Judul Buku : Luka di Atas Luka
Penulis : Akaha Taufan Aminudin
Penerbit: Averroes Press dan Kreatif Batu
Tahun: 2001
Tebal: 136
ISBN: 9799483913
Akaha Taufan Aminudin adalah sosok penyair dari Kota Batu yang cukup produktif. Ribuan karyanya terutama puisi sudah dipublikasikan di berbagai media. Ia lahir di Batu, Malang Jawa Timur 26 April 1963.
Alumnus FKIP Universitas Islam (UNISMA) Malang ini pernah menjadi koordinator Himpunan Penulis Pengarang dan Penyair Nusantara (HP3N), Studio Sastra “KREATIF” Batu Malang. Karyanya berupa artikel, essay, puisi, seringkali pernah dimuat Surabaya Post, Surya, Singgalang, Swadesi, Minggu Pagi, Mimbar, Media, Nusa Tenggara Post, Analisa, Bhirawa, Majalah You Inc., taruna Baru dan lain-lain.
Buku “Luka di Atas Luka” yang diterbitkan oleh Averroes Press bekerjasama dengan Kreatif Batu merupakan antologi puisi. Ada lebih dari 150an puisi di dalamnya. “Luka di Atas Luka” adalah satu judul yang dipilih untuk mewakili buku ini.
Simak puisi “Luka di Atas Luka” berikut ini:
Menatap kesibukan malam, kakiku luka
neon-neon pecah di persimpangan jalan
tubuh-tubuh sempoyongan
alur waktu bagaikan ledakan
berserakan di mana-mana
digit waktu hanya berputar-putar
menunggu maut datang
apalagi yang harus dipertimbangkan
dalam kekosongan seperti ini
wajah-wajah sudah tak pada tempatnya
Menatap kesibukan malam-malam, bintang redup
menyeret kenestapaan luka
melempar gemerincing
dari dompet ke dompet lainnya
hanya gerak tubuh
punya peranan
dalam kekosongan
yang semakin membalut
luka-luka di atas luka
pecahannya ada di kamar sebelah
“ah, percakapan kapas”
Shizuoka, 1995
Simak juga puisi lainnya berjudul “Anak-anak Kita”:
Dalam deretan sejarah
keringat mengucur, membentang bersama lagu Indonesia
anak-anak beralas sepatu bumi menyanyikan lagu kebangsaan
di halaman sekolah dasar di lereng gunung, suara lantang
anak-anak tak mau terkalahkan dengan suara-suara televisi
dan radio yang terus mengumandangkan lagu kebangsaannya
dengan benar, tapi anak-anak masih kabur menghafal lagu-lagu
tentang Indonesia yang setiap Senen saja dinyanyikan
“Anak-anak kini semakin pandai menyanyikan lagu Indonesia raya
anak-anak hanya mampu menyanyikan dengan semangat saja”
Setiap hari dinyanyikan, enam hari dilupakan
semakin kabur memandang tentang lagu kebangsaan
tanah airku atau tanah airmu yang bukan milikku
lagi semakin sulit dimengerti dan dipahami
tentang lagu kebangsaan
berderet-deret anak-anak kini telah dewasa
mereka menunggu pekerjaan yang dijanjikan di kampusnya
dan menyanyikan lagu kebangsaan sudah tak pernah lagi
“Gerombolan demonstran mulai tumbuh di mana-mana
menggali ketidakadilan yang diperoleh dalam hidupnya”
Semakin linglung memandang ketidakadilan anak-anak lelah
dan tertidur pulas memandang bendera merah-putih
anak-anak sudah lupa di rumah
hilang
dalam kegelapan
mencari wajahnya
di cermin yang retak
“ah, anak-anak kita sekarang”
Tokyo, 1995
Akaha Taufan memiliki banyak pengalaman di dunia sastra. Ia pernah mengasuh acara sastra musik di Radio Puspita Hutama Nusantara 103,7 FM (1994-1997). Juga menggelar temu penyair HP3N Jatim, dengan antologi puisi “DEKAP” (1993). Menggelar tradisi temu penyair dan festival puisi se-Indonesia dengan menerbitkan antologi puisi Batu Beramal dan Kebangkitan Nusantara (1994), Antologi Puisi Batu II, GETAR, Kebangkitan Nusantara II (1996), Antologi Puisi Batu III, GETAR II, Bangkit III (1998).
Akaha Taufan juga pernah membacakan karya puisinya pada program persahabatan abad XXI ASEAN Component di Jepang selama 1 bulan (1995). 200 Judul puisinya juga pernah dibedah dan dibahas oleh Vemy University, Perancis (1995-1996). Memenangi lomba cipta puisi HS Wanra Sidoarjo dengan judul “Janji Abdi” (1987), puisi “Jiwa Bangsa Indonesia” merupakan juara I lomba cipta puisi Indonesia Emas, yang diselenggarakan oleh majalah You Inc. Jakarta (1995 ), puisi “Luka di Atas Luka” merupakan juara I lomba yang diselenggarakan Organisasi Sahabat Pena Indonesia (OSPI) Jakarta (1996).
Karyanya antara lain adalah “Antologi Puisi Kemerdekaan” (1991), “Janji Abadi” (1992), “Antologi Sajak Cinta 5 Sosok” (1992), “DEKAP” HP3N Jatim (1993), “Antologi Puisi XII PPIA Surabaya” (1993), “Kebangkitan Nusantara” (1994), “Kebangkitan Nusantara II” (1996), “Bangkit III” (1998), “Sempalan” (1994), “Nuansa Hijau” Bunga Rampai, Bogor (1995), “Refleksi Setengah Abad Indonesia”, Taman Budaya Surakarta Solo (1995), “Dari Negeri Poci 3”, Penerbit Tiara Jakarta (1996).
Leave a Reply