Kiai Haji Anwar Zahid, da’i tradisional kondang itu sering kali mengatakan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang paling serakah di dunia. Beliaunya (ingin pakai “ia”, tapi manunggaling santri tak menghendakinya) sesekali dengan celetukan khas orang pantura berujar perbedaan mendasar antara hewan dan manusia di titik gairah dan hasrat. “Pitik, lek wes warek yo mulih, gak atek bungkus. Urusan mene yo dipikir mene. Lha menungso, masio wes warek yo tetep bungkus. Umpomo gak isin, asline yo pengen dikreseki kabeh.”
Kiranya memang tidak terlampau tepat menjadikan paparan kiai kampung tersebut sebagai landasan menghakimi seseorang. Namun, jika mau lebih cermat-apa yang dikatakan oleh Kiai Anwar Zahid adalah penjabaran terbaik hierarki kebutuhan Abraham Maslow-yang merentang tahapan kepuasan seorang manusia. Lucu, jika mengiyakan Om Maslow, namun meragukan Kiai Anwar Zahid. Naïf pula jika menertawakan Kiai Anwar Zahid, namun melakukan pengaminan pada konsep homo homini socius atau juga homini lupus.
. . .
Cristiano Ronaldo adalah simbol puncak superioritas kehidupan. Super Saiya yang kebetulan hidup di era modern. Ia bukanlah mitos macam Achilles atau Baahubali-ia ada-dan melegenda dengan caranya. Ia yang terbaik. Titik. Jangan dulu sebut nama Lionel Messi. Karena ia adalah antitesis-yang akan menghentikan segala upaya pemujaan Ronaldo.
Ronaldo bukanlah manusia super karena aji mumpung. Alih-alih hidup enak, semasa kecil ayahnya hanyalah seorang pengurus kebun dan ibunya bekerja sebagai koki. Ia adalah pemenang. Dan untuk mewujud impiannya, ia berusaha-bekerja keras-dan pantang menyerah.
Hampir tiap hari ia berlatih sepak bola. Adalah dosa besar jika membandingkan porsi latihannya dengan rekan setimnya. Apalagi berusaha sekuat tenaga membandingkan dengan porsi latihan Bijahil Chalwa.
Ingatkah Anda dengan nasihat kuno ingat lima perkara sebelum lima perkara. Ronaldo adalah prototype terbaik untuk menjelaskan nasihat tersebut. Alkisah, timnya (Sporting Lisbon) sedang menjalani laga bertajuk friendly match dengan Manchester United. Papan skor diakhir pertandingan menunjukkan angka 3-1 untuk kemengan Sporting Lisbon. Dan Ronaldo adalah protagonista kemenangan Sporting. Ia tau betul bagaimana memanfaatkan kesempatan-memikat seorang Alex Ferguson-menyihir para pemuja Setan Merah.
Ferguson adalah orang yang paling paham akan bakat dan kerja keras Ronaldo. Kepercayaan tersebut secara jelas dibuktikan dengan menempelnya nomor tujuh di punggung Ronaldo. Maklum saja, nomor tujuh adalah nomor keramat di Manchester United. Pemiliknya pun tak main-main, deretan nama macam George Best, Bryan Robson, Eric (King) Cantona, hingga David Beckham tercatat pernah memakainya.
Karir Ronaldo tetiba naik drastis. Dialah Sang Lucifer. Penguasa tertinggi para setan. Seorang Leviathan Teather of Dream.
Kepuncakannya mau tidak mau mengundang para petinggi Los Galacticos untuk mendaratkannya ke Santiago Bernabeu. Setelah negoisasi alot nan berkepanjangan, ia pun packing dan bergegas menuju langit yang lebih tinggi. Dan caranya sudah barang tentu menunjukkan dimana dan seperti apa level Ronaldo. Ia diangkut ke Madrid dengan harga 80 juta poundsterling. Jumlah uang yang bisa digunakan untuk masuk ke Bromo sebanyak 37.142.857 kali.
