Buku Pertama
Judul: Sang Revolusioner (Che Guevara Speak)
Penulis: George Lavan (ed), Grove Press, Inc. New York
Penyunting: Eko Prasetyo
Penerbit: INSIST Press
Tahun: 2000
ISBN: –
Buku Kedua
Judul: Che Guevara, Revolusi Rakyat (Venceremos! The Speeches and Writings of Che Guevara)
Penulis: John Gerassi (ed), Panther Modern Society (1969)
Penerbit: TePLOK Press
Tahun: 2000
ISBN: 9798793935
Aku meyakini perjuangan bersenjata sebagai satu-satunya solusi untuk rakyat yang berjuang membebaskan dirinya, dan aku konsisten dengan perjuanganku. Banyak orang akan memanggilku avonturir, dan memang demikianlah aku –hanya aku dari jenis yang berbeda, jenis yang mempertaruhkan nyawanya untuk membuktikan kebenarannya. Dengan resiko kelihatan tolol, aku berkata bahwa seorang revolusioner sejati dituntut oleh kecintaan yang besar. Mustahil seorang revolusioner sejati tidak memilikinya. Mungkin ini adalah salah satu drama terbesar para pemimpin, ia harus memadukan jiwa yang bergelora dengan nalar yang dingin, dan membuat keputusan yang menyakitkan dengan sangat tenang.
Para revolusioner garda depan kita harus mengagungkan kecintaan pada rakyat ini sebagai alasan yang paling suci, dan membuatnya menjadi satu dan utuh. (Buku I, sampul dalam).
Demikian kata-kata Che mengalir dengan tenang, tapi membangkitkan. Dialah Che, yang disebut oleh buku ini sebagai Sang Revolusioner!
Pemimpin Gerilya yang Berani
Che, yang diangkat menjadi warga Kuba pada 9 Januari 1959 oleh Dewan Menteri Kehormatan, meletakkan tujuan utamanya untuk membentuk Manusia Sosialis Kuba. Dia ingin mengorbankan efisiensi –meski dia sendiri adalah orang yang sangat efisien– dan nyaris kerap bertentangan dengan para pemikir tradisional Partai Komunis. (Buku II, Hlm. 35). Orang-orang komunis selalu menuntut bahwa seseorang harus membangun sebuah ekonomi sosialis sebelum dia mencoba untuk mengubah dirinya.
Che adalah seorang pemimpin gerilya yang berani, di samping sebagai tokoh politik yang disegani. Meski dalam perbincangan generasi tua di Kuba, Che dianggap sebagai Don Quixote, seorang romantis yang tak punya harapan dan manusia yang tidak bisa dipahami.
Sementara bagi generasi muda, Che adalah sosok harapan yang nyata dan mengagumkan. Kehadirannya di atas pentas politik dunia, sebenarnya tidak hanya karena dia sukses dengan Revolusi Kuba (Buku I, Hlm. 16 dst), melainkan karena dia mampu menunjukkan bahwa tata ekonomi internasional merupakan tatanan yang melahirkan bentuk penindasan.
Bagi Che sendiri, Revolusi Kuba sendiri bahkan membawa Marx pada titik tempat ia sendiri meninggalkan ilmu pengetahuan dan memanggul senapan revolusi. (Buku I, Hlm. 19). Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa Che adalah penentang pendapat revisionis dari aliran ajaran Marxisme. Che bahkan mengatakan bahwa cara ia menafsirkan Marxisme adalah berdiri sebagai revolusioner praktis. “Kami, revolusioner praktis, memulai perjuangan kami sendiri, untuk memenuhi hukum yang telah diramalkan Marx, si ilmuwan”
Dari sudut pandang politis, yang menarik dari pikiran-pikiran Che adalah garis pemikiran dan tindakan yang menjadikan dirinya berubah dari pemberontak yang borjuis menjadi pemimpin yang efektif, yang mengabdikan diri untuk menwujudkan cita-cita sosialis. Bahkan pandangannya hampir menyamai para Marxis Revolusioner Klasik yang memaklumatkan Revolusi Rusia Oktober 1917. (Buku I, hlm. 3).
