Judul : Seribu Wajah Ayah
Penerbit : PT Grasindo
Tahun : 2020 (Cetakan ke-1)
Penulis : Azhar Nurun Ala
Hlm : 132 halaman
Di foto yang kamu pandangi, kamu tak lagi tampak seperti seorang bayi. Usiamu hampir tiga tahun dan kamu sedang asyik bermain lego berwarna-warni -mainan yang tak pernah lekang oleh waktu. Ayahmu menemanimu di sana. Saat itu, ayamu ikut membantumu membentuk rumah-rumahan, tetapi sekadarnya saja.
Lego adalah permainan kesukaanmu. Sejak kamu berhasil menyusun sebuah rumah lengkap demngan dua orang laki-laki di sampingnya, ayahmu selalu enyisihkan sebagian gajinya -sisa membeli susu dan bahan makanan- untuk melengkapi koleksi legomu. Hingga kini susunan lego berbentuk rumah dan dua orang laki-laki hasil karyamu itu masih dipajang di lemari kamarnya. Utuh, hanya sedikit berdebu (hlm. 34)
Itu adalah sepenggal kisah pada Foto Kedua, Cinta adalah Cahaya. Cara bertutur novel ini, walaupun pun tidak cukup mudah dimengerti dengan cepat, namun mudah dibayangkan situasi nyatanya. Pembaca terkadang bisa larut karena banyak sekali situasi dalam novel yang diceritakan memiliki kesamaan dalam kehidupan rata-rata sehari-hari.
Itulah salah satu kelebihan utama dalam novel ini. Kisahnya mampu memotret kejadian-kejadian kecil dalam hubungan anak dan orang tua, namun bisa mewakili umumnya hubungan kasih sayang antara ayah dan sang anak.
Bermula dari menceritakan album foto, lembar demi lembar, novel ini berhasil memotret hubungan dan kasih sayang antara anak dan ayahnya. Ia yang terkadang hanya diam dan terlihat dengan pandangan kosong, sebetulnya sedang berpikir dan berjuang keras bagaimana mencurahkan segala cinta kasihnya kepada anak-anaknya.
Inilah seolah satu alasan penulis novel, Nurun Ala menerbitkan novel ini. Ia mulai menulis novel ini saat ia baru menikah dan baru saja menjadi ayah. Ia menceritakan tentang ayahnya, dan bahkan sang ayah juga menjadi pembaca perdana naskah novel ini. Ia selalu percaya dan mendukung penuh mimpi-mimpi anaknya. Sang penulis mengatakan, “Beliau adalah alasan saya menulis novel ini.” (hlm. vi)
Ada pepatah, kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah. Cinta orang tua merupakan kasih sepanjang masa, kasih orang tua terhadap anaknya tidak ada batas masanya. Kasih sayang mereka kepada anak-anaknya dicurahkan dalam berbagai bentuk dan diwujudkan dalam dengan berbagai cara.
Cintanya tidak perlu diragukan lagi. Berbagai cara mereka menunjukkan kasih sayangnya agar anak-anaknya merasa bahagia dan disayangi. Ada orang tua yang mungkin menunjukkan kasih sayangnya dengan memberikan berbagai macam mainan, memanjakan dan menuruti segalau kemauan sang anaknya. Ada juga jenis orang tua lain yang menunjukkan rasa cintanya dengan cara sebaliknya. Mereka mengajarkan anak mereka secara tegas dan disiplin, justru dengan cara tidak menuruti kemauan sang anak. Itu juga merupakan bentuk cinta yang terkadang tidak dipahami oleh anak.
***
Kisah-kisah yang dimulai dari helai foto dalam novel ini menceritakan tentang seorang anak yang merindukan sosok ayahnya. Sosok ayah yang tak pernah berhenti untuk menyayangi anak semata wayangnya. Sosok ayah yang selalu berada di sampingnya dengan kondisi apapun. Sosok ayah yang juga menggantikan sosok ibu dalam kehidupannya.
Sang ibu sudah pergi mendahului. Tapi peran penting ibu dalam hidup seorang anak justru digantikan oleh sosok ayah. Sang ayah tak pernah menyerah dan mengeluh melakukannya. Ia melakukannya dengan segenap jiwa dan sepenuh hatinya.
Sesudah kepergian keduanya, sang anak tersebut benar-benar merindukan sosok yang sangat ia sayangi. Suatu ketika, anak menemukan album berwarna biru yang berdebu. Tak disangka betapa terkejutnya, ternyata album tersebut penuh diisi dengan foto-foto ia dan ayahnya. Ia pun tak kuat menahan tangi sambil melihat isi dari album tersebut.
Buku ini sangat menarik, dilihat dari isi yang memiliki banyak makna serta pelajaran untuk hidup kita. Kita diajarkan untuk membaca dengan teliti dan penuh hati. Cerita yang menarik mengenai sosok anak dan ayahnya ini bisa dibaca oleh seluruh kalangan, baik remaja maupun dewasa. Selain itu, tak jarang kisah-kisah di dalamnya sangat menyentuh para pembaca untuk ikut merasakan perasaan sang anak.
Di samping cerita yang menyentuh hati pembaca, pemilihan bahasa yang digunakan penulis tidak gampung langsung dipahami oleh pembaca umum. Misalnya, tidak semua remaja mengerti permainan lego. Betapa menantangnya seseorang menyusun potongan demi potongan dalam dunia lego. Bagi yang tidak mengerti lego, sepenggal kisah di awal tadi tidak akan membuat kisah menjadi menarik.
Artinya tidak terlalu mudah kita bisa memahami maksud sang penulis, dan hal ini membuat pembaca harus membacanya sambil menghayati maksud penulis. Selain itu, cerita dari buku ini juga kurang bervariasi. Ini bisa membuat pembaca bosan. Walaupun demikian itu semua akan kembali pada penghayatan sang pembaca.
Setelah membaca buku tersebut, banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Perjuangan seorang ayah yang menghidupi anaknya sendirian (single parent) hingga mencapai kesuksesan merupakan hal yang paling mengharukan. Selain itu, kita diajarkan cara untuk menghargai betapa lelahnya perjuangan sang ayah. Buku ini sangat bagus untuk dibaca dikalangan para remaja labil yang kurang mengerti arti menghargai sebuah perjuangan sebagai pelajaran bagi mereka.
Novel yang sangat laris ini bahkan sampai pada Januari 2024 sudah mencapai cetakan ketujuh. Sebuah apresiasi dari masyarakat yang luar biasa. Dengan kemampuan penulis menyajikan fragmen demi fragmen, pembaca diajak untuk menyelami arti dari sebuah cinta kasih. Dengan gaya bertutur orang ketiga, sang penulis ingin menggambarkan hubungan dirinya sendiri dan ayahnya.
Leave a Reply