90 tahun yang lalu, tepatnya pada 8 Agustus 1926, di Celebes (red: Makassar), lahir seorang bayi mungil nan tampan. Sang ayah, Amin Saelan lantas memberinya nama Maulwi Saelan. Nama yang kelak menghiasi tinta sejarah Indonesia.
Darah pejuang telah mengalir dalam dirinya. Ayahnya merupakan tokoh perjuangan yang juga pendiri Taman Siswa di Makassar. Sedang kakaknya, Emmy Saelan, masyhur sebagai pejuang wanita.
Berjuang Sebagai Penjaga Gawang
Kecintaannya pada sepakbola sudah terlihat sejak kecil. Kala itu, sang ayah membangun klub bernama MOS di Makassar. Alkisah, tatkala klub tersebut dibentuk, posisi penjaga gawang tengah kosong. Maulwi yang mencintai sepakbola akhirnya bersedia untuk mengisi pos terakhir pertahanan tersebut.
Hijrah ke ke Jakarta, Maulwi mendapatkan kesempatan mengawal gawang tim Jakarta Raya di PON I 1948 Solo. Ia menjadi pilihan utama penjaga mistar tim Jakarta Raya. Aksi-aksi heroiknya kemudian membuat ia dipanggil membela Timnas Indonesia di Asian Games 1951 New Delhi, India.
Karir Maulwi di Timnas berlanjut dengan keikutsertaannya pada beberapa kejuaraan internasional bersama Timnas Indonesia. Pada tahun 1954, Maulwi juga turut serta dalam rombongan kontingen Indonesia untuk mengikuti Asian Games di Filipina. Pada gelaran tersebut, bersama para pemain lainnya, ia berhasil mengantarkan Indonesia hingga semi final.
“Bek-bek Uni Soviet yang bertubuh raksasa langsung terbangun saat Ramang, penyerang bertubuh kecil, melewati dua pemain dan memaksa Yashin melakukan beberapa kali penyelamatan. Pada menit ke-84, pemain berusia 32 tahun itu (Ramang) hampir saja membuat Indonesia unggul, yang bakal menjadi puncak kejutan, andai saja tendangannya tidak ditahan oleh pria yang dikenal luas sebagai kiper terhebat dalam sejarah sepakbola,” tulis FIFA.
Malam tadi, setelah bermain futsal, salah seorang teman memulai percikan obrolan terkait hebat mana Buffon dengan Suarez. Ditemani hujan deras yang mengguyur Kota Malang sejak sore, kami asyik membicarakan dan memperdebatkan hal yang tidak pernah bersinggungan langsung dengan kehidupan kami.
Pada akhirnya, mau tidak mau, kami bersepakat bahwa sehebat apapun nilai pemain bertahan, penjaga gawang khususnya, akan tetap kalah dengan seorang striker. Sebanyak apapun penyelamatan yang dilakukan Buffon, akan tetap mendapatkan nyinyir jika dibandingkan dengan jumlah gol Suarez.
Bukankah hal yang sama juga terjadi pada Maulwi?
Tanpa menafikkan kehebatan Ramang yang kala itu memang menjadi andalan Indonesia untuk menggempur gawang lawan, Maulwi adalah benteng terakhir yang semestinya diberikan standing applause. Sebagai seorang kapten, ia harus menjadi pemimpin sekaligus menjadi tameng gawangnya dari serangan beruntun Uni Soviet di babak delapan besar. Bukan main-main, Maulwi harus mengamankan gawangnya dari pesepakbola wahid macam Igor Netto, Sergei Salnikov, dan Boris Tatushin.
Ini adalah sintesa sederhana yang secara akurat dibuktikan oleh pernyataan FIFA kepada Ramang di atas.
Pertandingan tersebut akhirnya berakhir dengan skor 0-0. Karena belum ada peraturan adu pinalti, pertandingan harus diulang dalam waktu 36 jam ke depan. Dan pada akhirnya Indonesia harus kandas dengan skor 4-0. Benar sekali, Maulwi harus memungut bola empat kali dari gawangnya sendiri.