Melawan Penindasan
Che bicara soal bagaimana melawan penindasan, baik oleh rezim ekonomi kapitalisme maupun rezim negara yang didalangi kapitalisme. Tidak hanya melawan tatanan yang menindas itu, melainkan juga bagaimana mengenyahkan hegemoni kapitalisme (Buku I, Hlm. 113). Imperialisme yang bernaung di bawah tubuh kapitalisme harus dilawan sebagai bentuk kepedulian rakyat atas dirinya sendiri, juga untuk menyejahterakan ekonomi rakyat.
Dalam hal inilah Che bercita-cita mewujudkan rakyat yang revolusioner dan masyarakat sosialis di Kuba. Untuk mencapainya, Che bahkan menyeru dan mengajak negara-negara di kawasan Asia untuk menggalang solidaritas bersama guna melawan imperialisme. Dan Che pun mengatakan, “Setiap aksi kami adalah sebuah seruan perang melawan imperialisme dan sebuah teriakan untuk kebersatuan rakyat (Kuba) melawan musuh besar umat manusia, yakni Amerika Utara Serikat. (Buku I, Hlm. 188).
Che juga bicara mengenai pengorbanan dan dedikasi yang perlu dimiliki kaum buruh dan rakyat umumnya. Bahwa mereka harus bekerja, memproduksi semaksimal mungkin untuk kepentingan dirinya sendiri; untuk mengurangi pengangguran (Buku II. 248).
Lebih penting lagi, Che juga tak lupa bicara agar rakyat Kuba berani berkata tidak! Pada Amerika; Cuba Yes, America No! Dalam semboyan revolusi Che, “Cara terbaik untuk mengatakan adalah dengan mengatakannya”. (Buku II, Hlm. 274). Dan di samping Che berbicara mengenai militansi partai, Che juga menentang sebuah birokratisme negara. Bagi Che, birokratisme negara adalah hal yang tidak diharapkan rakyat sosialis, sebab birokratisme lahir dari rezim borjuis. (Buku II, Hlm. 324).
Sesungguhnya kekuatan Che terletak pada keberanian dan kemauannya untuk terus-menerus tanpa henti terlibat dalam proses perjuangan yang revolusioner. Bagi Che, cara berjuang yang efektif adalah dengan cara memberontak. Sebab hanya dengan itu ia akan mampu mengatakan bahwa perubahan tidak saja membutuhkan penjelasan mengenai apa sebab itu semua, melainkan juga apa akibatnya.
Dari sini kita bisa memetik pesan nyata dari Che, bahwa hasil akhir sebuah perjuangan adalah posisi politik tertentu, namun lebih dari itu adalah sebuah situasi di mana proses yang dinamis mengelola rakyat menemukan tempatnya.
John Gerassi (Buku II) menulis, “Che tertarik dalam segala hal, dari sosiologi dan filsafat sampai matematika dan teknik –tapi tidak ada buku mengenai masalah-masalah gereja atau militer. Seperti ayahnya, Che dilahirkan sebagai seorang Katholik dan telah dibaptis, tapi dia tak pernah bergabung dengan komuni gereja dan tidak pernah tertarik dengan Katholikisme. Ayahnya merasa muak terhadap Gereja dan “karakter eksploitatifnya”. Dia biasa mengatakan bahwa Kristus adalah manusia paling agung di muka bumi, Tapi Gereja telah meruntuhkan ajaran-ajarannya. Gereja adalah bisnis terbesar yang pernah dilakukan oleh orang-orang yahudi dan diatur oleh orang-orang Italia.” (Buku II, Hlm. 8-9).
Ungkapan di atas menunjukkan betapa pribadi Che memiliki karakter yang sangat kuat. Penyunting buku ini pun mengatakan bahwa Che Guevara adalah tokoh-pahlawan legendaris terbesar abad dua puluh.
Che adalah sosok yang romantik dan heroik, ketampanan fisiknya (meskipun saat kecil ia sakit-sakitan), keberaniannya dalam kehidupan dan kematian, dedikasinya yang teguh terhadap revolusi melawan penindasan dan eksploitasi, sikap humanisme, kelihaian dalam perang gerilya, semuanya merupakan petunjuk bahwa Che adalah sosok yang kuat.
Leave a Reply