Keluarga merupakan sebuah lingkungan pertama di mana sebuah ajaran dan pandangan tentang kehidupan diajarkan, disosialisasikan dan ditanamkan. Keluarga juga merupakan suatu wadah yang mana suatu nilai diproses dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berlaku bagi masyarakat mana saja dan golongan sosial apapun.
Bahkan konon Confucius menekankan betapa pentingnya keluarga dalam membentuk perdamaian manusia seluruh dunia.
Apabila ada cinta dalam perkawinan,
Akan ada suasana harmoni dalam keluarga;
Ketika suasana harmoni tercipta dalam keluarga,
maka akan ada kedamaian dalam masyarakat;
Apabila ada kedamaian dalam masyarakat,
terciptalah kemakmuran dalam negara,
Apabila ada kemakmuran dalam setiap negara,
Maka akan ada kedamaian di seluruh dunia.
Confucius
Dalam sebuah teori sosiologi, yaitu teori struktural fungsional disebutkan bahwa family is the basic unit of society. Jadi bila institusi keluarga dalam sebuah masyarakat rapuh, maka rapuhlah masyarakat itu. Para struktural-fungsionalis yang konservatif sangat percaya akan pentingnya institusi keluarga dalam menciptakan kedamaian dan kemakmuran masyarakat.
Suatu gagasan yang memiliki kekuatan untuk ditransformasikan pada masyarakat juga berawal dari organisasi kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak ini. Oleh karena itu kita bisa melihat betapa pentingnya suatu keluarga dalam membentuk nilai-nilai yang beredar dalam masyarakat. Nilai-nilai yang dikenal sebagai budaya Jepang, Amerika Serikat atau negara-negara di benua Eropa adalah nilai-nilai yang berkembang dari keluarga-keluarga yang ada di sana. Demikian pula dengan nilai-nilai yang ada di negara Indonesia.
Gagasan modernisasi yang disebut tumbuh dan besar di nagara-negara Barat juga dilahirkan dari nilai-nilai yang disebarkan oleh keluarga-keluarga yang ada di sana. Tanpa adanya dukungan penyebaran, sosialisasi serta internalisasi nilai yang dilakukan oleh organisasi keluarga maka niscaya suatu karakter bangsa (nation buildingi) tidak akan terbentuk sedemikian rupa.
Dengan alasan-alasan yang disebutkan di atas, maka terlihat bahwa faktor yang paling mendominasi dalam transformasi suatu sistem sosial diawali dari sikap yang ditenamkan oleh suatu generasi kepada generasi lain mulai dari organisasi yang paling dasar yakni organisasi keluarga. Akibatnya, kegagalan dalam proses penanaman pendidikan moral dalam keluarga akan berimbas pada gagalnya penanaman moralitas bangsa secara menyeluruh.
Pendidikan merupakan faktor penentu dalam menentukan dan mewarnai ke mana arah suatu generasi ditentukan. Tanpa adanya pendidikan yang cukup dan transformasi ilmu pengetahuan yang signifikan maka proses penanaman moral dan etika suatu generasi dipastikan akan mengalami hambatan yang cukup serius dari organisasi basis ini.
Dalam hal ini pendidikan berkaitan dengan moral dan etika. Meskipun tidak semua jenis pendidikan formal maupun non formal bisa disejajarkan dengan penanaman nilai dan etika, namun setidaknya penegakan moralitas dan rasa kemanusiaan bisa diberangkatkan dari sana. Melalui sistem dan proses pendidikan moral yang baik, diharapkan tercipta generasi yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi pula.
Leave a Reply