Judul: The Colony
Sutradara: Florian Gallenberger
Pemain: Emma Watson, Daniel Bruhl, Michael Nyqvist
Produksi: Iris Production
Rilis: 13 September 2015
Villa Baviera adalah satu kawasan terpencil di pelosok Chile yang menjadi saksi bisu dari kekejaman sekte bernama Colonia Dignidad. Sebagian besar pimpinan dari sekte ini adalah mantan petinggi Nazi yang bermigrasi ke wilayah Chile. Colonia Dignidad didirikan pada tahun 1961 oleh seorang paedofil bernama Paul Schaefer.
Di Baveira, warga dari Colonia didoktrin paksa untuk tunduk pada sebuah kepercayaan aneh. Selain itu, para warga juga dijadikan budak dengan cara yang kasar. Kaum laki-laki, perempuan, dan anak dipisahkan untuk tidak dapat menjalin hubungan asmara. Jika mereka melanggar aturan dari Schaefer, otomatis mereka harus menerima konsekuensi penyiksaan secara sadis. Parahnya lagi, orang-orang di dalam Colonia tidak dapat keluar, mereka diharuskan mengakhiri hidup di kamp. Sebagian besar dari orang-orang itu adalah tahanan politik yang membangkang dari pemimpin diktator Augusto Pinochet.
Kisah nyata kekerasan yang dilakukan oleh Schaefer dan para petinggi Colonia sukses diangkat menjadi sebuah film berjudul The Colony. Disutradarai oleh Florian Gallenberger, film ini sukses mengangkat fakta penistaan terhadap umat manusia yang terjadi di Colonia. Film ini dibintangi oleh artis cantik ternama Emma Watson, yang menjadi seorang Lena. Ia adalah perempuan yang berjuang menyelamatkan kekasihnya, Daniel, di Colonia. Sedangkan Daniel (Daniel Bruhl) yang menjadi kekasih dari Lena adalah seorang aktivis beraliran Marxis pendukung Presiden Salvador Allende.
Kelebihan dari film ini ialah mampu menyeret emosi penonton untuk hanyut dalam aksi-aksi yang ditampilkan aktor. Salah satunya aksi menegangkan pada saat kudeta militer terjadi di Santiago, dan mengharukan pada saat Lena berusaha dengan gigih untuk menemukan Daniel di kamp. Ini membutikan bahwa pihak produser film cukup serius untuk menggambarkan kejadian nyata yang sebenarnya terjadi di Colonia Dignidad.
Kudeta Militer
Awal mula cerita dalam film menceritakan Lena yang bekerja sebagai pramugari bertugas dalam sebuah penerbangan ke Chile. Baginya terbang ke Chile menjadi sesuatu yang indah karena ia dapat bertemu Daniel, sang kekasih. Setiba di Chile, ia bertemu Daniel yang menjadi aktivis mahasiswa sedang melakukan aksi jalanan untuk memperjuangkan kedudukan Salvador Allende sebagai presiden.
Di tengah-tengah aksi, keduanya nampak melepaskan dahaga kerinduan yang telah menyebabkan hati mereka sedikit gersang untuk sementara waktu. Perjumpaan berlanjut manis ketika keduanya saling menceritakan aktivitas masing-masing di rumah Daniel. Daniel menceritakan keterlibatannya dalam aksi ini sudah jauh, ia bulat untuk mendukung Allende secara penuh, lantaran ia sepaham dengan ideologi marxis yang digunakan oleh Allende.
Daniel juga tidak suka dengan cara militer diktator yang dijalankan Pinochet. Lena mengamini hal tersebut, mendukung sepenuhnya setelah ia menyaksikan sendiri kekerasan yang terjadi melalui foto hasil potret sang kekasih.
Lena begitu menyukai Daniel sepenuh hati. Di hari perjumpaan itu mereka menghabiskan waktu untuk saling bermesraan di tempat Daniel. Hati Lena seolah meleleh dalam setiap perkataan yang diucapkan Daniel mengenai perjuangannya selama ini. Namun, perjumpaan itu begitu singkat.
Di hari berikutnya, mereka mendapati kudeta militer semakin menjadi-jadi. Jalanan di Kota begitu mencekam setelah beberapa regu militer lalu-lalang dan bubuk misiu terlihat mengapung mengudara. Keduanya terpaksa harus meninggalkan rumah setelah mencium informasi bahwa rumah mereka akan digeledah.
Mereka kabur melitasi jalanan yang penuh amarah. Nahas, keduanya tertangkap militer yang sedang beroperasi. Mereka ditangkap setelah Daniel terbukti memotret aksi kekerasan yang dilakukan militer terhadap warga sipil di jalanan.
Keduanya dikumpulkan bersama para warga yang ditangkap di sebuah stadion. Di tengah stadion warga dibariskan lalu seorang yang dirahasiakan menunjuk satu-persatu warga yang terlibat dalam gerakan sosialis pendukung Allende. Situasi begitu menegangkan bagi para warga, tak terkecuali dengan Lena dan Daniel.
