Poin kedua yang akan membentuk sistem internasional dari enam penentu tren perubahan global yang saling berhubungan yang lain yakni populasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi global dan globalisasi, pemerintahan nasional dan internasional, konflik, dan peranan AS adalah sumber daya alam dan lingkungan. Dituliskan dalam paper Global Trends 2015; A Dialogue About The Future With Non-Government Experts, akibat perkembangan teknologi di bidang pertanian, produksi dan cadangan pangan dunia pada 2015 akan mampu mencukupi kebutuhan penduduk dunia yang makin bertambah. Namun demikian tetap ada masalah berkaitan dengan distribusi dan ketersediaan pangan.
Jumlah warga yang mengalami kelaparan kronis di wilayah konflik Sub-Sahara Afrika akan meningkat lebih dari 20% selama 15 tahun mendatang. Potensi bahaya kelaparan akan tetap ada. Pemerintah yang represif, konflik-konflik internal dan bencana alam, akan menghambat upaya penanggulangan kelaparan. Seperti yang terjadi di Somalia pada awal 90an dan terakhir di Korea Utara. Para donatur semakin enggan memberi bantuan karena upaya-upaya yang dilakukan akan menyeret mereka ke dalam konflik militer. Penggunaan tanaman hasil modifikasi genetika sangat berpotensi memenuhi kebutuhan nutrisi warga miskin di negara-negara berkembang. Tetapi oposisi politik dan popular di Uni Eropa dan sebagian di AS, menentang prospek penerapan teknologi ini.
Pada 2015 diprediksi hampir separuh populasi dunia-lebih dari 3 milyar orang-akan tinggal di negara-negara yang langka air. Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan dan China Utara, hanya memiliki kurang dari 1700m3 air per kapita pertahun. Di negara-negara berkembang, 80% penggunaan air digunakan untuk pertanian dan pada 2015 beberapa negara berkembang tidak mampu mempertahankan tingkat irigasi pertaniannya. Pemompaan air tanah secara berlebihan di wilayah-wilayah utama pertumbuhan pangan dunia, akan menambah masalah. Hampir 1000 ton air diperlukan untuk memproduksi 1 ton gandum.
Permukaan air di wilayah-wilayah produsen pangan utama di China Utara menurun sekitar 5 kaki pertahun dan hal serupa terjadi di India dengan angka penurunan antara 3-10 kaki pertahun. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan air dan mengurangi kelangkaan air -misalnya efisiensi penggunaan air, pengembangan desalinisasi, mengembangkan tanaman hasil modifikasi genetik yang sedikit membutuhkan air atau impor air-tidak akan cukup berhasil mencegah kelangkaan air di tahun 2015. Air akan menjadi barang mahal. Kebijakan untuk menaikkan harga air tampaknya tidak dilakukan secara luas dalam kurun 15 tahun mendatang dan pemberian subsidi air secara politik merupakan isu sensitif di banyak negara berpenghasilan rendah yang kekurangan air, karena rakyatnya menuntut air yang murah.
Secara historis, air telah menjadi sumber sengketa, tetapi tidak ada sengketa air yang menyebabkan konflik terbuka antar negara. Kelangkaan air sering kali menstimulasikan kesepakatan pengelolaan bersama. Tetapi ketika negara-negara makin terdesak oleh keterbatasan dan ketersediaan air, kemungkinan munculnya konflik air akan semakin besar. Hampir setengah permukaan bumi merupakan sungai dan danau yang melintasi lebih dari satu negara. Lebih dari 30 negara mencukupi sepertiga kebutuhan airnya dengan sumber yang berasal dari luar.
Turki membangun bendungan-bendungan baru dan proyek irigasi di sungai Tigris dan Eufrat yang akan mempengaruhi aliran air ke Syiria dan Iraq-dua negara terakhir ini akan mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat besar. Mesir tengah melakukan pengalihan aliran sungai Nil yang mengalir dari Ethiopia dan Sudan, keduanya akan menggunakan lebih banyak air dari sungai Nil untuk pembangunan mereka di tahun 2015. Pengelolaan pembagian air tampaknya akan menjadi isu yang makin sensitif. Kelangkaan air yang terjadi ditambah sumber-sumber ketegangan lainnya seperti yang terjadi di Timur Tengah akan menjadi masalah yang paling mencemaskan.
