Lika-liku dunia cinta memang seperti jalan panjang menuju surga. Tiada batasan atau ujung yang tentu. Mereka yang sedang jatuh cinta, sebagaimana di ulasan fase-fase cowok yang sedang jatuh cinta, terkadang lupa. Mereka tak mengindahkan dalil “Dalam setiap pertemuan selalu ada perpisahan”. Mereka lupa bahwa hubungan bukanlah akhir dari jalinan kehidupan.
“Perpisahan bukanlah akhir segalanya,” kata Mas Bram. “Namun, beberapa hal terkadang berakhir karena perpisahan,” sanggah Ucup. Kedua pernyataan tersebut agaknya memang sah secara hukum hidup. Perkara mati misalnya. Mati berarti akhir dari perjalanan kehidupan di dunia. Namun juga tonggak dimulainya kehidupan baru di tempat lainnya.
Bagi laki-laki, patah hati merupakan masalah dengan urgensi tinggi. Ada semacam stigma pada kebanyakan orang yang selalu mengamini peribahasa modern “Laki-laki pakai logika, wanita pakai hati.” Sedangkan mereka lupa bahwa cinta tak pernah memakai logika. Termasuk pada laki-laki. Jika logika masih bisa digunakan mungkin namanya bukan patah hati, tapi patah logika.
Berikut adalah 5 fase laki-laki yang tengah patah hati. Dari tulisan ini, kita akan tau sisi terendah dari laki-laki sebagai manusia biasa. Makhluk yang punya hati, meski didepan semua orang senyum tak lekang menghiasi pipi. Dan untuk semua, sebagai penanggung jawab tulisan ini saya ingin mewanti-wanti. Tulisan ini tak sedikitpun membahas mengenai cinta bertepuk sebelah tangan. Jadi, jangan terlalu berharap. Karena PHP terjadi bukan karena ia yang seolah begitu tinggi memberikan harapan, tapi karena kita yang tak peka memaknai perhatian.
Galau
Fase galau ialah fase yang dalam setiap aktivitasnya ingin mencari solusi sendiri. Fase ini terjadi pada radius antara kata perpisahan dengan pesan yang belum sempat tersampaikan. Ketiba-tibaan perpisahan membuat hati seseorang kacau. Jangankan fokus pada pekerjaan, makan saja kadang tak doyan.
Lebih ekstrem lagi, patah hati pada cinta yang sudah terlanjur lama biasanya membuat lautan air mata. Namun, tangisan seorang laki-laki berbeda. Tangisan tersebut bukan karena cinta yang tak mungkin berganti. Tapi karena pelabuhan yang sudah tak lagi dapat disinggahi. Jadi, ketika seorang laki-laki menangis, jangan pernah bully mereka. Kenapa? Karena semua orang juga layak bahagia dan menangis, termasuk pihak yang tersakiti.
Bercerita pada teman, meski tak pernah jadi pertimbangan
Gengsi yang besar pada laki-laki biasanya tumbang ketika sudah tidak tau harus bagaimana menyelesaikan suatu masalah. Masalah patah hati adalah contoh nyata. Ketika sudah tidak bisa memendam luka sendiri, laki-laki akan bercerita kepada orang lain meskipun dengan terpaksa. Keterpaksaan laki-laki dalam kasus ini berarti mengindikasikan jika mereka sedang begitu jatuh. Kepedihan mereka dua trilyun lebih besar dari kepedihan ketika tim kesayangan mereka kalah.
Mereka akan mulai bercerita dan mendengarkan nasihat dari temannya. Positifnya, fase ini adalah media belajar terbaik bagi laki-laki untuk mengenal arti keterbukaan dan pentingnya mendengarkan. Meski begitu, segala nasihat yang diberikan biasanya mentah karena goresan luka yang terlalu dalam. Dan sebagai teman yang baik, jangan tinggalkan sendiri teman yang sedang patah hati. Karena mereka sudah tidak butuh lagi pelukan, mereka hanya butuh pegangan kuat untuk berjuang melanjutkan kehidupan dan menatap masa depan.
Kembali pada Tuhan
Setelah menggalau dalam hati dan mulai bercerita kepada teman sebagai upaya menenangkan diri. Seseorang yang patah hati akan masuk dalam fase memperbaiki kondisi dengan “Program Intensif Kembali pada Tuhan”. Ibadah yang lebih rajin, dzikir yang tak kunjung usai, hingga tafakur di keheningan malam akan menjadi hobi baru yang haram ditinggalkan. Lucunya, program ini biasanya akan dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan konyol pada Tuhan. “Ya Tuhan. Salahku apa?”, “Memangnya kurang apa lagi aku Tuhan?” Dua pertanyaan tersebut haqqul yakin pasti terucap berulang kali kepada sang pencipta.
Fase kembali pada Tuhan sangat positif dalam diri seseorang. Selain mempererat hubungan dengan Tuhan. Mereka yang melewati fase ini juga terhindar dari kegiatan pelarian yang salah. Karena di fase yang sama, ada beberapa orang yang lebih memilih untuk minum-minuman keras atau menghabiskan waktu dengan kegiatan tidak jelas.
Rela dalam cinta
“Ku hanya mampu berserah. Beserta doa harapan. Ubahlah haluan hidup ini.” Penggalan lagu berjudul rela ini seperti mewakili fase keempat. Fase ini insya’allah sudah mulai terbebas dari jeratan kepedihan dan tangisan. Fase rela memberikan pemahaman bahwa perpisahan adalah jalan untuk menemukan bentuk terbaik dari sebuah hubungan. Merelakan cinta sudah mampu diterima meski terkadang masih menyisakan baper-baper akan kenangan lama.
Rela adalah sebuah fakta lain dimana ketegaran mulai menguat dalam diri seseorang. Dalam fase ini, seseorang akan mulai menyadari bahwa ada beberapa hal dalam hidup yang hanya menjadi tempat singgah sebelum akhirnya berpindah. Perkaranya bukan lagi mengapa dan bagaimana ini semua bisa terjadi. Tapi, memahami bahwa hidup adalah kesuksesan yang dimulai dari candaan dan tangisan.
Mengikhlaskan Semuanya
Fase terakhir adalah fase keikhlasan. Keikhlasan yang dimaksud bukan hanya pada perpisahan dengan seseorang. Tapi juga mengikhlaskan diri dan orang lain perihal jodoh dan takdir Tuhan. Fase ini menjadi bekal hebat untuk mewujudkan cinta dan cita yang lebih baik. Pelajaran mengenai keikhlasan akan kian tertanam dalam benak seseorang. Dan beruntunglah kalian yang sudah sampai pada fase ini. Karena cinta yang dewasa biasanya berasal dari hati yang penuh luka.
[…] sumber […]