Judul: Aroma Karsa
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 701 Halaman
Terbit: Cetakan pertama maret, 2018
ISBN : 978-602-291-463-1
Sebagai ibu rumah tangga dengan dua orang anak kecil membuat saya seringkali tidak mempunyai banyak waktu luang, apalagi untuk sekedar membaca novel, sehingga acapkali membacanya secara acak saja. Sudah jarang saya bisa menikmati membaca novel seperti saat-saat masih lajang dulu. Namun, nampaknya itu terbantahkan dengan daya tarik Aroma Karsa, Novel ini berhasil membawa saya kembali tenggelam dan melahapnya kata demi kata, sampai saya yakin tidak ada satu kalimat pun yang tertinggal.
Deskripsi tersebut tidaklah berlebihan, terbukti memang Aroma Karsa berhasil menghidupkan kembali cerita bersambung pada versi digital sebelum kemudian diterbitkan dalam versi cetak. Ukuran keberhasilan cerita bersambung tentunya bisa menjadi tolok ukur akan kemenarikan isi dari Aroma Karsa, karena tidak mudah membuat para pembaca selalu menantikan rangkaian kisah selanjutnya.
Seperti pada novel Dee Lestari lainnya, Aroma Karsa juga penuh dengan petualangan. Kisah petualangan yang tebal dan tidak kehilangan imajinasi. Di awal kita akan disuguhi oleh cerita dari seorang lelaki bernama Jati, ia memiliki kemampuan penciuman yang luar biasa, inilah awal bagaimana Dee Lestari menceritakan dunia parfum dengan epik. Kabarnya untuk penulisan Aroma Karsa, Dee Lestari benar-benar melakukan riset terkait pembuatan parfum sampai ke Singapura.
Pertemuan Jati dengan Raras Prayagung seorang pengusaha parfum kaya raya menjadi jalan pertemuannya dengan Tanaya Suma. Tanaya ialah adalah anak dari Raras Prayagung yang memiliki kemampuan yang sama dengan Jati. Pertemuan Jati pada keluarga Prayagung membuka kilas balik kisah-kisah mereka di masa lalu yang sebenarnya masih menjadi misteri oleh keduanya.
Pencarian Puspa Karsa oleh Raras Prayagung membawa kisah ini semakin tebal dengan menghadirkan nuansa mitologi lokal tentang keberadaan makhluk di Gunung Lawu yang syarat dengan kisah mistik.
Saya melihat sebenarnya yang ingin disampaikan oleh Dee Lestari secara tersirat dari inti kisah ini yaitu pesan pencarian Puspa Karsa. Puspa Karsa hanya sebagai kritik simbolis dari kehidupan masyarakat modern saat ini. Wujud Puspa Karsa bukanlah seperti yang dicari oleh Jati, Tanaya maupun Raras. Namun ada wujud dari sesuatu yang abstrak, yang sebenarnya tak lebih dari sebuah ambisi manusia saja. Dan kita semua sebagai manusia sejatinya juga akan mencari Puspa Karsa tersebut. Sebuah ambisi yang akan mudah menular ke orang lain seperti sebuah virus yang sulit dihancurkan dan disembuhkan. Ambisi-ambisi buruk yang dibungkus dengan aroma wangi dan keindahan yang melenakan.
“Aku yakin kamu sekarang paham betapa berbahayanya Puspa Karsa. Ia tidak mengabulkan kehendakmu atau kehendak siapapun juga. Ia punya kehendak sendiri dan kalian semua dijadikan alat. Seperti yang terjadi pada perempuan Prayagung.”
Lalu berwujud dalam bentuk apa sebenarnya Puspa Karsa? Silakan bisa dimaknai sendiri setelah membaca novel ini.
Romansa, pengetahuan, petualangan, mitologi lokal, dan simbolisme yang syarat dengan pemaknaan filosofi diolah dengan cukup baik oleh Dee Lestari dalam Aroma Karsa. Saya sebagai pencinta novel-novel yang bermuatan budaya lokal Indonesia, tentunya sangat dibuat jatuh cinta oleh novel ini.
Namun ada beberapa yang menjadi catatan yaitu saat alurnya sampai di tengah cerita, terasa seperti ada yang terasa kering. Untungnya, hal tersebut cukup terobati dengan alur selanjutnya yang tebal dan membawa adrenalin pembaca pada rimba petualangan.
Oleh: U. Laila Sa’adah
Leave a Reply