Alam dan perempuan memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai alat reproduksi. Keduanya memiliki persamaan ketika digeneralisasikan fungsi mereka dalam sistem sosial. Perempuan adalah seseorang dimana ia sebagai produksi bagi keluarganya, perempuan memiliki alat reproduksi untuk menghasilkan keturunan dan juga ikut membantu suami dalam penyediaan pangan di rumah. Sedangkan alam juga dianggap sebagai reproduksi hasil-hasil pertanian, hutan, hewani, dsb yang nantinya sebagai bahan olahan bagi kelangsungan hidup manusia.
Dalam prosesnya seiring dengan pembangunan manusia dan modernisasi, alam dan perempuan juga masih menempati ruang sebagai korban. Modernisasi pembangunan dalam hal ini dengan pembangunan di bidang pertanian yaitu Revolusi Hijau yang telah menimbulkan kesengsaraan bagi alam. Penggunaan alat-alat berat mesin-mesin pertanian serta pupuk kimiawi untuk meningkatkan produktivitas pertanian semakin membuat alam tergerus dan juga merusak struktur hara tanah. Tanah semakin kehilangan unsur haranya dan berubah menjadi tanah yang tidak subur. Sama halnya dengan alam yang menjadi korban dalam revolusi hijau, perempuan yang awalnya sebagai subjek pertanian (menanam dan merawat tanaman palawija dengan alat-alat pertanian tradisional) setelah datangnya revolusi hijau, posisi mereka tergusur hanya sebagai penyedia makanan rumah. Mereka mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memenuhi bahan pangan di meja makan rumah mereka. Pelu diketahui bahwa revolusi hijau telah membawa paradigma baru dalam bertani. Hasil tani yang diproduksi haruslah sebanyak mungkin yang kemudian hasilnya untuk dijual. Sedangkan untuk kebutuhan subsisten (kebutuhan sendiri) kadangkala para petani tersebut kurang memperhatikan. Oleh karena itu untuk kebutuhan pangan rumahtangga yang akhirnya berputar otak adalah perempuan. Akhirnya perempuan lah yang harus mencari kebutuhan pangan di meja makan.
Revolusi hijau ketika itu telah meminggirkan fungsi perempuan yang awalnya dapat merawat alam dengan sifat perempuannya. Peran perempuan yang akhirnya diganti dengan mesin-mesin berat pertanian telah melakukan eksploitasi alam yang semakin menjadi-jadi. Padahal perempuan sebagai subjek pertanian adalah salah satu bentuk kearifan lokal yang perlu dipertahankan sebagai salah satu upaya dalam mempertahankan alam dan kelestarian hidup.
Leave a Reply