Judul: “Senyap” (The Look of Silence)
Sutradara: Joshua Oppenheimer
Pemain: Adi Rukun, Amir Hasan, Inong, dan keluarga Adi
Rilis: 10 November 2014
Produksi: Final Cut for Real
Film “Senyap” (The Look of Silence) belakangan menjadi kontroversial di Indonesia. Film yang diputar secara serentak di beberapa kota tersebut selalu saja membuat kegaduhan. Ya benar kegaduhan orang-orang yang merasa tidak rela luka lamanya dibuka kembali.
Senyap adalah karya kedua Joshua Oppenheimer yang mengangkat tema peristiwa 1965. Sebelumnya Joshua pernah membuat film dokumenter The Act of Killing, yang diterjemahkan dengan judul “Jagal”. Perbedaan antara “Jagal” dengan “Senyap” adalah terkait dengan pemeran utama. Pada film “Jagal”, pemeran utama adalah pelaku pembunuhan. Sedangkan pelaku utama Film “Senyap” adalah korban 1965.
Adalah Adi Rukun, seorang laki-laki paruh baya yang memiliki keahlian dalam bidang optik. Adi menggunakan profesinya sebagai tukang kacamata dalam menelusuri sejarah pembunuhan kakak kandungnya. Adi dibekali kemampuan wawancara oleh tim Joshua guna mengupas sejarah kematian kakaknya. Kemudian Adi menginformasikan hasil temuannya itu kepada ayah atau ibunya beserta anak-anaknya.
Film ini diawali dari cerita anak Adi yang bercerita terkait dengan pelajaran sejarah di sekolah yang diperoleh dari gurunya. Guru memberikan informasi bahwa PKI itu jahat dan harus ditumpas habis. Menaggapi hal itu, Adi memberikan penjelasan kepada anaknya bahwa apa yang dituliskan dalam buku sejarah itu tidak benar.
Berangkat dari pertanyaan inilah akhirnya Adi menyusuri jejak-jejak pembunuhan 1965. Dia mendatangi satu persatu orang yang telah mengeksekusi mati kakak kandungnya. Rupanya Joshua telah memberikan refrensi sebuah film dokumenter yang dibuat beberapa tahun sebelumnya. Adi melihat berkali-kali film itu. Para pembunuh kakanya itu sangat bangga sekali bisa membunuh Ramli. Bahkan mereka mempraktikkan dengan detil cara eksekusi mati kakak kandung Adi itu.

Dari film dokumenter yang diberikan Joshua itulah dia berangkat menemui orang-orang yang diwawancarai oleh Joshua sebelumnya. Sembari membetulkan kacamata, dia sesekali bertanya tentang sejarah 1965 pada pasiennya yang sebenarnya adalah para pelaku. Adi memang berpura-pura saja membetulkan kacamata. Dia begitu telaten mendatangi para pembunuh kakaknya itu satu per satu. Memang tidak bisa langsung didapatkan informasi itu, namun dia terus menggali sedikit demi sedikit.
Para pembunuh itu memang sudah pada uzur, usianya sudah tidak muda lagi, bicaranya juga sudah sulit dicerna. Namun emosinya masih tinggi jika ditanya peristiwa 1965. Orang-orang ini masih merasa benar akan tindakan yang dilakukannya pada orang-orang yang tidak berdosa. Satu diantaranya mengaku senang sekali membunuh PKI. Bahkan selalu minum darah orang yang dibunuhnya agar kuat dan tega membunuh serta tidak gila setelahnya. Jika ketakutan, maka pelaku biasanya naik pohon kelapa dan adzan. Setelah itu pembantaian dilanjutkan lagi. Beberapa yang lain yang ditemui Adi malah tidak memberikan komentar apapun jika ditanya peristiwa 1965.
Usai ngobrol dengan para pengeksekusi mati kakak kandungnya, Adi selalu bercerita kepada ibunya. Ibunya malah semakin jengkel dengan beberapa orang yang telah membunuh anak kesayangannya, Ramli. Ibu Adi juga baru mengetahui bahwa para pembunuh anaknya itu sebagian juga masih saudaranya sendiri. Kecamuk dalam diri ibu Adi semakin besar ketika mendengan cerita Adi bahwa para pembunuh itu tidak mau mengakui dosa. Padahal jika dilihat dari film dokumenter sebelumnya, mereka sangat bangga bercerita cara membunuh Ramli.
Film ini berakhir dengan upaya rekonsiliasi antara keluarga pelaku dan keluarga korban. Awalnya keluarga pelaku pun tidak mengakui jika ayahnya yang melakukan pembantaian 65, namun setelah melihat Film dokumenter Joshua, beberapa keluarga ada yang terima dan ada yang tidak terima jika ayahnya adalah pelaku pembantaian.
Tinjauan Film Senyap
Sayangnya Film ini tidak menceritakan secara detil terkait dengan siapakah Ramli? Ikut organisasi apakah sebelumnya, sehingga dia menjadi target pembunuhan missal 65? Film ini sebenarnya hendak menceritakan sejarah masa lalu pada generasi muda. Sayang sekali film ini sering gagal diputar secara utuh. Hal ini dikarenakan banyaknya pertentangan dari kelompok masyarakat yang tidak menyukai kesenyapan. Mereka suka kegaduhan berteriak “Allahu Akbar…..” Komunis Bangkit lagi… dst. Ormas-ormas inilah yang sebenarnya menjadikan ruh dari film ini tidak terkupas habis.
Adi sebagai korban, diperalat Joshua untuk mewawancarai para pelaku pembantaian. Sebenarnya Joshua pingin melihat kegalauan Adi pada saat berhadapan dengan para pembunuh kakanya. Namun menurut saya ini gagal karena Adi terkesan sangat kaku dalam melakukan wawancara. Cenderung melompat-lompat dan tidak bisa mengupas banyak informasi.
Sebagai film dokumenter dan terlepas dari kepentingan Joshua, Film ini sangat apik disuguhkan ke pemirsa. Sayangnya kenapa harus Joshua yang membuat film, banyak filmmaker Indonesia yang bisa memotret peristiwa secara lebih obyektif. Tapi entahlah mengapa mereka tidak membuat dokumenter tentang sejarahnya sendiri. Bangsa kita memang mudah melupakan sejarah.
Sumber gambar: krjogja.com
Leave a Reply