Tentang air ini sendiri, penulis dalam bukunya yang berjudul Bisnis Air, Komodifikasi, Privatisasi, dan Eksploitasi yang diterbitkan Averroes Press mengatakan, pada abad ke-21 ini air akan menjadi barang yang sangat berharga (baca: barang ekonomis). Kelangkaan air akan menimbulkan konflik antar pengguna air. M Fadli, ahli hukum dari Universitas Brawijaya dalam tesisnya mengatakan pada tahun 2003 Word Water Development Report (WWDR) sudah menyatakan dunia terancam akan mengalami kelangkaan air. Diperkirakan pasokan air per orang turun sepertiganya dalam 20 tahun ke dapan. Tahun 2000 minimal ada kematian 2,2 juta jiwa karena sanitasi yang rendah dan 1,1 miliar penduduk dunia tidak mendapatkan akses pasokan air bersih yang cukup. Kondisi ini menurut Pentagon bahkan diperkirakan bisa menyulut kekurangan air yang menyebabkan perang tahun 2010.
Di Indonesia, Pulau Jawa diprediksi menjadi tempat pertama yang akan mengalami kelangkaan air pada masa-masa mendatang. Selain kepadatan penduduk, konsentrasi industri dan perdagangan yang menumpuk di Pulau Jawa menjadi salah satu sebab karena adanya penyempitan lahan akibat pembangunan. Diperkirakan ketersediaan air di Pulau Jawa tinggal 1750 kubik per kapita per tahun. Jumlah itu sudah mengisyaratkan adanya krisis air jika merujuk pada standar normal kecukupan air sebesar 2000 kubik per kapita per tahun. Jumlah itu akan semakin merosot hingga 1200 per kapita per tahun tatkala penduduk Indonesia mencapai angka 280 juta pada tahun 2020 dan dimana 150 juta diantaranya bermukim di Pulau Jawa (Rifai, 2011).
Faktor kelangkaan inilah yang menjadikan air di masa yang akan datang memiliki nilai keuntungan yang sangat tinggi. Terjadinya situasi demand side effect terhadap keberadaan air akan berakibat air tidak akan bisa berfungsi sebagai komoditas publik, namun akan berubah menjadi komoditas ekonomi yang dapat menghilangkan fungsi sosial air. Kondisi ini dibaca oleh korporasi internasional sebagai peluang bisnis yang sangat mengiurkan. Mereka korporasi internasional berbondong-bondong mendorong negara menjadikan air sebagai barang ekonomi dan melakukan privatisasi pengelolaan air. Tujuannya agar pengelolaan air dapat dikuasai oleh korporasi internasional. Di Indonesia lahirnya UU No 7/2004 tentang Sumber Daya Air telah membuka peluang privatisasi air. Banyak pakar sepakat UU itu lahir akibat dorongan global utamanya korporasi internasional yang memiliki kepentingan terhadap air (Rifai, 2011).
Di sektor energi, ekonomi global akan menjadi semakin hemat energi sepanjang tahun 2015. Efisiensi penggunaan energi pada industri-industri tradisional demikian pula transportasi akan meningkat. Lebih lanjut, sektor-sektor pertumbuhan yang paling dinamis dalam ekonomi global, terutama jasa dan pengetahuan sangat sedikit membutuhkan energi dibandingkan aktivitas-aktivitas ekonomi yang mereka gantikan. Produksi energi juga semakin efisien. Aplikasi teknologi, terutama pada eksplorasi dan produksi minyak lepas pantai, memungkinkan dilakukannya eksplorasi di daerah-daerah yang sulit dijangkau.
Pertumbuhan ekonomi global dan pertambahan populasi dunia, akan meningkatkan permintaan minyak hampir 50%, 15 tahun mendatang. Total kebutuhan minyak akan meningkat dari 75 juta barrel perhari di tahun 2000 menjadi lebih dari 100 juta barrel perhari di tahun 2015, peningkatan yang setara dengan total produksi OPEC saat ini. Lima belas tahun ke depan, penggunaan gas alam akan meningkat lebih pesat dibandingkan sumber energi lainnya lebih dari 100% terutama karena penigkatan konsumsi di Asia.
