Di era serba digital, setiap orang dalam segala aktivitasnya cenderung menggantungkan diri dengan digital. Dalam hal ini setiap individu sering kali memerlukan digital, mereka dapat mengakses beragam informasi dalam digital dengan mudah. Bermacam ragam eksplorasi pada era digital tersaji cuma-cuma dan meringankan siapapun ketika masuk dalam jaringan (daring), tidak ada penyekat ruang dan waktu sedikitpun.
Perkembangan digital membuat manusia diharuskan untuk menguasai teknologi internet untuk mencari berbagai informasi. Fitur-fitur dalam smartphone maupun teknologi di perangkat-perangkat lainnya disematkan untuk bercengkerama di media sosial. Dalam hal ihwal ini baik bertujuan untuk mencari hiburan atau memenuhi kebutuhan pokok. Film maupun game bisa dinikmati secara langsung, di download dulu secara berbayar maupun gratis, dengan biaya yang relatif cukup murah.
Fenomena ini mengindikasikan transformasi keadaan dunia menuju arah yang lebih progresif. Dalam dunia digital, pemikiran dan percepatan untuk menuntaskan berbagai macam problematika kehidupan maupun merealisasikan kebutuhan setiap orang. Formasi yang berasaskan teknologi ini dapat mengurangi setiap individu untuk menggantungkan diri dari kebutuhannya terhadap orang lain.
Proses dalam pemberian sistem berbasis digital memudahkan siapapun penggunanya untuk melacak berbagai informasi maupun pengetahuan, dengan cara yang cepat, mudah, dan cerdik. Tanpa keluar, dengan modal yang ringan seperti jaringan dalam internet maupun peralatan-peralatan fisik yang lainnya, seperti komputer, laptop, handphone, dalam beragam versi, cukup bilang “Ok Google!”, setiap manusia bisa dengan mudah untuk memanifestasikan kemauannya dalam sekejap mata. Dari keadaan seperti ini, teknologi yang dibangun mengantarkan siapapun untuk “menimang-nimang diri”, dalam arti mereka memanjakan diri dan interaksi secara pribadi.
Eksploitasi mode digital yang ekstrem akan membawa masyarakat lebih mementingkan kebebasan diri sendiri (egois). Mereka terlena dengan handphone canggih yang dimilikinya dan acuh dengan keadaan lingkungan sekitar. Berdiam diri dalam satu ruangan tetapi tidak saling berbicara, tidak saling kenal satu sama lain, ini merupakan peristiwa umum di Indonesia saat ini.
Pendidikan Islam hadir dan merupakan solusi untuk membangun generasi muslim terutama pada era digital. Hal ini dimaksudkan agar generasi milenial dapat melangsungkan kehidupan dengan baik. Perumusan pendidikan Islam yang dirancang membentuk dan melatih serta membimbing pribadi setiap manusia, terutama umat Islam. Akhirnya diharapkan muncul generasi yang dapat mengembangkan keilmuan dilandasi ajaran-ajaran Islam dan menjadikan mahir ilmu rasional.
Pendidikan dalam hal ini peserta dididik, dibina, diarahkan dan dibimbing untuk melintasi pendidikan arah lahir, yang bersinggungan dekat dengan karakter dan keimanan. Setelahnya peserta didik juga diarahkan kepada arah batin yang bersinggungan dengan keterampilan, dengan tujuan untuk mencari mata pencaharian, sebagai kewajiban pribadi dalam rangka mencukupi kebutuhan diri. Untuk memanifestasikan dorongan hati yang agung tersebut, praktisi pendidikan harus mampu meningkatkan dan memaksimalkan serta membentuk aspek positif yang dimiliki teknologi dalam dunia digital. Tidak hanya itu, peserta didik juga diajak untuk mengantisipasi adanya problematika perkembangan teknologi yang menyebabkan aspek negatif darinya.
Pendidik selayaknya ahli dalam melangsungkan terobosan pola pembelajaran dapat menggunakan dan menerima teknologi informasi sebagai media pembelajaran. Kehadiran teknologi tentu telah menundukkan dan mengendalikan sebagian entitas dalam kehidupan di dunia yang tidak dapat dihindari lagi. Mencegah maupun melarang anak-anak untuk berhubungan dengan media sosial bukanlah pemikiran yang tepat, tetapi tanpa pengawasan maupun pembiaran tentu akan mewujudkan ketentuan yang berisiko tingkat dewa.
Metode terbaik adalah mendayagunakan teknologi untuk peningkatan pendidikan dengan mengatur strategi isi dari informasi yang tersedia, dan juga mengatur metode pembelajaran teknologi digital. Dengan demikian diharapkan akan muncul imajinasi yang luar biasa dalam memanifestasikan generasi yang berkarakter muslim sejati dan mencapai kebaikan maupun kesejahteraan dalam menjalankan kehidupan .
Sumber referensi ; Shulhan, Konstruksi Filsafat Pendidikan Islam Profetik-Heuristik, dalam Jurnal An-Nur, Volume. VII,
Oleh; Abdullah Afif (Mahasiswa Pasca Sarjana STAI Ma’had Ali Al Hikam)
Leave a Reply