Judul: Nabi Khung Ce
Penulis: Dr. Junaidy Sugianto, S.H.,M.M.,M.H
Penerbit: Madani Wisma Kalimetro
Terbitan: Maret 2014
Ukuran: 14 x21; hal : i-x;1-206
ISBN: 978-602-14987
Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KTD)
“Pada saat hendak mengetahui dan memahami jiwa manusia, ia tidak boleh tidak mengetahui dan memahami firman dan perintah Tuhan”
Buku karangan Junaidy Sugianto ini membahas mengenai sosok yang menjadi salah satu panutan warga Khonghucu. Dengan tebal sekitar 200 halaman, buku ini mengupas biografi dan perjalanan religi yang dilakukan Khung Ce dalam menyebarkan ajaran-ajaran kebaikan. Hingga pada akhirnya banyak penganut agama Khonghucu menjadikan dan menyebutnya seorang Nabi.

Pada bab awal, buku ini membahas kronologi biografi Khung ce. Khung Ce lahir pada tahun 551 SM. Dalam perjalanan hidupnya, Khung Ce aktif mendidik setiap manusia walau hanya mendapat imbalan satu tusuk dendeng kering. Bersama murid-muridnya, Khung Ce terus berkeliling ke setiap pelosok negeri untuk mengajar masyarakat. Ia berharap dengan hal tersebut masyarakat menjadi cerdas, memiliki keyakinan dan kepercayaan, beriman ibadah, berhati kasih dan menjalankan kebajikan. Khung Ce akhirnya wafat pada tahun 479 SM. Karena kemuliaan ajarannya itulah sehingga Khung Ce menjadi Nabi dalam Agama Khonghucu.
Sebagaimana Islam, Alquran dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat muslim. Cung Yun adalah salah satu kitab suci penganut Agama khonghucu. Kitab Cung Yun merupakan kumpulan ajaran yang disampaikan oleh Nabi Khung Ce tentang keseimbangan dalam hidup. Kitab ini ditulis oleh keturunannya dari generasi kedua (cucu) yaitu Ce Se. Sehingga dapat dikatakan bahwa kitab Cung Yun masih orisinil, meski ada istilah ajaran yang telah mengalami distorsi. Buku Cung Yun merupakan buku kedua dari kitab Se Su (kitab “Empat Buku”) yang terdiri dari kitab Ta Shi’e (pendidikan tinggi tentang “iman, keyakinan, dan kepercayaan”), kitab Cung Yun (Keseimbangan Bathin), kitab Lun I’ (petuah fatwa), dan kitab Meng Ce (Mensius).
Buku ini dengan jelas memberikan metode pendekatan untuk memahami ajaran Khun Ce. Junaidy menggunakan pendekatan hermeneutika agar dapat menyerap esensi dari ajaran Khun Ce dengan benar. Sebagaimana yang disebutkan oleh Abu Zaid “Manusia mengucapkan Ujaran dengan maksud agar makna yang ia kehendaki seperti yang terkandung dalam ujaran tersebut. Jika ujaran ini ditafsir dengan penafsiran makna yang tidak dituju pembicaranya, maka si penafsir hanya menafsirkan sebagian yang diberikan oleh kekuatan lafal, meskipun tidak mengenai sasaran yang dimaksud pembicara”. Pendekatan hermeneutika akan memberikan pendekatan makna yang diberikan oleh si penafsir, baik dari arti gramatika dan ciri-cirinya. Selain itu, secara historis dan filosofis dapat dilakukan dalam menguji hubungan suatu teks dan sejarah teks terhadap fakta, tradisi dan social-relegius yang berlaku.
Dari hasil hermeneutika pada ajaran Khung Ce sebagaimana yang tertulis dalam kitab keseimbangan (Cung yun), pengajaran terhadap manusia dalam keseimbangan bathin merupakan tolak ukur tertinggi dalam kehidupan manusia. Sifat keseimbangan ini harus dilandasi dengan rasa syukur kepada Tuhan yang telah menakdirkan nasib dan hidup manusia di muka bumi. Meski untuk bertutur dan berlaku dalam keseimbangan bathin sangatlah sulit. Maka dari itu untuk mendekati keseimbangan Bathin manusia diharapkan selalu banyak bertanya, meneliti dan menyaring kata-kata yang diucapkan orang lain. Hal tersebut menunjukkan adanya ajaran ketuhanan yang diberikan oleh Nabi Khung ce melalui ajaran keseimbangan agar manusia selalu berbuat kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Akhirnya, secara sistematis buku ini mampu menerjemahkan ajaran kitab Chun Yun dengan baik. Yakni dengan menekankan perilaku dalam hidup manusia harus melakukan kebajikan. Mengapa? Karena jika tidak, maka akan membuat keyakinan dan kepercayaan manusia menjadi labil dan diragukan. Untuk itu sebagai manusia yang beriman seharusnya sangat menghargai kebajikan serta berpegang teguh pada keyakinan dan kepercayaan. Bila tidak jelas selalu bertanya dan belajar.
Sumber gambar: http://www.hatikupercaya.com/images/artikel/c/o/artikel-confucius.jpg