Asia akan mengalami peningkatan kebutuhan energi, menggantikan posisi Amerika Utara sebagai konsumen energi terbesar dan menyumbang lebih dari setengah total peningkatan kebutuhan minyak dunia. China dan India akan mengalami peningkatan konsumsi energi secara dramatis. Pada 2015, hanya sepersepuluh produksi minyak dari Teluk Persia yang akan terdistribusi ke pasar Barat, tiga perempatnya akan dikirim ke Asia.
Energi minyak bumi tetap menjadi bentuk energi yang paling dominan meskipun pemanasan global makin diangap serius. Efisiensi penggunaan tenaga matahari akan makin baik, teknik genetika akan meningkatkan prospek jangka panjang perluasan penggunaan ethanol dan hidrogen sebagai bahan bakar. Penggunaan energi nuklir tetap bertahan pada level yang sama.
Peningkatan kebutuhan energi akan menyebabkan berbagai tantangan berkaitan dengan suplay maupun peningkatan harga secara substansial. Perkiraan total cadangan minyak dunia mengalami peningkatan dengan semakin majunya teknologi yang memungkinkan perluasan eksplorasi dan ditemukannya sumber-sumber baru serta efisiensi produksi minyak. Wilayah Teluk Persia-tanpa perang besar- akan mengalami peningkatan kapasitas produksi minyak dan meningkatkan signifikansinya dalam pasar energi dunia. Wilayah-wilayah lain, termasuk Rusia, pantai barat Afrika dan Greenland juga akan meningkat peranannya dalam pasar energi dunia. Rusia dan Timur Tengah menguasai tiga seperempat cadangan gas yang ada.
Amerika Latin, terutama Venezuela, Meksiko dan Brazil memiliki cadangan minyak aktual lebih dari 117 milyar barrel sementara cadangan potensialnya yang belum diketemukan diperkirakan mencapai 114 milyar barel menurut hasil survey geologi AS. Dengan partisipasi asing, produksi Amerika Latin akan meningkat dari 9 juta barrel perhari menjadi lebih dari 14 juta barel perhari. Pembangunan produksi energi di wilayah Kaspia akan mengalami percepatan maksimal pada 2015. Jalur-jalur transportasi baru bagi ekspor minyak dan gas dari Kaspia yang tidak melalui Rusia akan dioperasikan. Negara-negara produsen minyak akan terus berupaya mendesak pasar untuk menaikan harga tetapi tampaknya tidak berhasil mencapai harga tinggi yang stabil. Harga minyak tampaknya semakin tidak stabil selama 15 tahun ke depan, kenaikan harga secara periodik diikuti oleh kemerosotan harga.
Menjelang 2015, pasar energi global akan bergabung ke dalam dua blok. Kebutuhan energi Asia akan dipenuhi oleh batubara dari wilayahnya dan suplay minyak dan gas dari Teluk Persia, Asia Tengah dan Rusia. Pasokan energi bagi Blok Barat dan Eropa akan beralih ke sumber-sumber di wilayah Atlantik, dengan mengikuti harga dunia.
Sementara itu permasalahan lingkungan kontemporer akan muncul dan dalam beberapa hal semakin luas selama 15 tahun mendatang. Dengan semakin luasnya pemanfaatan lahan, kemerosotan kesuburan tanah akan terus berlanjut sebagaimana hilangnya hutan-hutan tropis. Akibat pertumbuhan ekonomi global yang makin pesat, emisi gas rumah kaca juga akan meningkat. Penyempitan hutan-hutan tropis dan habitat kaya spesies lainnya seperti rawa-rawa dan terumbu karang akan mempercepat kepunahan spesies-spesies biologis. Isu lingkungan hidup akan menjadi isu utama di beberapa negara, terutama di negara-negara maju. Kesepakatan akan kebutuhan mengatasi persoalan lingkungan akan makin menguat, namun kemajuan penanganannya tidak merata.
