Judul: Politik, Partisipasi, dan Demokrasi dalam Pembangunan
Penulis: Ainur Rohman, Fadillah Putra, Levi Riansyah dan Saiful Arif
Penerbit: Averroes Press
Seri: Buku Seri Demokrasi ke-14
Tahun: 2009
Tebal: 127
ISBN: 9793997265
Demokrasi, pembangunan dan partisipasi merupakan topik kajian yang selalu menarik digeluti. Dalam demokrasi, terdapat partisipasi dalam pengertian bagaimana berbagai kelompok masyarakat yang beragam bisa terpadu dan sinergis dalam merencanakan suatu program pembangunan.
Dalam proses ini, inventarisasi permasalahan secara detail dan akurat yang dilakukan dalam ruang publik yang terbuka, bebas dan netral akan sangat membantu dalam menghasilkan pembangunan yang tidak saja memenuhi syarat kualitas wacana melainkan juga kuantitas dalam partisipasi, di mana keduanya merupakan unsur pembentuk terwujudnya demokrasi yang sehat.
Buku seri demokrasi terakhir di Program Sekolah Demokrasi periode keempat kali ini mengangkat topik yang cukup penting dalam beragam pembicaraan demokrasi, yakni tentang partisipasi dan pembangunan. Pembahasan di dalamnya menyangkut bagaimana secara filosofis partisipasi dikaji serta diberi makna, secara implementatif dan dilaksanakan dan secara evaluatif dikritik dan diberi saran positif.
Sebagaimana demokrasi yang tidak bisa datang dari langit, demikian pula dengan partisipasi. Partisipasi publik merupakan semangat utama dari demokrasi. Karenanya kajian, berbagai pengalaman serta ujicoba terus-menerus untuk meningkatkan partisipasi yang berkualitas ini menjadi penting artinya.
Demokrasi Kehilangan Makna
Demokrasi akan kehilangan makna dan manfaatnya bila ia justru menjadi penghalang bagi proses pembangunan yang berkeadilan. Demikian pula demokrasi hanya ada di atas kertas bila partisipasi atau keterlibatan warga dalam proses pembangunan tidak diberikan tempat yang semestinya.
Sebagaimana khas buku seri Program Sekolah Demokrasi yang dikerjakan per bagian dalam topik-topik tertentu, dengan segenap keterbatasan teknis maupun non-teknis yang ada, empat topik saat ini kami hadirkan ke hadapan pembaca. Bagian pertama mengulas secara filosofis apa, mengapa, bagaimana dan dengan cara apa partisipasi dilakukan. Dengan mempertimbangkan kajian Habermas tentang komunikasi, ruang publik dan demokrasi deliberatif, bab ini menyajikan kesimpulan bahwa ruang publik yang netral, dengan berbagai kelemahan yang ada, masih bisa diandalkan untuk mendukung demokratisasi melalui partisipasi dalam proses pembangunan.
Bagian selanjutnya lebih pada elaborasi ulang urgensi partisipasi dan keterkaitannya dengan demokrasi dalam pembangunan, disertai dengan pengalaman-pengalaman studi yang sudah dilakukan. Bagian selanjutnya mengupas lebih topik masyarakat sipil (civil society) dan good governance dalam kaca mata pandang Giddens. Bagian terakhir menyajikan kritik dan evaluasi atas konsep dan pelaksanaan partisipasi serta desentralisasi selama ini.
Dibandingkan dengan jawaban atau solusi atas permasalahan yang diuraikan dalam buku ini, buku ini lebih banyak berisikan pertanyaan-pertanyaan tentang partisipasi, masyarakat sipil, demokrasi dan pembangunan itu sendiri. Masih terdapat banyak pertanyaan yang belum sepenuhnya mendapatkan jawaban yang memuaskan. Namun kita tahu, dalam khasanah intelektual, posisi ‘pertanyaaan’ atau uraian ‘permasalahan’ bisa jadi lebih penting posisinya daripada jawaban yang bisa bermacam-macam.
Bukan saja tentang Vote, tapi juga Voice!
Arena partisipasi publik dalam pembangunan seharusnya tidak hanya mewujud dalam kontestasi aspirasi semata. Adanya proses komunikasi di antara semua komponen masyarakat dalam ruang publik diharapkan akan melahirkan kesetaraan. Ruang publik yang di dalamnya terdapat mekanisme partisipasi yang memungkinkan setiap orang dan kelompok untuk berkomunikasi secara inklusif dan setara untuk membangun kesepakatan bersama.
Di dalam demokrasi yang sehat seharusnya terdapat mekanisme partisipasi yang menyediakan ruang dimana kekuasaan bisa terdistribusi secara merata. Semuanya dilakukan agar segala sesuatu yang diaspirasikan kaum lemah –yang selama ini dipinggirkan– dalam forum diskursif bisa disuarakan.
Leave a Reply