Judul: Dilan 1990
Sutradara: Fajar Bustomi
Produser: Ody Mulya Hidayat
Penulis: Pidi Baiq
Pemain: Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla, Gusti Rayhan, Stefhanie Zamora Husen dan Yoriko Angeline
Produksi: Falcon Pictures dan Maxima Pictures
Rilis: 25 Januari 2018
“Jangan rindu”, | “kenapa?” | “Berat, kamu gak akan kuat, biar aku saja”.
“Kamu seneng mikirin aku?” |”Seneng dan bingung, bingung gimana cara berhentinya” | “kenapa?” | “Maunya deket kamu terus, kalo deket kan gak perlu mikirin”
Kata-kata itu merasuki memori setiap penonton Dilan 1990. Sepintas kata-kata tersebut sangat sederhana dan bukan sajak cinta, namun disitulah kata-kata itu bermain, yang ringan, gampang diingat tapi mampu bikin baper penonton. Kata-kata itu pulalah yang dapat mewakili figur Dilan dalam film garapan Fajar Bustomi tersebut.
Film adaptasi dari novel karya Pidi Baiq ini bercerita tentang perjalanan cinta Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilla). Dilan, sang tokoh utama memiliki sifat yang kaku, unik, lucu sekaligus romantis. Meskipun secara fisik sosok Dilan terkesan imut dengan rambut yang terurai kedepan layaknya artis korea zaman now, tapi di sisi lain ia jauh dari kata imut dan lugu, karena ia adalah anggota geng motor yang jabatannya cukup serem, Panglima Tempur.
Sementara Milea adalah anak pindahan dari Jakarta. Di sekolah, Milea menjadi incaran banyak teman pria, termasuk Nandan (Andryos Aryanto) murid berprestasi di kelas Milea dan Kang Adi guru lesnya (Refal Hady). Selain itu, Milea sebenarnya sudah punya pacar di Jakarta, yaitu Beni (Brandon Salim) yang berwatak pemarah dan labil.
Namun dari semua pria yang mengincarnya, tetaplah Dilan sebagai pemenang. Cara pendekatan Dilan beda dengan pria lain, ia cenderung aneh, kaku tapi bikin baper. Semisal ketika berkenalan dengan Milea, Dilan melalukannya dengan meramal untuk bertemu di kantin dan suatu saat akan dibonceng dengan motornya. Atau ketika di hari ulang tahunnya, jika pria lain membawa kue tar atau boneka, Dilan malah membawa Teka-Teki Silang (TTS) yang telah diisi semua. Alasannya ia tidak mau sang pujaan hati pusing mengisinya.
Cara pandekatan Dilan yang beda dengan yang lain membuat Milea terpikat olehnya. Bagi Milea, dibalik watak keras Dilanada sisi lembut, lucu dan romantis. Apalagi Dilan juga pernah menyatakan diri akan selalu menjadi pelindung bagi Milea. “Jangan bilang ke aku kalau ada yang menyakitimu. Nanti besoknya, orang itu akan hilang”.
Betapapun Milea juga mencintai Dilan, ia tetap tidak setuju dengan tawuran antar geng motor. Sewaktu sekolahnya diserang oleh geng motor lain, Milea menerobos lemparan batu mencari Dilan. Pernah juga suatu ketika Milea mengetahui rencana penyerangan kelompok geng motor Dilan, ia langsung menghampiri Dilan dan mengajaknya jalan-jalan. Meski awalnya menolak, akhirnya pendirian Dilan runtuh atas bangunan cinta bersama sang kekasih.
Cerita ini berakhir ketika Dilan menuliskan “Proklamasi Cinta” di buku Milea lengkap dengan materai dan tanda tangan mereka berdua sebagai pengukuhan atas jadian mereka.
Film ini menggunakan alur maju-mundur yang diulang-ulang. Diawali dengan Milea di tahun 2014 di Jakarta yang menuliskan ceritanya di masa Sekolah Menengah Atas (SMA) ketika bertemu Dilan tahun 1990 dan kembali lagi pada tahun 2014.
Kekuatan film ini ada pada chemistry antara Dilan dan Milea yang dapet banget serta penataan dialog yang rapi. Selain itu, ingatan kita akan dibangunkan pada suasana Bandung tahun 1990an, Gedung Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan tentunya jalanan kota yang bebas macet.
Sayang, senimatografi colour grading kurang optimal untuk film dengan latar awal 90an. Tak hanya itu, karaker Dilan yang bad boy seperti di novel kurang tervisualisasikan, Iqbaal bisa dikatakan malah lebih mirip artis K-Pop masa kini.
Meski begitu, tak perlu khawatir, film ini sangat layak untuk diapresiasi dan ditonton karena dapat membuat terhibur, baper hingga seyum-senyum sendiri. Hingga hari ini penonton Dilan mencapai 5 juta, lho.
Leave a Reply