Dua tahun berselang, ia juga tercatat sebagai salah satu atlit untuk berpartisipasi dalam Asian Games di Tokyo. Bisa jadi, inilah pencapaian terbaik Timnas Indonesia dalam kancah sepakbola di Asia. Maulwi dkk berhasil memberikan medali perunggu kepada Indonesia. Hal yang hingga hari ini belum bisa diulang oleh Putiray bersaudara atau bahkan Cristiano Ronaldo-nya Indonesia, Zulham Zamrun.
Mengamankan Negara, Menjadi Pengawal Presiden
Di luar lapangan, sejak umur 20 tahun, Maulwi telah tergabung dalam pasukan Indonesia ketika bertarung melawan NICA pimpinan Westerling yang mengagresi Indonesia. Ia menjadi salah satu pejuang yang siap mengorbankan nyawanya untuk bumi pertiwi. Bahkan, sang kakak harus gugur ketika Belanda menyergap Robert Walter Monginsidi.
Pasca disepakatinya Perjanjian Linggarjati yang hanya mengakui wilayah Republik Indonesia di Madura, Jawa, dan sebagian Sumatera, Maulwi meneruskan perjuangan dengan berlayar menggunakan perahu ke Pulau Jawa. Ia kemudian terdampar dan meneruskan perjuangan di Malang Selatan.
Pada tahun 1962, ia dipanggil oleh Bung Karno ke Jakarta. Ia kemudian bergabung dengan Resimen Tjakrawibawa. Dan secara otomatis ia menjadi pasukan pengawal pengamanan presiden. Selang beberapa waktu, saat kejadian G30S, ia menjadi wakil komandan Resimen. Selain itu, ia juga diangkat menjadi Ketua Umum PSSI.
Dalam sebuah artikel di Sindonews.com, Maulwi mengungkapkan bahwa pasca kejadian 65, pengawalan terhadap Bung Karno mulai dipreteli, bahkan dihilangkan. Pasca dibubarkannya Tjakrawibawa, pengawalan Bung Karno diserahkan pada militer yang pro dengan Soeharto. Sementara untuk keperluan pribadi presiden diserahkan ke Detasemen Kawal Pribadi (DKP).
“Fasilitas untuk presiden mulai dikurangi. Pengawalan hanya dilakukan oleh Polisi Militer seadanya. Presiden tidak boleh lagi menggunakan helikopter, hanya boleh menggunakan mobil,” kenang Maulwi dalam peluncuran buku Dari Revolusi 45 sampai Kudeta 66.
Dengan pembubaran Tjakrawibawa, otomatis Maulwi pun berstatus sebagai pengangguran. Meski begitu, kondisi presiden selalu terbesit dalam benaknya. Sayangnya, tatkala Soekarno menghembuskan nafas terakhir di tanggal 21 Juni 1970, Maulwi tidak ada di samping presiden sekaligus panutannya tersebut. Ia harus mendekam di Rumah Tahanan Militer milik Orde Baru.
*****
Kemarin, tepat pada 10 Oktober 2016, Maulwi menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Pertamina Jakarta. Ia meninggal dalam dekapan keluarga dan orang-orang yang menyayanginya.
Dan di detik ini, di alam yang berbeda sana, mungkin saja ia sedang duduk semeja dengan Soekarno. Berbincang dan bernostalgia ketika mereka dahulu bersama sembari dua cangkir kopi tersaji di depan mereka.
Selamat jalan, Maulwi Saelan!
Sumber:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Maulwi_Saelan
- http://www.bola.com/indonesia/read/2622832/legenda-sepak-bola-indonesia-maulwi-saelan-meninggal-dunia
- http://historia.id/obituari/maulwi-saelan-yang-saya-kenal
- http://nasional.sindonews.com/read/1146122/15/maulwi-saelan-saksi-mata-penderitaan-bung-karno-1476114674
- http://www.solopos.com/2016/10/10/maulwi-saelan-ajudan-terakhir-soekarno-meninggal-dunia-759759
Leave a Reply