Judul Buku : Namanya, Massa
Penulis : Ratna Indraswari Ibrahim
Penerbit: LKiS Yogyakarta kerjasama dengan PUSPeK Averroes Malang
Tahun: 2001
Tebal: 172
ISBN: 9799492289
Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang pertama kali diterbitkan PUSPeK Averroes (Averroes Press) bekerjasama dengan LKiS Yogyakarta. Adalah Mbak Ratna, panggilan akrab Ratna Indraswari Ibrahim, cerpenis yang lahir 24 April 1949 dan meninggal 28 Maret 2011 (pada umur 61 tahun) merupakan seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia.
Dalam wikipedia, disebutkan dia melahirkan karya sastra secara produktif, walaupun kemampuan fisiknya nyaris tidak berfungsi, kesetiaan berkarya Ratna di dunia sastra ditandai dengan lebih dari 400 karya cerpen dan novel yang dihasilkannya sejak usia remaja hingga akhir hayatnya.
Dalam perjalanan hidupnya, sebagai difabel, Ratna mengaku pernah mengalami masa-masa yang disebutnya sebagai “kemarahan usia remaja”. Ratna sudah menandatangani kontrak dengan sebuah penerbit di Jakarta. Novel tersebut belum berjudul, menggarap romantika dunia aktivis di tengah pergolakan reformasi 1998 yang belum sempat diselesaikannya, karena umur sudah menjemput.
Di antara beberapa karyannya sebagai berikut (sumber Wikipedia):
- Antologi Kado Istimewa (1992)
- Pelajaran Mengarang (1993)
- Lampor (1994)
- Aminah di Suatu Hari, Menjelang Pati (1994)
- Laki-laki yang Kawin dengan Peri (1995)
- Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (1997)
- Namanya Massa (2000)
- Lakon Di Kota Senja (2002)
- Waktu Nayla (2003)
- Sumi dan Gambarnya (2003)
- Bukan Pinang di Belah Dua (2003)
- Lemah Tanjung (2003)
- Pecinan di Kota Malang (2007)
- Lipstik di Tas Doni (2007)
Namanya, Massa
Buku ini merupakan kumpulan 16 cerpen Mbak Ratna yang sebelumnya telah dipublikasikan di berbagai media massa. Cerpen-cerpen yang tersaji pada buku ini terasa realistik. Inspirasi ceritanya diambil dari kehidupan yang mengitari lingkungan kehidupannya sehari-hari dan dunia imajiner Mbak Ratna yang subyektif dan khas.
Namanya Massa dipilih sebagai judul buku dari cerpen-cerpen lain yang dimuat di berbagai media massa, dari Kompas, Surabaya Post juga Media Indonesia. Berikut adalah judul cerpen lainnya dalam buku ini:
- Bilik Yang Terkunci (Kompas, 15 Maret 1987)
- Kesakitan (Kompas 7 Juni 1987)
- Burung Bangau (Kompas 8 April 1990)
- Perempuan Itu Cantik (Kompas, 5 Mei 1991)
- Namanya, Massa (Kompas 16 Januari 1994)
- Kucing Malang (20 Februari 1994)
- Tujuh Belas Tahun Lebih Empat Bulan (Kompas, 18 Januari l996)
- Tetangga Sebelah Rumah (Media Indonesia 29 Desember 1996)
- Dongengnya Mama (Surabaya Post 17 Februari 1997)
- Bojoku (Kompas 7 September 1997)
- Pulang (Nova 20 Februari 1998)
- Kupu-Kupu untuk Bunga (Kompas 19 April 1998)
- Salma yang Terkasih (Kompas 18 April 1999)
- Goodbye Erick (Malang, 1 Mei 1999)
- Meong (Malang, 22 Desember 1999)
- Bunga Kopi (Kompas, 16 April 2000)
Ini memang kota Jakarta! Di kafe ini, saya ketemu Massa. Matanya bagus! (Tapi, dia tidak secantik Maminya yang artis terkenal). Papinya, sutradara andalan, dalam dunia perfilman kita. Massa, acuh tak acuh saja, kala Mas Beny (teman sama-sama wartawan), mengajaknya ngobrol. Dia minum wiski (seperti minum air putih). Saya mungkin kelewat asyik melihatnya, sehingga Mas Beny berbisik, “Kalau kamu sudah lama di Jakarta, ada banyak perempuan, seperti itu.”
