Judul : Kuch kuch hota hai
Sutradara : Karan Johar
Pemain : Shahrukh Khan, Kajol, Rani Mukherjee, dan Salman Khan
Produksi : Yash Raj Film dan Dharma Production
Rilis : 16 Oktober 1998
Sebelum mulai menulis resensi film ini, saya sempatkan untuk melakukan survey kecil-kecilan sebagai persiapan. Tidak ada maksud tertentu, hanya ingin menambah keyakinan untuk menulis. Survey tersebut saya lakukan pada lima orang. Kepada mereka berlima, saya meminta untuk menjawab secara spontan ketika saya menyebutkan sebuah nama.
Nama pertama yang saya sebutkan adalah Rahul. Dua orang spontan menjawab Shahrukh Khan. Sementara yang lainnya sepakat menyebut Kuch Kuch Hota Hai. Nama kedua yang saya sebutkan adalah Anjali. Dan, empat orang menjawab Kajol, sisanya menyebutkan Kuch Kuch Hota Hai.
Lantas apa yang saya dapat? Nothing. Saya hanya tau bahwa film ini memang harus diresensi.
Jalan Cerita
Rahul dan Anjali adalah sepasang sahabat yang tengah menempuh kuliah di sebuah kampus bernama St. Xaviers. Jalinan persahabatan mereka terbentuk semenjak pertama kali duduk di bangku kuliah. Oleh beberapa orang di sekitarnya, mereka dikatakan sebagai pasangan yang serasi. Namun, dengan cepat nan kompak keduanya menjawab, “tidak!”
Rahul adalah sosok yang gemar menggoda wanita. Ia sering merayu wanita dengan berbagai cara. Inilah titik awal karakter penuh modus dan flamboyan yang hingga hari ini begitu melekat pada Shahrukh Khan. Sedangkan, Anjali adalah gadis tomboy yang membenci kaidah kefeminiman. Ia digambarkan sebagai sosok yang out of the box dari kodrati lahiriah sebagai seorang wanita.
Suatu ketika, murid pindahan dari Oxford bernama Tina masuk diantara persahabatan mereka. Tina yang cantik dan anggun dengan mudah merebut banyak hati kaum lelaki, termasuk Rahul. “Kuch kuch hota hai. Ha, kuch kuch hota hai.” Kata Rahul tatkala pertama kali berjumpa dengan Tina. Ia tengah dilanda love at first sight.
Meski beberapa kali mendapatkan penolakan dari Tina, Rahul tak putus asa. Ia tetap mendekati Tina dengan berbagai cara. Suatu ketika, tatkala sedang mengikuti kelas Ibu Breganza, satu-persatu ditanya tentang apakah itu cinta. Tidak ada yang menjawab. Hingga akhirnya Rahul menjawab, “cinta adalah persahabatan. Jika dia tak bisa menjadi sahabatku, maka aku tak mungkin mencintai dia.”
Lambat laun, gayung bersambut. Tina mulai menyukai Rahul. Di pihak lain, Anjali juga menyadari bahwa dirinya sangat mencintai Rahul. Namun sayang, Rahul sudah menemukan dambaan hatinya dalam diri Tina. Adegan penuh haru digambarkan oleh sang sutradara dengan bumbu lagu berjudul Tujhe Yaad Na Meri Aaye. Rahul dan Tina akhirnya menikah. Beberapa waktu sebelum pernikahan dilangsungkan, Anjali pergi dari kehidupan mereka berdua.
Kebahagiaan rumah tangga Rahul dan Tina tidak bertahan lama. Setelah melahirkan seorang putri, Tina meninggal. Putri cantik tersebut diberi nama Anjali sebagaimana wasiat Tina. Sebelum meninggal, Tina juga menitipkan delapan surat untuk Anjali yang boleh diberikan ketika sang anak ulang tahun. Dari sinilah Anjali mengetahui kisah cinta segitiga orang tuanya di masa lampau.
Setelah membaca semua surat tersebut, sang anak bertekad untuk menyatukan Ayahnya dengan Anjali. Ia kemudian menyusun rencana agar kedua sahabat tersebut berjumpa dan merajut kembali benang cinta yang sempat terurai. Benar saja, skenario tersebut berjalan dengan baik. Rahul dan Anjali kembali berjumpa dan bersenyum-sapa.
