Tidak perlu khawatir kehabisan stok untuk mencari jenis kerupuk ini. Dengan mudah kita dapat menemukannya hampir dikeseluruhan pasar di desa-desa apalagi kota-kota. Kerupuk ini terbuat dari bahan tepung singkong yang diolah, dibentuk bulat-bulat, dikeringkan dan digoreng. Kadang dikasih warna merah, kuning atau hijau. Karena digoreng tidak menggunakan minyak, tetapi menggunakan pasir, maka sebagian orang menyebutnya dengan kerupuk tayamum.
Rasanya yang gurih dengan harga murah menjadi alasan utama orang mencari kerupuk ini. Di toko-toko kecil kadang dijual lima ratusan, seribuan hingga dalam kemasan besar berharga dua ribuan atau tiga ribuan. Cocok untuk seru-seruan saat begadang, main game bareng-bareng, mengerjakan tugas kelompok, rapat kantor, nongkrong di tepi jalan, saat sendirian atau untuk makanan ringan saat ada tamu. Bila disuguhkan saat lebaran Idul Fitri, dijamin bakal laris manis mengalahkan aneka jajanan lain yang pasti harganya lebih mahal. Yang jelas suara dan rasa renyahnya yang khas membuat kita ketagihan menikmatinya setiap saat.
Bila belum puas dengan rasa yang ada, kita bisa menambahkannya dengan sambal kecap pedas atau sambal saus tomat. Cukup dengan dicelupkan ke sambal, kerupuk tayamum dapat dinikmati dengan aneka sambal sesuai selera tanpa mengurangi renyahnya rasa kerupuk. Malas untuk membuat sambal? Jangan khawatir. Kerupuk tayamum juga sering dijual dengan sambal kecap yang sudah disiapkan oleh produsen dalam kemasan kerupuk. Bahkan ada juga yang telah dicampurkan oleh produsennya, sehingga kita tinggal menikmati kerupuk tayamum rasa pedas.
Ada berbagai nama lain untuk menyebut kerupuk ini seperti opak wedi (kerupuk pasir), kerupuk padang pasir atau kerupuk Kediri. Konon memang kerupuk ini sudah ada sejak zaman kerajaan Kediri dan kini sentra home industri kerupuk ini berada di daerah Kediri. Sedang nama kerupuk tayamum pertama kali dimunculkan oleh para santri Pondok Lirboyo. Nama tersebut diambil karena kerupuk ini sama sekali tidak bersentuhan dengan zat cair atau minyak goreng pada proses pemasakan akhir. Hal tersebut dikorelasikan oleh para santri dengan tayamum, yakni bersuci tanpa menggunakan air.
Akan tetapi kini tidak perlu ke Kediri untuk bisa menikmati gurih renyahnya krupuk Tayamum. Cukup kita masuk di pasar-pasar tradisional di kota kita masing-masing akan dengan mudah kita jumpai kerupuk jenis ini, baik yang asli buatan Kediri atau bukan. Bisa dimakan dengan sambal, rujak, atau lauk makan sehari-hari. Dijamin besok kita akan beli lagi.
Terakhir tentang kerupuk ini, secara ekonomi anda akan terlibat langsung dengan penuntasan lapangan kerja sektor UMKM yang padat karya. Sebab belum pernah ada industri kerupuk ini yang diproduksi secara massal dalam pabrik besar. Semua usaha produksi kerupuk ini berasal dari home industri dengan tenaga kelas ekonomi menengah ke bawah. Nah, setali tiga uang kan? Nikmatnya kerupuk kita dapat, eh, ada banyak orang yang terselamatkan usahanya bahkan terpromosikan. Selamat mencoba.
Edi Purwanto says
sudah bisa ditebak kalau istilah ini adalah pruduct Lirboyo.
Mbah Manap njenengan pasti bangga dengan perkembagan Lirboyo hari ini
saiful says
hehe..tambah sambel kacang makin sip…
Ida mustahal says
Ingat wkt msh dipondok…