Judul : Rab Ne Bana Di Jodi
Sutradara : Aditya Chopra
Pemain : Shahrukh Khan, Anushka Sharma
Produksi : Yash Raj Film
Tahun : 2008
“Tani, jika aku mencintaimu lebih dari Tuhan. Apakah Dia akan marah kepadaku?”. Begitu kira-kira salah satu kutipan percakapan yang ada di Film Rab Ne Bana Di Jodi. Film garapan Aditya Chopra ini seolah ingin mendukung argumentasi di Film Kabhi Kushi Kabhi Gham dan Jab Tak Hai Jaan. Memperdalam keyakinan bahwa cinta adalah kekuatan maha dahsyat yang tak ada tandingannya.
Surinder Sahni, pemuda lugu nan culun yang bekerja sebagai karyawan PLN Punjab. Secara tidak sengaja, ia menikah dengan Tani, anak dari profesor di kampusnya dahulu. Malangnya, Tani tak sedikitpun mencintai Surinder. Bahkan, mereka harus terpisah ranjang, meskipun sudah dipersatukan pada satu atap.
Rumah tangga mereka lebih banyak diliputi kediaman daripada kebahagiaan. Tani memilih diam dan Surinder memilih untuk menjaga jarak. Dihatinya, sebenarnya, Surinder sudah mencintai Tani sejak pandangan pertama. Namun, ia lebih mencintai Tani dalam kediamannya. Sembari mendoakan Tani kelak bisa mengetahui cintanya yang begitu besar.
Rab Ne Bana Di Jodi begitu kuat mengedepankan cinta dengan bentuk yang berbeda. Surinder yang tak bisa membahasakan cinta memilih cara yang tak biasa. Ia mengajarkan bahwa cinta bukanlah ketika dua orang saling menggenggam tangan, tapi ketika cinta tau kemana dia akan berlabuh. Hanya seperti itu, sesederhana itu.
Upaya yang dilakukan oleh Surinder untuk “menyalurkan” cintanya pada Tani dibuat sehalus dan sesemu mungkin. Tak nampak, tapi begitu melekat. Tak terlihat, namun terasa begitu kuat.
Raj, adalah karakter ciptaan Surinder untuk mendekati Tani. Surinder merubah keculunannya menjadi pemuda keren dan stylish. Dengan penampilan barunya, Surinder seolah berpesan kepada semua penonton bahwa kegilaan cinta terkadang bisa mengubah karakter seseorang. Meski kesalahan berpikir menghendaki azaz bahwa cinta itu buta adalah tiada. Namun, perlu digarisbawahi bahwa cinta tak pernah memakai logika.
Dalam melakukan penyamarannya, Surinder yang notabene tak bisa apa-apa kemudian mengikuti Tani di kegiatan pelatihan menari. Perlahan tapi pasti, Raj mulai memperoleh senyuman Tani. Kedekatan keduanya lebih erat setiap harinya. Maha benar pula kata bijak bahwa orang ketiga selalu hadir di saat yang paling tepat.
Melihat gelagat Tani yang mulai mengalami kebimbangan dengan suaminya, Raj mengajak Tani untuk pergi dan meninggalkan Surinder sendiri. Tani galau, ia sedikit menjauh dari Raj yang menawarkan kebahagian. Meski begitu, bayangan Raj tak pernah lekang dimakan masa. Tak pernah hilang ditelan usia.
Pada akhirnya, Tani mampu melihat kesetiaan dan kebesaran cinta yang dihujamkan oleh Surinder. Suaminya yang selama ini tak pernah banyak berkata tapi begitu mencintainya lewat tingkah dan perlakuannya. Tani meradang, memilih kedahsyatan cinta Surinder.
Terkadang takdir tuhan memang lucu. Mereka yang tak melakukan apapun mendapatkan cinta secara tiba-tiba. Sedangkan, mereka yang berjuang malah terluka. Begitulah, rezeki, cinta, dan jodoh adalah perihal kehendak tuhan yang sudah dituliskan semenjak dahulu. Meski begitu, bukankah sudah menjadi kewajiban makhluk untuk senantiasa berikhtiar dan berjuang?
Leave a Reply