Pernikahan merupakan hal yang sakral bagi kehidupan manusia. Titik yang menjadi penanda keberlanjutan regenerasi dari sebuah kehidupan. Kecenderungan timbulnya permasalahan dalam pernikahan merupakan sesuatu yang dianggap lumrah dalam kehidupan rumah tangga. Baik karena pihak ke tiga, perbedaan pendapat, perekonomian, ataupun yang lainnya.
Dari hal di atas, pengetahuan seputar pasangan menjadi hal yang penting. Dimana sebuah pernikahan seharusnya dilatari oleh pengetahuan bersama baik kehidupan pria ataupun kehidupan dari sang wanita. Baik bibit, bebet ataupun bobot. Lantas, bagaimana jika pernikahan hanya dilandasi keinginan perseorangan? Utamanya jika tuntutan itu dari pihak perempuan?
Sebagaimana yang kita ketahui, sekitar satu tahun yang lalu, masyarakat digegerkan oleh pasangan yang tidak jadi menikah setelah pacaran selama 6 tahun. Saat sang laki-laki mengucapkan niatannya untuk mempersunting pacarnya, penolakanlah yang diterima. Lebih tragis lagi, penolakan tersebut dilandasi alasan orang tua.
Fenomena lain yang marak di masyarakat adalah posisi wanita yang seperti hobi menuntut agar segera dilamar. Minimal tunangan katanya. Fenomena ini terkesan menarik karena posisi pria selalu tersalahkan. Entah dibilang gak berani, pengecut, atau yang lainnya. Imbasnya adalah banyak bermunculan meme yang isinya sindiran-sindiran tak mengenakkan.
Pertanyaan selanjutnya adalah, “Sebegitu tidak berjuangkah seorang pria?”
Mari analisis dengan rumus matematika kebenarannya?
Jika setiap hari wanita selalu minta ditemui dengan menghabiskan bensin ± Rp. 10.000, dalam setahun saja sudah jelas menghabiskan Rp. 3.650.000. Kencan pada tiap malam minggu akan menghabiskan minimal Rp. 50.000. Artinya, dalam setahun, dengan 48 minggu akan menghabiskan ±Rp. 2.400.000. Dua hitungan tersebut jika ditotal berarti dalam setahun biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 6.050.000. Angka tersebut belum termasuk biaya ban bocor, beli jas hujan, parkir, mampir toilet, atau beli sempol.
Haii wanita!!! Dari mana priamu mendapatkan semua itu?
Jawaban paling rasional adalah dari orang tua dan beberapa hutang.
Demi apa?
Tentu saja demi membahagiakan sang wanita!
Masih belum percaya?
Tanyakan lelakimu!!!
Paparan matematika pacaran di atas menunjukkan bahwa kaum pria yang memiliki pasangan ternyata melakukan perjuangan ngoyo demi keberlangsungan hubungan tersebut. Masihkah wanita mempertanyakan perjuangan para lelaki? Atau hanya menjadi tuntutan wanita untuk menunjukkan kekejamannya? Atau bahkan hanya untuk memutuskan hubungan dengan pasangan lelakinya.
Tuntutan yang sering dilontarkan tersebut menjadikan dilema besar bagi pria. Tidak hanya psikis, bahkan fisikpun ikut terserang. Ingat! Lelaki adalah makhluk yang paling susah untuk berpindah hati, meski mereka mudah untuk berpindah-pindah pasangan.
Lalu, siapa yang sebenarnya tersakiti? Benarkah wanita, sebagaimana yang banyak orang gunjingkan? Mari berfikir ulang wahai kaum hawa!
Akhirnya, menjadi kecurigaan penulis bahwa tuntutan nikah wanita bukan demi kebahagian. Tapi untuk alasan kesenangan semata-bahkan mungkin pemenuhan hasrat.
Sadarlah, Wahai Wanita! Seorang pria meminta waktu bukan karena tidak berani, tapi untuk memapankan diri. Bukan karena mengulur waktu, tapi untuk memantaskan waktu.
#MahasiswaBimbinganMasBol
Sumber gambar: http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/60744/big/wanita-penasaran130513b.jpg