Judul : Mohabbatein
Sutradara : Aditya Chopra
Pemain : Amitabh Bachchan, Shahrukh Khan, Aishwarya Rai
Produksi : Yash Raj Films
Tahun : 2000
Mari pelan-pelan saja, karena lagi-lagi kita akan mengupas hal yang sensitif. Sebagaimana dalam beberapa tulisan bebas ataupun resensi film sebelumnya, topik tulisan ini juga masih juga berkutat seputar percintaan. Tentang cinta sejati, yang katanya hidup abadi.
Mohabbatein. Film balutan Aditya Chopra ini mungkin sampai sekarang masih mengisi deretan film termasyhur di belantika perfilman dunia karya tanah Hindustan. Nama-nama top turut andil dalam film ini, mulai dari Amitabh Bachchan, Shah Rukh Khan hingga Aishwarya Rai.
Berkisah mengenai kehidupan kampus terkenal bernama Gurukul dengan kepala sekolah Narayan Shankar. Gurukul merupakan kampus dengan ciri khas yang mengedepankan tradisi dan kedisiplinan. Tidak ada kata terlambat, tidak diperbolehkan berisik, dan dilarang jatuh cinta. Film berdurasi sekitar 180 menit ini memang dapat membius semua penontonnya. Ada dua hal yang patut diperhatikan dalam film Mohabbatein, Ma’rifat cinta dan berbagi kasih sayang.
Pertama, ma’rifat cinta yang seyogyanya adalah mengikhlaskan. Raj begitu kuat memberikan pendalaman makna akan arti cinta sesungguhnya. Bahwa cinta bukanlah paksaan, bukan ikatan, dan tak seguyon pacaran. Sebagaimana dalam salah satu adegan, Raj berkata “cinta layaknya kehidupan. Tidak setiap liku-liku hidup mudah ditempuh, hingga tak selamanya ada kebahagiaan. Tapi, jika kita tak bisa meninggalkan hidup, lantas kenapa harus meninggalkan cinta?”.
Agaknya semua makhluk yang termasuk dalam the man who can’t be move tak harus bersedih dan menangisi keadaannya. Karena pada tahapan tertinggi cinta adalah tentang mengikhlaskan, mengikhlaskan siapapun dan apapun, termasuk diri kita sendiri. Naif kiranya membicarakan jodoh lantas mengesampingkan takdir tuhan. Daripada terlalu sibuk dan menghabiskan tenaga untuk merayu pujaan hatimu, lebih baik merayu Dia yang pada akhirnya menentukan dengan siapa hatimu akan berlabuh.
Kedua, berbagi kasih sayang kepada semua makhluk tuhan, bahkan orang yang membenci kita sekalipun. Menghadapi Narayan Shankar yang berwatak keras dan tak kenal kompromi, Raj tak lantas menggunakan cara yang keras pula. Ia lebih memilih jalur lain, lewat kebaikan dan kasih sayang. Di akhir cerita, Narayan luluh dan tak berdaya menghadapi kedahsyatan cinta yang dibawa Raj Malhotra.
Pada dasarnya, manusia diutus ke bumi untuk berbagi kasih dan hidup dengan damai. Bahkan, semua agama juga memiliki cara pandang yang sama, yakni berbuat baik kepada sesama. Tengok saja di Al-Kitab pada Roma 12:21 “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalah-kanlah kejahatan dengan kebaikan”. Begitupun dengan firman Allah dalam Al Mu’minun ayat 96 “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan”.
Begitulah, beberapa orang masyhur bukan karena ia adalah tokoh revolusi ataupun penerima penghargaan nobel. Pun sama halnya dengan suatu kondisi dikenang tak hanya karena banyaknya pertumpahan darah ataupun karena kontroversi yang menyelimutinya. Ghandi dikenang karena cinta kasihnya, Kong Fu Tse abadi karena kabijaksanaannya, dan Nabi Muhammad dijadikan pijakan karena kepribadiannya. Dan kita, mungkin akan selalu hidup karena kisah cinta. Karena some love stories live forever.
Leave a Reply