Judul: The Danish Girl
Sutradara: Tom Hopper
Pemain: Eddie Redmayne, Alicia Vikander, Amber Heard
Produksi: Working Title Pretty Pictures, Artemis Production
Tahun: 2015
Fenomena LGBT yang hari ini kian marak seyogyanya adalah pengulangan sejarah di masa lampau. Semenjak berabad-abad, kondisi macam LGBT sudah menjadi kelaziman di berbagai penjuru dunia. Terkhusus transgender, sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1700an Masehi.
Menjelang era modernitas, tepatnya pada tahun 1930an, operasi medis transgender pertama dilakukan. Adalah Einar Wagener, seorang pelukis asal Denmark yang memutuskan untuk melakukan operasi kelamin dan merubah dirinya menjadi Lili Elbe. Kisah nyata ini terjadi yang terjadi pada Einar kemudian dijadikan novel fiksi oleh David Ebershoff berjudul “The Danish Girl”. Pada tahun 2015, sutradara Tom Hopper membuat sebuah film berdasarkan novel “The Danish Girl” dengan judul yang sama.
Kisah The Danish Girl dimulai di Copenhagen, Denmark, pada tahun 1920an. Einar Wagener dan Gerda Wagener merupakan pasangan suami istri yang memiliki profesi yang sama di bidang seni lukis. Alkisah, pada 1930an, seni lukis eropa sedang populer dengan lukisan tubuh. Pada film ini juga ditampilkan lukisan-lukisan perempuan tanpa busana yang menjadi tren pada masa itu.
Meski pelukis tubuh, Gerda lebih banyak melukis wajah dibandingkan bagian tubuh lainnya. Suatu ketika, ia diminta untuk melukis tubuh Rasmussen. Tantangan ini membuat Gerda kebingungan untuk mencari model. Akhirnya, ia memutuskan untuk menjadikan suaminya sebagai model memerankan sosok Lili.
Karena iba dan sayangnya, Einar menyanggupi permintaan tersebut. Einar merubah sosok maskulinnya menjadi sangat feminin. Sosok Lili yang sempat ia tinggalkan kini semakin menjadi-jadi. Apalagi ketika ia bertemu dengan Sundahl yang ternyata seorang homoseksual.
Einar benar-benar menikmati perannya sebagai Lili. Ia juga tak sungkan menemani Gerda hingga ke Perancis sebagai sosok Lili. Awalnya Gerda mengenalkan Lili Wagener sebagai sepupu Einar yang berasal dari kampung bernama Vejle. Akan tetapi, orang-orang yang mengenali kontur wajah Einar tidak percaya hal tersebut. Mereka bersikukuh bahwa wanita yang ada di depannya adalah Einar.
Sosok Lili yang sudah menguasai diri Einar sepenuhnya membuat pikiran Gerda berkecamuk dan merasa menyesal telah menyuruh suaminya memerankan Lili. Di sisi lain, keinginan Einar untuk menjadi perempuan seutuhnya semakin tak terbendung. Ia berniat melakukan operasi transgender di Jerman. Dan benar saja, Einar mewujudkan mimpinya, dan merubah dirinya menjadi Lili.
Kualitas film yang mendapatkan rating 7.0 oleh IMdB ini sudah barang tentu mendapatkan berbagai tanggapan dari penonton. Masyarakat Indonesia yang tak biasa dengan cerita transgender atau LGBT tentu akan memberikan ragam komentar. Beberapa pihak akan menganggapnya sebagai hiburan semata, beberapa pihak mungkin akan membakar kasetnya. Apalagi kalau Habib Rizieq yang menonton film ini, mungkin tetiba ia akan gagal jantung.
Selain cerita yang tak biasa, seperti halnya drama lain yang mengambil setting zaman dahulu, film ini juga terkesan membosankan. Namun, apabila kita mau mengikhlaskan diri untuk menikmati sembari menganalisis film ini, terdapat cerita tersendiri di balik keinginan seseorang merubah kelamin. Einar yang sudah memiliki jiwa feminin sejak kecil memilih berganti kelamin bukan tanpa alasan. Menjadi seorang wanita adalah soul-nya.
Berperan ganda sebagai Einar dan Lili, kualitas akting Eddie Redmayne patut diacungi dua jempol. Apalagi, dengan isu LGBT yang tengah menyeruak, tantangan untuk memberikan kemampuan terbaik tentu saja semakin diuji. Dan Alicia Vikander yang berperan sebagai Gerda Wagener juga patut mendapatkan pujian. Chemistry keduanya yang begitu kuat membuat pergolakan psikologi dan perdebatan argumen seolah begitu nyata. Menonton film ini, Anda tak akan terlalu banyak menemukan adegan esek-esek kelas Kalijodo. Andai ada, kekuatan akting para pemainnya akan menutupi pesona seks itu sendiri.