Hanya butuh satu musim, ia berhasil menyingkirkan Raul-Sang Pangeran Bernabeu. Ronaldo bukannya mengambil alih mahkota sang pangeran, karena seyogyanya, ia tak layak mengemban jabatan tersebut. Pangeran bukanlah levelnya, ia adalah Raja. Penguasa Estadio Santiago Bernabeu.
Apapun yang media katakan tentang arogansi Ronaldo bukanlah alasan untuk tidak membenarkan kehebatannya. Ia adalah pesepakbola dengan kemampuan komplet. Memiliki dribble sempurna, shooting keras, heading terarah, dan ratusan gol yang ia cetak-ialah serangkaian apendiks kemampuannya sebagai seorang pesepakbola.
Di luar kehidupan sebagai pemain sepakbola, Ronaldo tergolong orang yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Terlepas dari beberapa kabar miring tentangnya, ia juga tergolong sebagai pesekbola yang dermawan. Martunis, anak pribumi bangsa ini adalah point of view paling tepat untuk melihat kebaikan Ronaldo.
Jika Anda pernah belajar filsafat, Anda pasti kenal dengan aliran eksistensialisme. Ronaldo adalah bagian dari himpunan aliran ini. Memulai segalanya dengan optimisme, ia menyerah dan terpaksa terdekonstruksi oleh pandangan hidup yang lebih kompleks. Bukan berlebihan jika menyebut pemujanya sebagai pengikut aliran “Ronaldo-sistensialisme”. Istilah yang menggambarkan puncak tertinggi pemujaan terhadap pesepakbola (Ronaldo) dalam kerangka Postmodernisme.
Akhir tahun lalu, ia merilis film biografi perjalanan hidupnya. Eh, bukan biografi perjalanan hidup, melainkan elevations movie seorang Ronaldo. Latah? Tidak. Ronaldo bukanlah orang yang latah. Ikhlaslah! Tiada hubungan antara film Messi dengan Ronaldo. Jelas bahwa film Ronaldo mengambil substansi yang berbeda dengan film Messi. Film Messi dibuat se-inspiratif mungkin layaknya film Laskar Pelangi. Sedangkan, film Ronaldo lebih tepat disandingkan dengan film Richie Rich.
Maka menjadi jelas, jika apa yang dikatakan Kiai Anwar Zahid secara sirri terjadi dalam hidup Ronaldo. Serakah adalah proses yang tiada diperbolehkan jika tanpa alasan. Mimpi menjadi nomor satu bukanlah arogansi-bilamana dibarengi dengan dedikasi dan kerja keras. Andai pun benar jika Ronaldo serakah, memangnya mau apa? Toh ia menggapainya dengan usaha, bukan hanya duduk diam saja.
. . . . .
Satu hal penting untuk juga digarisbawahi, Ronaldo adalah orang yang kompetitif. Ia bukanlah Moriarty yang menggunakan cara-cara licik untuk menjatuhkan Holmes. Persaingannya dengan Messi ia lakukan dengan cara yang sportif. Meski ia sadar jika posturnya memberikan kesempatan menang lebih besar-jika saja ia kalap-dan menantang Messi-duel satu lawan satu-di ring tinju.
Jangan pernah menyebut Ronaldo nomor dua, karena secara tidak langsung Anda adalah orang yang tidak mengakui usaha dan kerja keras. Akan lebih baik jika menyebut Ronaldo sebagai korban. Korban wujud Tuhan dalam kaki-kaki kecil Lionel Messi.
#KeepCalmAndVamosRonaldo
NB: Tiga titik diatas adalah jumlah Ballon d’Or Ronaldo. Sedangkan, lima titik adalah . . . .
Maaf, jika pada akhirnya-dibenak anda-sekali lagi-harus menyebut nama itu.
Sumber gambar: http://media.newindianexpress.com/Cristiano-Ronaldo.jpg/2015/07/07/article2907401.ece/alternates/w620/Cristiano%20Ronaldo.jpg