioskop pada tanggal 11 Desember 2014. Antusiasme para penggila film begitu riuh menyambut film berisikan kisah romansa yang dibungkus dengan pengetahuan tentang sains dan teori-teori ilmiah dalam setiap adegan dan scene yang disajikan.
Film Supernova dimulai dengan cerita antara sepasang gay bernama Dimas yang merupakan mahasiswa sastra dan Reuben yang begitu terobsesi dengan pengetahuan tentang sains. Cerita berlanjut dengan adegan ketika keduanya sedang sakau karena pil ekstasi. Pada saat yang bersamaan, keduanya berjanji bahwa 10 tahun kemudian akan membuat sebuah masterpiece tentang karya sastra yang dibalut dengan pengetahuan ilmiah.
10 tahun pun berlalu, keduanya mulai berbicara mengenai perjanjian yang sudah dibuat di masa lalu. Karya masterpiece yang dibuat oleh Reuben dan Dimas bercerita mengenai kisah cinta rumit yang ternyata terkait secara pararel dengan kisah kehidupan di belahan dunia yang lain. Kisahnya bolak-balik dengan kehidupan yang sedang dialami oleh Ferre, Rana, Arwin dan Diva. Re (panggilan akrab Ferre) adalah seorang eksekutif muda tampan, lajang, dan super sibuk. Sementara Rana merupakan seorang wakil pemimpin redaksi dari majalah terkenal yang ada di Jakarta. Rana bersuamikan Arwin seorang pengusaha dari keluarga terkenal dan terpandang di Jakarta. Pernikahan Rana dan Arwin merupakan buah dari kesepakatan dua keluarga yang sama-sama menjunjung tinggi norma dan strata sosial dalam kehidupan.
Pertemuan pertama antara Ferre dan Rana terjadi ketika Rana mewawancarai Ferre di kantornya. Kehadiran Rana secara tidak sengaja telah membuat Ferre mengubah pola hidupnya yang serba teratur. Ferre yang selama ini menganggap bahwa kenyamanan hidup bisa dicapai sendiri tiba-tiba berubah drastis semenjak pertemuannya dengan Rana. Demikian pula dengan kehidupan Rana, hidupnya berubah total karena di tengah kehidupan pernikahannya tiba-tiba muncul benih cinta kepada Ferre. Ferre dan Rana terlibat dalam sebuah jalinan cinta “terlarang”. Namun, pada akhirnya Rana yang sadar telah salah mengambil langkah kembali kepada suami dan keluarganya. Sementara itu, Ferre tidak bisa melupakan Rana hanya bisa meratapi kegagalan cintanya hingga pada suatu saat dia mencoba bunuh diri. Di sinilah kemudian muncul tokoh Diva yang berperan sebagai sebagai Bintang Jatuh.
Diva adalah seorang model papan atas sekaligus pelacur yang memiliki cara pandang unik dan bijak dalam kehidupan. Selain cantik, ia juga berwawasan luas, kaya, mapan dan berpikiran maju. Diva ternyata adalah tetangga Ferre, keduanya baru saling mengenal ketika Ferre sedang patah hati. Kehadirannya pada kehidupan Ferre bukan untuk mengikatkan cinta, melainkan untuk membebaskan Ferre dari segala kekacauan pikirannya.
Selain tokoh-tokoh diatas, ada tokoh lain yang juga mewarnai cerita film ini, salah satunya adalah Supernova. Supenova ialah sosok cyber avatar (semacam penyelamat atau pertapa yang ada di dunia maya) yang berpikiran luas terhadap dunia dan menjadi tempat curhat (curahan hati) tokoh-tokoh di film ini.
Ulasan singkat
Film berdurasi sekitar 90 menit ini memiliki keunikan dibanding film pada umumnya. Dengan menggabungkan sains, filsafat, psikologi dan eksistensi manusia terhadap penciptanya dalam sebuah roman kisah cinta yang kompleks. Alhasil, film ini menjadi sebuah karya besar yang lain daripada yang lainnya.
Film supernova unggul pada banyaknya dimensi luas pengetahuan yang disajikan. Dimulai dari adegan “sakau” yang dialami oleh Reuben dan Dimas, penonton disajikan mengenai pembicaraan serius soal keberadaan/eksistensi manusia pada titik nol. Manusia akan mampu memandang segala sesuatu secara luas, bebas dan tanpa sekat ketika ia mencapai titik nol dari kehidupan melalui meditasi dan pemusatan pikiran.
Penonton juga diberikan pemahaman mengenai perbedaan mendasar aliran eksistensialisme dan essensialisme. Ferre mewakili sosok eksistensialisme yang digambarkan sebagai sosok yang mencapai titik kesuksesan materi dalam hidup karena usaha sendiri, kerja keras dan kecerdasan akal pikir. Ferre menganggap segala sesuatu yang ada pada hidup ini dilakukan dan dan dipertanggungjawabkan oleh individu masing-masing. Sedangkan, sosok Rana mewakili aliran essensialime yang digambarkan sebagai seorang yang pada setiap tingkah laku dan aktivitasnya dibatasi oleh orang tua, budaya, norma dan nilai dalam kehidupan sekitar.