Sial, Daniel harus menerima kenyataan pahit. Ia ditunjuk sebagai salah seorang yang terlibat. Daniel dibawa, lalu dianiaya, hingga membuatnya tidak sadar.
Colonia Dignidad
Daniel dibawa menuju ke selatan, satu tempat terpencil yang bahkan orang Chile sendiri jarang mengetahui. Ia direbahkan di atas sebuah kasur penyiksaan di dalam ruangan gelap. Dengan kedua tangan yang terborgol, ia kemudian dibangunkan paksa dari pingsan oleh seorang interogator. Ia lantas ditanya puluhan kali seputar keterlibatannya dalam gerakan, namun puluhan kali pula Daniel tetap diam.
Kediamannya ini berujung petaka. Ia harus menerima setruman dan pukulan bertubi-tubi dari seorang algojo. Ini membuat wajahnya lebam dan kembali tak sadarkan diri. Melihat kondisi Daniel yang sudah kritis, sang algojo menghentikan aksinya. Ia melepas siksaan pada Daniel.
Meski Daniel nampaknya benar-benar terlepas dalam penyiksaan yang keji tersebut, akan tetapi ini bukan berarti penderitaannya tuntas. Setelah tersadar, ia harus menerima kenyataan bahwa kini ia sedang berada di sebuah kamp yang tidak dikenalinya. Ia bertemu orang-orang yang lebih banyak diam dan tertunduk lesu. Ia juga bertemu seorang pemimpin berlagak suci bernama Schaefer. Keanehan banyak dijumpainya.
Dari sebuah penyiksaan yang bertubi-tubi pada malam interogasi telah menyebabkan wajah Daniel berubah. Beberapa orang menyebutnya gila, karena kenampakan wajahnya yang tidak seperti orang normal. Di kamp tersebut, Daniel dipekerjakan di sebuah bengkel mesin.
Di tempat lain, Lena kebingungan mencari kekasihnya. Ia terpaksa untuk mengabaikan pekerjaannya hanya untuk mencari keberadaan Daniel. Beruntung ada orang yang memberi informasi mengenai Baviera dan Colonia Dignidad. Namun, informan tersebut tidak menyarankan agar Lena berangkat kesana, karena ia tau tidak ada orang yang bisa keluar dari dalam Colonia.
Lena tetap nekad untuk mencari Daniel. Baginya hidup tanpa Daniel bagaikan pagi tanpa matahari. Lena menuju ke sebuah daerah terpencil itu di Baviera. Ia menyembunyikan identitas dan latar belakangnya datang ke Colonia.
Setelah masuk dalam kamp, Lena mendapati suatu kenyataan yang membuat kepalanya pening. Wajah-wajah pucat yang menjadi hiasan sehari-hari. Suara tangisan dan erangan kesakitan menggema dalam sebuah malam penghabisan. Ia juga sempat menemui anak kecil yang menangis setelah masuk dalam ruangan Schaefer.
Lena diperkerjakan sebagaimana perempuan lainnya untuk menjadi budak di kebun. Di sana ia harus bekerja keras di bawah perintah seorang perempuan kejam. Walaupun ia dituntut bekerja, namun perhatian Lena tetap untuk mencari Daniel. Pencarian ini menghabiskan banyak waktu dan kesabaran.
Lena pada akhirnya bertemu dengan Daniel. Ia mendapati Daniel dengan kondisi wajah yang berubah. Meski begitu ini tidak menggoyahkan rasa cintanya pada Daniel. Pertemuan itu berlangsung singkat sebatas pertukaran informasi. Akan tetapi itu begitu penting di Colonia.
Pasca pertemuan itu keduanya merencanakan sebuah cara untuk kabur dari Kamp. Ketika bagi kebanyakan orang mencari jalan keluar dari kamp adalah tindakan yang sama saja dengan mencari ujung maut, Lena dan Daniel tetap saja bersih kukuh. Perjalanan mencari jalan keluar ini pada akhirnya menjadi adegan yang begitu menegangkan dalam film The Colony.
***
Film The Colony sesungguhnya mengajarkan mengenai makna inti pada rasa kemanusiaan. Bahwa sesungguhnya kekerasan, oleh siapapun, kapanpun, dan dimanapun tidak dapat diindahkan kehadirannya. Film ini mengartikulasikan bahwa inti dari kehidupan adalah rasa kemanusiaan. Cinta adalah rasa kemanusiaan yang bagi Lena harus diperjuangkan untuk Daniel. Begitupun dengan Daniel, cintanya pada Lena sama besarnya dengan perjuangannya melawan ketidakadilan.
Hingga kini tragedi kekerasan di Colonia Dignidad tetap menjadi misteri. Hukum masih bungkam, dan meski aksi saling tuding mulai mencuat.
Sumber gambar: http://www.filmandtvnow.com/wp-content/uploads/2016/02/Colonia.jpg
Leave a Reply