Tidak sedikit yang beranggapan bahwa memiliki pasangan atau yang kita persempit dalam konteks tulisan ini yaitu pacaran sebagai hal yang enak. Anggapan mayoritas ini kemudian masuk pada pola pikir individu bahwa punya pacar itu enak, sehingga banyak orang yang berkeinginan untuk memiliki pacar. Wajar, karena dalam budaya kita, kita cenderung menghindari emosi negatif seperti perasaan tidak senang, kecewa, takut, dan lainnya. Karenanya, maklum jika kita suka yang enak-enak.
Pada dasarnya, manusia memang memiliki kebutuhan untuk dicintai dan merasa dimiliki. Maslow beranggapan bahwa kebutuhan ini harus dicukupi agar manusia mampu mengaktualisasikan dirinya. Freud beranggapan bahwa kebutuhan ini sebagai kebutuhan dasar yang direpresentasikan sebagai kebutuhan sex, jika tidak dipenuhi maka akan mengganggu kestabilan ego manusia. Erich Fromm juga beranggapan bahwa jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi hubungan sosialnya.
Mengapa kebutuhan untuk dicintai dan merasa dimiliki itu muncul? Analoginya begini, mengapa kita butuh makan? Karena kita lapar. Kalau kita kelaparan terus menerus maka kita akan mati. Jadi, kalau kita lapar kita harus makan, supaya hidup. Well, dalam analogi ini kita sudah tahu alasan mengapa kita butuh makan. Tapi tidak banyak yang tahu mengapa kita butuh dicintai dan merasa dimiliki? Mungkin, dalam benak pembaca ada yang menggumam, “Ya supaya bahagialah!”.
Baiklah, coba kita membuat logika berpikir lagi, mengapa kita butuh dicintai dan merasa dimiliki? Jawabannya, supaya bahagia. Kata “supaya” adalah akibat, bukan sebab. Seperti mengapa harus makan? Supaya hidup. Jawaban sebenarnya adalah karena lapar. “Supaya hidup” adalah akibat dari kita yang sudah memenuhi kelaparan kita dengan makanan. Kita bisa menarik kesimpulan, bahwa jika ada kebutuhan berarti ada kondisi yang tidak terpenuhi. Kondisi-kondisi yang tidak terpenuhi inilah yang membuat kebutuhan untuk dicintai dan merasa dimiliki itu muncul. Berikut ini kondisi yang mungkin kita rasakan, setiap orang bisa berbeda-beda kondisinya.
Menginginkan kehidupan yang sempurna
Kondisi sosial budaya kita seringkali mengatakan bahwa memiliki pasangan adalah hal yang baik, hidup tidaklah sempurna jika tidak memiliki pasangan, secara tidak langsung hal tersebut menjadi tuntutan tersendiri dalam diri kita. Tuntutan memiliki pacar juga bisa terbentuk dari media sosial, sehingga kita cenderung membandingkan diri kita dengan orang lain, oleh karena itu kita cenderung berusaha untuk memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut agar hidup kita sempurna.
Merasa kurang berharga
Memiliki pacar, apalagi memiliki pacar yang ……. (silahkan diisi sendiri) cenderung meningkatkan harga diri kita. Hal ini dilakukan karena sebenarnya kita memiliki harga diri yang rendah, sehingga kita memerlukan orang lain untuk membuat kita merasa berharga.
Kekurangan pemenuhan kebutuhan kasih sayang
Secara tidak sadar, kondisi masa lalu kita mempengaruhi perilaku-perilaku kita di masa kini dan yang akan datang. Beberapa orang mungkin kekurangan kasih sayang (afeksi) dari orang tuanya sejak dari masa kanak-kanak. Pemenuhan kasih sayang dari orang tua sangatlah penting, karena dengan kasih sayang tersebut kita tidak akan merasa kesepian. Pemenuhan kasih sayang ayah untuk anak perempuan dan pemenuhan kasih sayang ibu untuk anak laki-laki juga perlu menjadi perhatian. Jika kebutuhan kasih sayang dari orang tua terpenuhi, maka kita tidak perlu mencari sumber lain (pacar) untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Mencari sesuatu untuk bisa dikontrol
Bagi seseorang yang dominan dalam hubungan sosial, ia akan selalu mencari objek untuk bisa dikontrol. Baginya, mengontrol seseorang dapat meningkatkan harga diri dan kepercayaan dirinya. Hal ini berarti sesungguhnya ia memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang rendah sehingga membutuhkan orang lain untuk meningkatkan dua hal tersebut.
Merasa ingin dikontrol
Seseorang yang ingin dikontrol biasanya tidak mampu untuk mengontrol dirinya sendiri. Ia merasa hidupnya membutuhkan orang lain untuk menjadikan dirinya sebagai sosok ideal yang ia buat sendiri.
Ingin memiliki
Bagi seseorang yang dilanda jatih cinta, pasti berkeinginan untuk memiliki seseorang yang dicintainya. Hal ini terjadi karena ada harapan dari individu yang jatuh cinta, sehingga memunculkan kebutuhan untuk dicintai kembali.
Merasa Insecure dengan dirinya sendiri
Maslow berpendapat kebutuhan dicintai dan merasa dimiliki tidak akan bisa terpenuhi jika kita merasa insecure. Seseorang yang tidak nyaman dengan dirinya sendiri cenderung mencari tempat lain (pacar) untuk membuatnya merasa aman dan nyaman. Namun begitu, kebutuhan masing-masing orang juga berbeda-beda. Jadi berbeda-beda pula kondisi seseorang sampai pada keinginannya untuk pacaran.
Kondisi ini bisa saja disadari atau pun tidak disadari. Kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam batin seseorang, kita juga tidak pernah tahu apa yang terjadi pada masa lalunya. Oleh karena itu, wajar saja jika seseorang ingin memiliki pasangan hidup karena harapan-harapan untuk menjadi bahagia. Tetapi, sebelum bergantung kebahagiaan kepada orang lain, baiknya kita bergantung kebahagiaan kepada diri kita sendiri. Karena jika kondisi-kondisi sebelum pemenuhan kebutuhan dicintai itu telah selesai pada diri kita, maka kita akan dengan mudah menerima orang lain tanpa kecewa.
Leave a Reply