Bendera setengah tiang hampir setiap tahun kita pasang sebagai peringatan peristiwa kisah kepahlawanan putra bangsa demi mempertahankan tegaknya suatu negara. Sikap nasionalisme yang luar biasa ditujunkan sembilan putra terbaik bangsa yang rela mengorbankan jiwa. Ketidakrelaan bila negaranya dirong-rong kedaulatanya oleh siapapun yang ingin memecah belah keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Negeri ini didirikan diatas semangat persatuan dengan pengorbanan yang besar, darah para pejuang ditumpahkan demi yang namanya kebebasan bernegara yaitu MERDEKA…….!.
Semangat kebangsaan yang dulu senantiasa dikobarkan oleh para pejuang untuk merebut kemerdekaan, kini sudah tidak lagi menjadi semangat yang melekat disetiap dada para generasi penerusnya. Dalam tragedi G30S yang terjadi di Jakarta dan Yogyakarta pada 30 September 1965 adalah bukti sejarah yang akan semangat bela Negara, semangat kecintaan terhadap bangsa, semangat mempertahankan kedaulatan Negara. Putra-putra terbaik negeri ini mempertaruhkan jiwanya demi membebaskan Negara dari penjajahan, mempertahankan Negara dari pengkhianatan anak bangsa sendiri. Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani, Letjen. (Anumerta) Mas Tirtodarmo Harjono, Letjen. (Anumerta) Siswondo Parman, Letjen. (Anumerta) Suprapto, Mayjen. (Anumerta) Donald Isaac Pandjaitan, Mayjen. (Anumerta) Sutojo Siswomihardjo, Aipda (Anumerta) Karel Satsuit Tubun, Kapten CZI (Anumerta) Pierre Tendean, Kolonel Inf. (Anumerta) Sugiono – wafat di Yogyakarta, Brigjen. (Anumerta) Katamso Darmokusumo – wafat di Yogyakarta adalah bukti bahwa Negara ini didirikan dengan banyak pengorbanan banyak nyawa.
Sebuah cita-cita yang ingin dicapai adalah mewujudkan kemakmuran rakyat dengan kemandirian dibidang apapun, artinya adalah kemerdekanan rakyat kecil untuk mendapatkan perhatian dari Negara. Kemerdekaan rakyat untuk memperoleh penghidupan yang baik (makmur, adil dan sejahtera) sebagaimana amanah Undang-undang Dasar ’45.
Sekarang peristiwa revolosi sebuah pengkhianatan yang menggemparkan dunia tersebut telah meninggalkan kita 45 tahun yang lalu. Banyak cerita pilu yang telah dilupakan, banyak cerita kepahlawanan yang ditinggalkan, banyak cerita penderitaan rakyat yang dikubur dalam-dalam jauh dalam relung sebuah sejarah yang tak berujung. Lebih ironi banyak generasi muda yang tidak tahu makna dari “Bendera Setengah Tiang” yang terpasang di depan rumah, kantor, depan sekolah. Pengkhianatan-pengkhianatan baru muncul dengan perkasa dihadapan kita, upaya marginalisasi perekonomian rakyat, menjual negeri ini dengan berdalih kemakmuran rakyat, menjual kota ini dengan alasan lapangan pekerjaan, menjual kedaulatan dengan alasan kesejahteraan rakyat.
Kesaktian Pancasila dikenang hanya sebatas ceremonial demi asa kepantasan atas penghormatan yang semu, elit negeri dengan lantang mengkhinati pendiri bangsa bahkan ada yang ingin memenjarakan janda para pahlwan. Bangsa ini sudah mulai malu mengakui pengorbanan para pahlawan, bangsa ini sudah mulai enggan memikirkan nasib para mantan pejuang. Upaya pemutusan mata rantai sejarah gencar diproklamasikan, sejarah sudah menjadi barang usang yang pantas dirombengkan.
Kiranya hanya kedudukan demi kemuliaan semu dengan mengorbankan rakyat yang menjadi tujuan. Di mana asas ketuhanan yang dulu sangat diagungkan, dimana asas kemanusiaan yang dulu dikedepankan, mana asas persatuan yang dulu ditegakkan, mana asas keadilan yang selalu menjadi slogan. Pengingkaran terhadap Tuhan telah menjadi kebiasaan, penindasan atas nasib kemanusiaan terus mengitari kehidupan rakyat kecil, perkelahian antar sekolah antar suku, antar genk, antar kampung, antar kelompok, antar mahasiswa hampir setiap hari kita saksikan di media, pengkhiantan amanah rakyat sudah menjadi kelaziman, jual beli atas nama keadilan sudah menjadi tradisi. Koruptor telah menjadi selebritis di dunia entertaimen, rasa malu telah tergadaikan seiring telah tergadaikanya negeri ini.Bendera setengah tiang akan selalu berkibar sepanjang sejarah perjalanan rakyat untuk meraih kemakmuran yang hakiki. Lalu di mana para wakil rakyat baik yang dil egislatif, eksekutif maupun di yudikatif ketika rakyat sedang membutuhkannya.
Kesaktian pancasila?
apakah pemberangusan terhadap ratusan ribu orang di pelosok nusantara adalah kesaktian pancasila?
Sangat disayangkan sekali kalau pemasangan bendera setengah tiang itu hanya untuk memperingati segelintir orang yang berada di pucuk militer pada saat itu.
semoga arwah ribuan orang yang meninggal pada tahun itu diampuni oleh yang maha kuasa.
Allahumaghfirlahum warhamhum wa afihii wa’fu anhum…
amiin
Memang betul bahwa saat ini generasi muda sudah lupa akan sejarah perjuangan bangsanya. Betul pula bahwa perjuangan para pahlawan harus senantiasa dikenang. Dan bahwa peristiwa G30S PKI adalah tragedi yang memilukan juga sangat benar. Tapi apakah hanya sembilan orang itu yang patut untuk dikenang dalam peristiwa G30S PKI? Bukankah tidak sedikit pula rakyat sipil yang menjadi korban?Sepertinya kisah heroik sembilan orang pahlawan revolusi itu hanya kehebatan Si pembuat film saja? He..He..