Dua tahun suda Gunung Kelud menyemburkan lavanya. Letusan yang mustahil menghilang begitu saja di ingatan masyarakat. Terutama warga sekitar gunung di Kediri, Blitar, dan Malang. Bahkan, suara letusan nyaring terdengar hingga Yogyakarta sana. Tak hanya letusan, dampak abu vulkaniknya pun menyelimuti hampir seluruh Pulau Jawa.
Kala itu, tanggal 13 februari 2014, tepat di malam valentine-Gunung Kelud menyemburkan lahar panasnya. Malam yang biasanya identik dengan kasih sayang seketika berubah menjadi malam yang sangat mengerikan. Hari yang biasanya digunakan untuk menjalin roman dengan pasangan berganti menjadi malam berkabung dan penuh perenungan. Kelud mengamuk-memberi tanda bahwa ia masih ada.
Sejak lama, muntahan Gunung Kelud seolah menjadi pertanda peristiwa besar yang akan terjadi di negeri ini. Seperti ketika zaman Majapahit yang lalu. Gunung Kelud meletus mengiringi kelahiran Prabu Hayam Wuruk. Ia menandai lahirnya seorang yang akan membawa Majapahit pada masa jayanya. Selain itu, peristiwa besar lain yang diiringi dengan meletusnya gunung kelud adalah kelahiran Bung Karno. Sang Presiden pertama lahir sesaat setelah Kelud meletus.
Tak hanya itu, pada tahun 1951, Kelud menandai peristiwa pemberontakan Madiun. Lalu erupsi tahun 1966 menandai pemberontakan G30S/PKI. Letusan tahun 1990 menandai peristiwa meninggalnya ibu Tien Soeharto dan menjadi awal keruntuhan Orde Baru. Atau juga erupsi pada tahun 2007 yang menjadi pengiring Pak Harto menghadap keharibaan Tuhan YME. Dan di 2014 kemarin, Kelud seolah memberikan pesan sebelum Indonesia menerima pemimpin baru.
Hebatnya, letusan yang terjadi pada 2014 seperti menggeser kebesaran valentine. Tentu kita sudah mafhum jika valentine seolah dijadikan untuk membuktikan cinta kepada sesama. Malahan, beberapa orang terlanjur dan melanjurkan diri untuk memadu kasih bersama pasangan. Kelud seakan mengajarkan makna cinta kasih yang tak hanya sekedar tentang cokelat, seikat mawar, apalagi luapan lendir-lendir nafsu yang mengatasnamakan cinta.
Kisah Dendam Pengkhianatan Cinta
Sebagai salah satu Gunung yang cukup aktif di Indonesia, letusan Kelud tak lepas dari mitos dan legenda rakyat setempat. Mitos memang bukanlah fakta sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, akan tetapi bukan berarti mitos tak berguna sama sekali. Sekalipun rekaan, di dalamnya terdapat pesan moral sebagai penuntun manusia dalam menjalankan lika-liku kehidupan.
Menurut cerita, letusan Kelud adalah amarah Lembo Sora dan Mahesa Sora atas pengkhianatan cinta Dewi Kilisuci. Dikisahkan, Dewi Kilisuci adalah putri Raja Jenggala Manik yang terkenal akan kecantikannya. Hingga membuat dua raja bernama Lembu Sora dan Mahesa Suro berniat menikahinya. Dewi Kilisuci yang enggan menerima lamaran kemudian memberikan syarat sebagai pembuktian. Mereka berdua diminta untuk membuat dua sumur diatas puncak Gunung Kelud dengan catatan yang satu berbau wangi dan yang satu berbau amis.
Dengan kesaktian mereka berdua akhirnya keduanya sanggup menyelesaikan syarat tersebut. Mereka pun mendatangi Dewi Kilisuci untuk menagih janjinya. Tetapi, Kilisuci menolak kesepakatan awal. Ia kemudian menambah syarat dengan menyuruh keduanya untuk melihat kedua sumur tersebut sudah berbau wangi dan amis atau belum.
Akhirnya keduanya kembali masuk kedalam sumur yang telah dibuat. Namun, setelah keduanya masuk Dewi Kilisuci memerintahkan pasukan untuk mengubur Lembu sora dan Mahesa Sura. Keduanya terkubur dan mati dalam sumur buatannya sendiri. Sebelum mati, Lembu Sora mengeluarkan sumpah serapah. “Yoh, Wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku. Kediri dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung.” (Baiklah, besok orang Kediri akan menerima pembalasanku. Kediri akan jadi kali, Blitar jadi daratan, Tulung Agung jadi danau.) Latar belakang sejarah inilah yang menjadikan masyarakat lereng Gunung Kelud hingga hari ini masih dipercayai dan melakukan upacara tolak balak.
Legenda ini memang tak bisa menjadi patokan, akan tetapi didalamnya terdapat pesan moral yang bisa dijadikan rujukan. Sungguh, betapa janji adalah hutang-dan akan dimintai pertanggungjawaban. Dan valentine tak melulu janji cinta. Kelud mengingatkan bahwa valentine adalah kesemuan rasa berbalut luka atas nama cinta. Tak perlu memamerkan valentine atau hubungan. Karena ia yang hari ini begitu kau banggakan, bisa jadi kelak adalah orang yang paling kau ikhlaskan.
Sumber gambar: http://2.bp.blogspot.com/-MVMsI5A9tec/Uv2BfoUCp-I/AAAAAAAAbV8/7mXyvftt8oQ/s1600/2.jpg