Setelah saling bertukar kerinduan, keduanya dihadapkan dengan situasi Cinta Lama Belum Kelar (CLBK). Kalimat cinta yang semenjak dahulu belum tersampaikan mulai menemui role terbaiknya. Namun, masalah kembali muncul. Niatan untuk mengulang hubungan bertentangan dengan kondisi Anjali yang sudah bertunangan dengan Aman.
Di akhir film, adegan penuh khayal ala film Hindustan dijejalkan sebagai klimaks cerita. Hari pernikahan Anjali dan Aman tiba. Mereka berdua bersiap untuk mengucapkan ikrar suci. Namun, seketika kondisi berubah tatkala Aman menyadari kebesaran cinta yang terjalin antara Rahul dan Anjali. Mustahil, begitulah kiranya menggambarkan pergantian pengantin di hari pernikahan. Namun, meski mengamini jika hal tersebut mustahil. Nyatanya saya tak sedikitpun berucap ketika melihat Aman sedang berkhutbah tentang cinta.
Penanda Berakhirnya Era Tuan Takur
Era perfilman Bollywood telah mengalami pergeseran beberapa kali. Meski begitu, kisah cinta senantiasa menjadi salah satu konflik yang musykil dihilangkan begitu saja. Layaknya orang Jawa, agaknya India juga mengamini bahwa wanita bak dua sisi mata uang. Menjadi kelemahan ataupun sumber kekuatan. Dan cinta, ada di pihak yang paling suci sebagai rasa paling murni.
Di tahun 90an, romansa cinta dibumbui dengan keberadaan tokoh Tuan takur atau Inspektur Vijay. Tuan Takur mewakili sosok keras dan tanpa kompromi yang senantiasa menjadi penghambat bintang utama. Bagi pecinta Bollywood, tentu tidak asing dengan nama Amrish Puri. Dialah sosok paling melegenda dengan karakter Tuan Takur. Sedangkan, Inspektur Vijay adalah polisi yang selalu menyelesaikan masalah. Dia datang paling akhir, guna mengubah jalan cerita dari sad ending menjadi happy ending.
Semenjak film Kuch Kuch Hota Hai mulai beredar, pergeseran cerita mulai terjadi. Jagad Bollywood perlahan mulai menghilangkan karakter Tuan Takur dan Inspektur Vijay. Meski tidak menjadi pakem keseluruhan, para sutradara mulai membuat film yang mengedepankan konflik cinta. Mulai dari cinta segitiga hingga pertentangan antara keyakinan akan kekuatan Tuhan dan cinta. Hal tersebut dapat dilihat dari mulai diproduksinya film-film seperti Mann, Dhadkan, Har Dil Jo Pyaar Karega, Mohabbatein, Rab Ne Bana Di Jodi hingga Jab Tak Hai Jaan.
Pelajaran Tentang Persahabatan dan Cinta
Kuch kuch hota hai yang dalam bahasa Indonesia berarti sesuatu terjadi adalah salah satu karya hebat tanah Hindustan. Kisah cinta segitiga yang terjadi antara Rahul, Tina dan Anjali hingga kini masih menjadi salah satu tontonan menarik. Film ini tak lekang oleh zaman dan selalu dinantikan oleh para penonton layar kaca. Lagu-lagunya juga sangat familiar di telinga banyak orang. Tak salah jika di masanya film diganjar dengan begitu banyak penghargaan dari berbagai macam kategori.
Kuch kuch hota hai berkisah seputar cinta dan persahabatan. Sebagaimana yang dikatakan Rahul bahwa mustahil mencintai seseorang jika tak ada persahabatan yang terjadi. Bagi saya, konsepsi cinta semacam ini adalah yang paling riil dalam kenyataan sesungguhnya. Bahwa cara terbaik mencintai seseorang adalah dengan menjadi sahabatnya. Tresno jalaran soko kulino kata Orang Jawa. Sahabat Jadi Cinta menurut Zigas. Sahabatku Kekasihku kata Ada Band.
Banyak pelajaran ataupun kalimat bijak yang bertebaran dan bertaburan dari film ini. Namun, dari kesekian banyak tersebut, ada satu kalimat yang nyaring di ingatan saya. “Laki-laki sangatlah rapuh. Mereka membuat prinsip. Tetapi mereka lupa, jika cinta tak punya prinsip.”