Proyeksi 2015 ditandai oleh lokalisasi permasalahan lingkungan seperti konsentrasi terhadap persoalan ozon dan polusi udara serta polusi sungai dan danau oleh limbah-limbah industri dan pertanian. Negara-negara maju akan terus mengelola isu-isu lingkungan lokal dan isu-isu seperti itu tampaknya akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan perbaikan standar kesehatan. Negara-negara berkembang akan menghadapi persoalan lingkungan hidup yang makin pelik sebagai akibat pertumbuhan populasi, perkembangan ekonomi, dan urbanisasi yang tinggi. Peningkatan jumlah perkotaan akan mengakibatkan persoalan serius pada kualitas air dan udara yang telah menjadi masalah di kota-kota seperti Mexico City, Sao Paulo. Lagos dan Beijing.
Rusia dan Ukraina akan berjuang mengatasi berbagai persoalan lingkungan yang berakar pada masa-masa pengabaian dan perusakan lingkungan, termasuk penyebaran polusi radio aktif akibat buruknya pengelolaan fasilitas nuklir. Persoalan-persoalan itu tampaknya tidak akan terselesaikan dengan cukup baik. Dan ketika negara-negara itu mengejar pertumbuhan ekonomi, sumber-sumber yang digunakan untuk memperbaiki lingkungan akan berkurang. Negara-negara Eropa Tengah dan Timur menghadapi persoalan yang hampir sama, sebagai akibat pengabaian lingkungan pada masa Komunis; Keinginan untuk bergabung dalam Uni Eropa membuat sebagian negara-negara itu melakukan berbagai upaya dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan.
Berbagai kesepakatan yang ada, bahkan yang sudah diterapkan, hingga 2015 tidak akan berhasil mengatasi berbagai kerusakan lingkungan yang ingin mereka perbaiki. Protokol Montreal sedang dilaksanakan dalam rangka memperbaiki lapisan ozon selama 50 tahun mendatang. Akan tetapi lubang pada lapisan ozon di atas Antartika akan semakin besar dalam dua dekade mendatang –memperbesar resiko kanker kulit di negara seperti Australia, Argentina dan Chile- karena terdapat ketertinggalan waktu antara pengurangan emisi dengan efek-efek atmospheric. Kesepakatan-kesepakatan penting baru akan diterapkan, termasuk misalnya, traktat global untuk mengawasi penyebaran zat-zat kimia organik seperti DDT dan dioksin. Kesepakatan lain, seperti Konvensi Biodiversity cenderung gagal mencapai tujuannya.
Selama 15 tahun ke depan tekanan-tekanan lingkungan akibat pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu banyak menggunakan energi serta kemajuan teknologi. Misalnya, meningkatnya penggunaan bahan bakar sel dan teknologi-teknologi turunan yang mengurangi polusi yang ditimbulkan, khususnya dalam bidang transportasi. Peningkatan penggunaan tenaga matahari dan angin, efisiensi penggunaan energi, dan perubahan kearah pengunaan bahan bakar ramah lingkungan seperti gas alam, akan memberikan kontribusi terhadap trend ini.
Pemanasan global akan meresahkan masyarakat internasional ketika muncul indikasi-indikasi iklim yang memanas seperti pencairan es di kutub Utara-Selatan, naiknya permukaan air dan semakin seringnya badai-badai besar terjadi. Protokol Tokyo tentang Perubahan Iklim, yang berisi mandat bagi negara-negara maju untuk mengurangi emisi, tampaknya akan segera diberlakukan tanpa perubahan-perubahan substansial. Meskipun tidak ada perjanjian formal, beberapa kemajuan dalam rangka mengurangi peningkatan emisi gas rumah kaca, akan berhasil dicapai. India maupun China akan mengembangkan strategi pembangunan hemat karbon, meskipun mereka akan menolak target dan jadwal pengurangan emisi karbondioksida. Sejumlah besar perusahaan-perusahaan internasional akan melakukan langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. (bersambung)
wah gak bagus juga perubahan dunia ditandai dengan semakin terkikisnya energi, air dan minyak. Perubahan yang gak bagus. Harus pinter maintenance mulai sekarang donk a.k.a h e m a t
wah perubahan dunianya kok ke arah decline ya? mulai minyak, air sampai iklim. Jadi mulai dari sekarang harus maintenance donk
efek dari industrialisasi dan materialisme. SDA Bumi sudah tidak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhan manusia yang serakah.