Lebaran menjelang tiba. Tinggal menghitung hari dan jari. Walau kini pemerintah gencar memamerkan jalan-jalan tol yang sudah diresmikan dan siap dilalui mudik nanti, para maskapai juga sedang berlomba memberikan promo terbaiknya, tapi ayo kita bicarakan tentang bus saja.
Armada bus merupakan angkutan dalam kota antar atau dalam provinsi yang menjadi pilihan bagi kebanyakan orang kelas menengah ke bawah, seperti saya. Armada selalu menjadi pilihan utama bepergian, termasuk mudik.
Ini pengalaman subyektif ya, gak usah diambil hati. Tapi walau subyektif saya sendiri, mungkin juga banyak dirasakan orang. Saya menilai, dari ratusan bus yang pernah saya tumpangi, saya sering menjumpai pengalaman-pengalaman ini:
1. Membohongi Penumpang
Sudah jelas semua kursi sudah penuh, sang kondektur masih teriak, “Ayo kosong kosong, bus terakhir ini. Ayo kosong-kosong.” Kalau Anda percaya gurauan kondektur ini, maka selamat menikmati bergelantungan ria sepanjang perjalanan seperti lagi Ahmad Albar – God Bless ini:
2. Membayar Upeti kepada Preman Jalanan
Ini seperti tulisan saya: Begal. Kasihan Pak Sopir dan Kondektur. Di setiap pemberhentian, begitu banyak para penguasa jalanan yang menarik upeti. Biasanya tampang mereka serem, ada juga yang tidak. Tapi tetep serem juga. Siapa berani melawan? Awak bus sering dijumpai selalu membayar upeti kepada preman jalanan sekitar dengan tujuan agar mendapat tambahan penumpang dan juga lancar dalam menjalankan roda transportasi antar kota dalam provinsi.
3. Miniatur Pasar Dadakan
Seperti tahu bulet yang digoreng dadakan, di rata-rata bus reguler yang saya tumpangi otomatis banyak pedagang menawarkan jajanannya secara dadakan juga. Mungkin mereka tidak tahu bahwa tujuan penumpang bus adalah berpergian, bukan sedang shooping. Eh tapi mereka ternyata mereka pintar, biasanya mereka yang sedang berpergian memang haus dan lapar. Pangsa pasar tersedia di depan mata. Bahkan sekarang bukan soal haus dan lapar saja, barang-barang sekunder dan tersier pun dijajakan dengan penuh hiruk pikuk. Kreatif amat mereka ini: ada jual topi, sabuk, kaos, buku yasin, burung kenari, lampu kelap kelip, arloji. Biarlah begitu, para pedagang asongan ini memang sedang beribadah untuk mencari rezeki halal.
4. Menurunkan Penumpang Sembarangan
Sopir armada seringkali menurunkan penumpang seenaknya tanpa menghiraukan kendaraan yang ada di belakangnya. Mentang-mentang badannya besar. Padahal para sopir itu tahu bahwa kelakuannya itu bikin Menhub pusing karena bikin macet dimana-mana. Wah jadi inget lagunya Bang Iwan, memang setiap yang besar seperti gak pernah salah …
Kau seperti bus kota atau truk gandengan
Mentang-mentang paling besar klakson sembarangan
Aku seperti bemo atau sandal japit
Tubuhku kecil mungil biasa terjepit
Pada siapa ku mengadu
Pada siapa ku bertanya
5. Menggratiskan Penumpang
Sopir, kernet atau kondektur seringkali terlihat tidak menarik bayaran salah satu atau dua penumpangnya. Sebab ia tetangga, sahabat atau kerabatnya. Kalau dia kebetulan tetangga Pak Sopir, maka kode yang diberikan pada kondektur penarik karcis begini: Abang prei yo! (maksudnya yang berbaju merah tadi jangan ditarik karcis). Penumpang lain sebaiknya sih gak perlu iri, salah sendiri gak punya tetangga sopi bus! Biar sekali2 rakyat kecil merasakan arti pertemanan dan kekeluargaan di sini. Bagaimana kalau Pak Sopir bersikap profesional tetap menarik bayaran sang tetangga? Oh oh jangan, itu berbahaya. Siap-siap saja jadi omongan orang sekampung saat lebaran nanti! Bahkan kalau ada pemeriksaan, kalau perlu bayari sang tetangga itu. Daripada daripada …
6. Miniatur Konser Musik
Konser musik dadakan, menjadi salah satu hiburan wajib yang rata-rata Anda jumpai dalam setiap perjalanan via bus. Bisa berganti-ganti artisnya. Dalam setiap pemberhentian muncul artis-artis baru dan genre musiknya juga beda-beda. Musik mereka umumnya kreatif. Saya husnudzon saja, tujuan mereka adalah menghibur kami, biar kami tidak terlalu terlelap dalam perjalanan sebab itu berbahaya kawan.
***
Itu saja sekelumit sesuatu menarik yang kerap saya temui saat naik bus. Anda tidak pernah naik bus? Sesekali naiklah seperti saya, agar Anda tahu arti hidup sebenarnya. Lho!
Leave a Reply