Judul : Love Produksi : Les Cinemas de La Zone Sutradara : Gaspar Noe
Pemain : Aomi Muyock, Karl Glusman, Klara Kristin Samuel, Juan Saavedra, Aaron Pages
Produksi: Les Cinemas de la Zone
Tahun : 2015
“Cinta adalah suatu kebutuhan genetik, cinta adalah kondisi kesadaran yang berubah, cinta adalah obat keras, cinta adalah penyakit mental, cinta adalah permainan kekuasaan, cinta adalah cahaya yang menyilaukan,cinta adalah hawa nafsu”
Penggalan kata Gaspar Noe diatas kiranya pantas untuk menggambarkan hal-hal yang akan ditemui saat menonton film ini. Kekuatan cinta yang mendalam tergambar dalam film ini, antara Murphy dan Electra. Meski banyak menampilkan adegan ranjang, Gaspar Noe seakan menyembunyikan makna terdalam film ini.
Murphy (Karl Glusman) sedang mengalami kegalauan karena kehilangan sosok perempuan bernama Electra (Aomi Muyock). Tak hanya kasih sayangnya, ia juga merindukan sentuhan Electra di ranjang empuknya. Murphy telah memiliki istri bersama Omi (Klara Kristin Samuel). Namun, hampir tiap waktu ia merasa bahwa kehidupan yang ia jalani seharusnya tidak bersama Omi, melainkan bersama Electra. Dalam kekalutannya, ia berusaha menghubungi orang-orang yang berkaitan dengan Electra.
Ingatan akan kenangan bersama Electra kembali terulang saat Murphy menelan opium (candu) pemberian Electra. Dari sanalah cerita dimulai-dari kesalahan hubungan antara Murphy dan Omi hingga pada hilangnya Electra.
Alkisah, Electra adalah gadis idaman Murphy ketika masih muda. Banyak hal yang mereka lalui bersama, mulai dari jalan bersama, menghabiskan waktu di atas ranjang hingga pergi ke rumah pelacuran di Perancis. Murphy adalah seorang sutradara asal Amerika dan menetap di Perancis. Semenjak pertemuannya dengan Electra, ia sudah terbius sensualitas dan kehangatan Electra.
Hingga suatu ketika datang sosok Omi yang ternyata tetangga kamar apartemen Murphy dan Electra. Murphy dan Electra sejak lama memiliki fantasi untuk melakukan threesome bersama gadis berambut pirang. Bagai mendapat durian runtuh. Kedatangan Omi dengan segala masalahnya dimanfaatkan betul oleh Murphy dan Alexa. Apalagi Omi juga doyan melakukan hubungan seks.
Keesokan harinya, Murphy mengajak Omi untuk berhubungan badan tanpa kehadiran Electra. Nahas. Hal yang tidak diinginkan terjadi. Tatkala sedang berhubungan badan dengan Omi, kondom yang dipakainya robek. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Murphy keceplosan mengeluarkan sperma dalam rahim Omi. Ia sepertinya lupa jika kondom yang dipakainya super tipis. Alhasil, Omi mengandung benih cinta dengan Murphy. Mengtehui hal tersebut, Electra marah dan meninggalkannya.
Film Love menggambarkan betapa besar candu pada seorang wanita. Murphy yang biasa menggunakan obat-obat terlarang dan minuman keras juga memiliki candu pada seorang wanita. Electra, candu sekaligus keindahan terbesar baginya.
Film ini juga menceritakan perbedaan pola percintaan antara orang Perancis dan Amerika. Orang Perancis menganggap bahwa percintaan antar lawan jenis hanya berhenti pada titik kepuasan dan kenikmatan. Karena itulah kepemilikan atas pasangan tidak menjadi prioritas utama. Sedangkan, orang Amerika laiknya Murphy menganggap bahwa hak kepemilikan atas pasangan sangatlah penting. Kuasa cinta dan seks yang tergambar melalui Electra-sehingga membuat Murphy mengalami kegalauan yang nyata adalah poin terpenting dalam film ini.
Gaspar Noe sepertinya tidak ingin meninggalkan sisi khas film seksual Perancis dengan tetap mempertahankan adegan ranjang dengan telanjang bulat. Seperti halnya film A’Deriva dan Golden Girl yang juga mempertontonkan lekuk tubuh laki-laki dan perempuan tanpa sensor, film Love seakan menjaga kultur tersebut.
Demi melengkapi resensi film ini-dan agr tidak terkesan hanya berkutat pada pembahasan tentang ranjang seperti halnya cerita dewasa yang dibuka Remon setiap harinya, muncul pertanyaan dalam benak penulis, “Kenapa Perancis dengan mudahnya menampilkan adegan dewasa tanpa sensor di setiap filmnya? Sedangkan Jepang yang merupakan negara dengan industri film porno terbesar masih melakukan sensor?”
Rasa penasaran tersebut terjawab ketika membuka Undang-Undang Pornografi di Perancis. Ternyata Perancis memberlakukan sistem pajak pada setiap industri film dengan kategori X-Rated (film porno dan kekerasan). Pajak yang harus dibayar industri film kepada pemerintah berkisar antara 33% – 50%. Sehingga industri film dengan tajuk sedikit porno dan kekerasan menjadi ladang pendapatan negara yang menjanjikan. Selain itu, film bergenre porno dan kekerasan di Perancis tidak dapat ditayangkan secara bebas seperti halnya di Swedia. Terdapat Conseil d’etat yang mengatur peredaran film tersebut.
Sumber gambar: http://3.bp.blogspot.com/-UNMurXza7mk/Vl7l1x9fmRI/AAAAAAAAASg/8aTxZukCX7Q/s1600/Free%2Bdownload%2Bbluray%2B1080p%2B720p%2Bmovie%2Bgoogle%2Bdrive%2BLove%252C%2BFrance%252C%2B2015%252C%2BGaspar%2BNo%25C3%25A9%252C%2BAomi%2BMuyock%252C%2BKarl%2BGlusman%252C%2BKlara%2BKristin%252C%2BStella%2BRocha.jpg