Melalui percakapan antara Reuben dan Dimas yang juga sedang terjadi dalam kehidupan Rana dan Ferre, penonton disajikan mengenai Teori Fisika Kuantum. Kehadiran Rana secara tidak sengaja telah membuat Ferre mengubah pola hidupnya yang serba teratur. Ferre yang selama ini menganggap bahwa kenyamanan hidup bisa dicapai sendiri tiba-tiba berubah drastis semenjak pertemuannya dengan Rana. Demikian pula dengan kehidupan Rana, kesehariannya berubah total karena di tengah kehidupan pernikahannya tiba-tiba muncul benih cinta kepada Ferre. Pertemuan tidak sengaja tersebut menjadi sebuah loncatan besar dan mengubah pola keteraturan yang ada. Keteraturan bertemu keteraturan lain kemudian menghasilkan ketidakteraturan.
Selain teori Fisika Kuantum, film ini juga menceritakan mengenai Titik Bifurkasi dan Teori Chaos. Ferre dan Rana yang saling mencintai satu sama lain membuka kemungkinan-kemungkinan baru yang sebelumnya tidak tersedia dalam sistem kehidupan mereka (Titik Bifurkasi). Perubahan pola hidup Ferre maupun Rana yang selama ini berada pada struktur yang tertata rapi tiba-tiba berubah setelah disusupi oleh sosok asing yang mengacak-acak sistem tersebut (Teori Chaos).
Pada salah satu adegan, film ini juga menerangkan mengenai teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Pertentangan antara id, ego dan seper ego begitu kentara pada adegan yang dialami oleh Rana. Rana yang begitu mencintai Ferre secara lahiriah dipaksa menghadapi kegalauan luar biasa ketika di sisi lain dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia telah bersuami dengan berbagai ikatan lain yang dimilikinya. Pada akhirnya karena berbagai alasan dan pertimbangan ia mengambil sebuah keputusan sulit untuk kembali ke suaminya.
Film ini juga mempertontonkan sebuah scene saat Ferre mengalami kehancuran karena ditinggalkan oleh Rana. Ferre yang tengah melakukan percobaan bunuh diri pada saat bersamaan juga kembali mengingat lika-liku kehidupannya yang dirasa penuh dengan ketidakadilan. Ferre kemudian menghujat dan mempertanyakan eksistensi tuhan sebagai sosok yang maha adil dan bijaksana. Lewat umpatan dan luapan emosi Ferre terhadap tuhan, Dee sukses menggambarkan pola pikir ekatensialis seperti halnya Sartre menggambarkan hubungan antara Aegistheus dengan Jupiter dalam Drama Les Mouches.
Di akhir film, dijelaskan mengenai keberadaan supernova bukan okultisme (kepercayaan terhadap hal-hal suptranatural). Bukan institusi religi, bukan kursus filsafat, bukan pula dogma yang membuat sekat antar sistem. Supernova merupakan cakrawala mengenai pemahaman relativitas kehidupan, bahwa kehidupan akan selalu menawarkan banyak pilihan jika kita mau berkaca dan berpikir lebih luas. Sebagaimana pepatah Yunani yang juga ada pada salah satu scene “Opto, Ergo Sum” yang berarti aku memilih, maka aku ada.
Selain istilah-istilah dan penjelasan mengenai pengetahuan ilmiah, film ini juga memberikan begitu banyak pesan dan peringatan terhadap para penikmatnya. Salah satu pesan mendalam terdapat pada dialog Reuben “Ternyata, pelacuran terjadi dimana-mana. Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran bahkan jiwanya. Dan, bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yang paling hina?”. Selain itu, pesan lain yang tak kalah hebatnya adalah peringatan untuk berhenti memilah dan mengeluh antara apa yang diinginkan dan tidak, Berhenti untuk menilai baik buruk dari apapun. Kita semua adalah pengamat dan penikmat hidup, bukan hakim.
Meski begitu banyak kelebihan dan keunggulan yang disajikan film ini, namun masih saja ada beberapa kekurangan yang menjadikan film ini tak sempurna. Kekurangan terbesar film ini adalah pada perbedaan jarak yang terlalu jauh antara isi film dan isi di novel aslinya. Sebenarnya, masih begitu banyak istilah dan pengetahuan dalam novel yang tidak dicantumkan dalam film ini. Meski begitu, untuk ukuran film yang berdurasi 90 menit, film ini sangat bagus untuk mereka yang mencintai fisika dan filsafat.
Edhenk says
Bisa diagendakan nobar ini kayaknya. Perangkat yang dipelajari selama 3 hari kemarin sudah sangat cukup merevieuw film ini menjadi bahan diskusi yang menarik setelah nobar.
Cekidot..
Nasrun Annahar says
Enggeh cak. Sedang dicarikan link downloadnya. Hehe
Ompong says
wah menarik juga, jelas iki narsum (ruben) tapi pembangdingnya sopo? ono sg menarik gk tu??