Barangkali, sulit bagiku untuk menyesuaikan diri, dengan watak kota Jakarta. Sejak ditugaskan sebagai wartawan di Jakarta, saya merasa sering sepi dan jenuh dengan pekerjaan yang sudah saya geluti selama tujuh tahun. Demikianlah, dalam malam yang hujannya rintik- rintik ini, di diskotik yang musiknya hingar-bingar, saya temukan Massa yang mabuk. Saya antarkan dia ke rumahnya. Saya memotret Massa yang sedang mabuk. Mengapa keinginan itu muncul? Karena, saya lihat anaknya, Boni (menurut Mas Beny, anaknya itu hasil di luar nikah. Dengan salah satu pemain film yang disutradarai Papinya ), yang mungkin baru berumur tiga tahun, biasa-biasa saja, kala melihat Massa yang sedang mabuk itu.
Saya dan Mas Beny, melihat hasil foto Massa yang mabuk. Mas Beny bilang, “Foto ini kelihatannya bisa dijual. Massa ‘kan anaknya orang terkenal. Tanyakan ke redaksi apakah foto ini bisa dimuat di media kita. Kalau tidak, jual saja ke media itu. Pasti laku! Karena, ada nilai beritanya.
Itulah sepenggal kisah awal dari cerpen Namanya, Massa. Massa dikisahkan terlahir dari keluarga yang super sibuk. Maminya seorang arti yang terkenal sedangkan Papinya adalah seorang sutradara handal sehingga mereka jarang sekali berkumpul dalam rumah yang penuh kehangatan. Komunikasi sangat kurang. Lalu kedua orang tuanya bercerai. Tak peduli lagi dengan keluarganya yang berantakan. Ia pun terjerumus dalam jurang hitam yang menyesatkannya.
Ia membutuhkan keluarga yang harmonis dalam hidupnya.
Penuh Inspirasi
Cerpen Mbak Ratna selalu penuh inspirasi. Sastrawan, novelis dan cerpenis ini merupakan sosok dengan segudang prestasi dan pengalaman. Beberapa yang pernah diraih adalah, tahun 1980 pernah menjadi juara I Penciptaan Puisi yang diselenggarakan “Bali Post”, tahun 1993 mengikuti Seminar Disable People Internasional di Sydney Australia, tahun 1993-1996 berturut-turut (selama 3 tahun) masuk dalam antologi Cerpen Pilihan Harian Kompas, tahun 1993 masuk dalam Antologi Cerpen Pilihan Harian Sore Surabaya Post, tahun 1994 mendapat predikat “Wanita Berprestasi” dari pemerintah RI. Juga pernah menjadi profil harian KOMPAS.
Pada tahun 1995 mengikuti Kongres “International Women” di Beijing Cina dan menerbitkan Antologi Cerpen berjudul “Menjelang Pagi”, tahun 1996, karyanya masuk dalam Antologi Cerpen yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar Jakarta, dan pada tahun yang sama juga masuk pada Antologi Cerpen Perempuan ASEAN. Pada tahun 1996-1999 menjadi Juara III Cerpen & Cerbung Majalah FEMINA, tahun 1997 mengikuti “Leadership Training” MIUSA di Eugene Oregon AS dan pada tahun ini pula mengikuti Konferensi Wanita se Dunia di Washington DC AS. Tahun 1998 tercatat sebagai Direktur I Lembaga Swadaya Masyarakat Entropic Malang, dan Litbang Yayasam Kebudayaan Pajoeng Malang.
Pada Maret 2011, ia dipanggil Tuhan. Selamat jalan Mbak Ratna …
Sumber Gambar: http://statik.tempo.co/?id=69678&width=475
Lani says
Mbak Ratna adalah inspirasiku. Sebagi sesama mahasiswa yg pernah belajar di Brawijaya karya2nya hingga kini tak lapuk. Semoga damai dan bahagia bersama Nya