Secarik kerts kecil dengan seutas pena
Menyisir aku tulis bait-bait surga
Juga syair yang berubah mencekam
Bagai neraka
Di sini…
Di rumah ini
Inilah sumber semua energiku
Inilah sumber semua cinta dan asaku
Dan di sini, sumber pahit getirku
Di sini pula, semua itu berakhir
Inilah waktu
Saat atap kayu termakan waktu
Menancap kegelisahan menghitung waktu
’kapan atap ini roboh?’
atau tiang penyangga yang lapuk
terbungkus rayap-rayap yang terus merayap
tak kenal waktu, pantang menyerah
di sini
seekor kucing putih hitam putih termangu
lelap di kursi kayu
menunggu nasi ikan asin
menjadi teman canda ibu
yang sendirian…
yang kesepian…
rumah ini
terbeli 1998 lalu
sesaat setelah pekik reformasi
menjadi satu, aku dan ibu
di sini…
mimpi-mimpi itu coba aku beli
ditengah gelisah akan waktu
rumah lapuk yang tak jua aku sanggup
sekedar memugar demi kelayakan
rumah ini…
mungkin sejelek gubuk meliuk tertiup angin
menjadi saksi emosiku
saksi marah dan sedihku
juga saksi atas kepenatan
sekaligus tawa dan kebahagiaan
di sini…
rumah ini menjadi oase
nyata dan fatamorgana
aku dan ibu
mengukir waktu yang kian angkuh
tak memberiku kesempatan
untuk mendekap erat semuanya
ditulis kembali di malang, 21 September 2010
Leave a Reply