Judul: The Giver
Sutradara: Phillip Noyce
Pemain: Brenton Thwaites, Jeff Bridges, Meryl Streep, Odeya Rush, Cameron Monaghan
Produksi: Walden Media
Tahun: 2014
Pernahkah membayangkan dunia tanpa perbedaan? Tiada ras, suku, agama, hingga tak ada pilihan dalam kehidupan? Mungkin film “The Giver” dapat menggambarkan dengan jelas apabila hal itu benar-benar terjadi.
Film The Giver disadur dari novel karya Lois Lowry dengan judul yang sama. Film ini dibintangi oleh Brenton Thwaites sebagai Jonas. Ia memiliki sahabat bernama Fiona (Odeya Rush) dan Asher yang (Cameron Monaghan). Ketiganya hidup dalam sebuah kehidupan yang terbatas dan membingungkan.
Jalan Cerita
Syahdan, terdapat sebuah komunitas kehidupan dimana semua diatur sistem yang dibuat oleh tetua. Seseorang tidak dapat memutuskan mau apa dan menjadi apa. Segala sesuatunya harus atas izin dan kehendak tetua tersebut.
Suatu ketika, upacara rutin digelar untuk penunjukan profesi pada remaja yang akan beranjak dewasa. Asher ditetapkan menjadi seorang pilot. Fiona ditetapkan sebagai seorang perawat. Dan Jonas ditetapkan seorang penerima kenangan. Profesi yang diterima Jonas adalah yang teristimewa. Dari kesekian profesi, penerima kenangan hanya diberikan untuk satu orang saja.
Dibawah bimbingan The Giver (Jeff Bridges), Jonas mulai memahami warna, menari, cinta, dan segala tentang kehidupan. Sayang, dampak negatif lebih banyak ia terima. Ia dianggap melakukan perbuatan nyeleneh dan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak dimengerti kebanyakan orang.
Pada suatu hari, Jonas mendatangi The Giver. Disana ia melihat gurunya tertidur sambil berteriak-teriak. Jonas menghampiri dan menyentuhnya. Seketika ia mulai masuk dalam kenangan yang tengah dialami sang guru. Jonas melihat peperangan, ia melihat banyak pembunuhan, penembakan dan kekejian-kekejian lainnya.
Setelah kejadian tersebut, Jonas memutuskan untuk tidak melanjutkan profesi tersebut. Ia memilih untuk meninggalkan profesi tersebut dengan cara “release”, ungkapan lain dari kata “dibunuh”. Namun, setelah beberapa waktu, ia membatalkan niatan tersebut. Ia berniat untuk memberikan semua orang tentang kehidupan dengan cara menyalurkan kenangan pada mereka.
Ia kemudian mendatangi gurunya. Setelah menyampaikan maksudnya, sang guru mendukung penuh niatan tersebut. Sebelum Jonas mulai mewujudkannya, sang guru memberikan kenangan berupa keberanian agar menambah semangat Jonas untuk melakukan misinya.
Perjalanan panjang nan membahayakan Jonas dimulai dengan pergi ke Else Where untuk menemukan tiang pembatas. Tiang pembatas tersebut semacam mercusuar yang dapat menyebarkan semua kenangan kepada seluruh anggota komunitas. Di pihak lain, para tetua mencium hal aneh dari tingkah laku Jonas. Mereka kemudian mengutus Asher untuk membunuh Jonas.
Pencaharian Asher berjalan dengan baik, ia menemukan Jonas. Namun bukan membunuhnya, ia malah memberikan semangat pada Jonas untuk segera menyelesaikan misinya. Dengan cerdik Asher membuat seolah Jonas tewas dengan menceburkannya ke aliran deras air.
Perjuangan penuh tekanan tersebut akhirnya membawa Jonas menemukan tiang pembatas. Sontak saja semua kenangan menyebar ke seluruh komunitas. Mereka semua akhirnya mengetahui segala hal. Mereka sepenuhnya sadar jika selama ini yang mereka kerjakan tertutup dengan suatu kedamaian palsu.
Heterogenitas dan Perdamaian Abadi
The Giver mengajarkan betapa hidup adalah tentang menerima perbedaan dan membuat pilihan. Awal cerita, film ini digambarkan dengan warna abu-abu atau hitam putih. Warna tersebut mengartikan tentang bagaimana pola pikir dan pandangan hidup para pemerannya. Mereka tidak paham dengan apapun yang ada di kehidupan mereka. Merka terbatas, untuk memilih, mengenal, dan memahami.
Selain itu, The Giver juga mengedepankan misi kedamaian dalam bentuk ketiadaperbedaan yang lebih kompleks dan nyata. Adanya ras, suku, agama, dan warna adalah kemajemukan yang akan memberikan kedamaian hakiki. Bukan memberikan proteksi absolut untuk memilih dan mengenal segala hal. Karena heterogenitas selalu lebih indah dari homogenitas.