Kula nuwun…… seorang berpeci sambil mengetuk pintu, sesaat seorang laki-laki paruh baya keluar dari ruang dalam seraya menjawab …monggo…pinarak. Inggih..matur nuwun. Pak kulo aturi kajatan duateng griyo kulo, orang yang berpeci yang ternayata adalah tetangga pemilik rumah yang hendak mengundang kenduri dirumahnya.
Sepenggal dialog tersebut diatas merupakan bahasa khas warga dikampung ketika mengundang tetangganya ketika punya hajat atau kenduri (kenduren). Kebiasaan seperti ini sudah menjadi tradisi yang berlangsung puluhan tahun yang lalu. Dipimpin oleh seorang ustad atau sesepuh biasanya ritual seperti kenduri seperti ini dilakukan disuatu tempat atau bahkan bergiliran tempat dari rumah – rumah. Tergantung momentumnya, jika hajatan atau kenduri ini dimaksudkan oleh seseorang untuk sodaqoh kirim do’a yang ditujukan untuk leluhurnya, maka sebelum kenduri biasanya dibacakan sholawat nabi atau populernya disebut tahlilan kemudian dilanjutkan do’a.
Do’a khidmat yang dibaca oleh ustad atau sesepuh, di amini oleh para hadirin secara serempak seraya menengadahkan kedua tangannya. Kemudian salah satu dari undangan biasanya bertugas membagi masakan yang dihidangkan oleh tuan rumah, untuk kemudian dibawa pulang sebagai oleh-oleh atau berkat.
Ada beberapa model atau cara kenduri khususnya dalam rangka peringatan hari Idzul Fitri 1 Syawal. Pertama dibeberapa tempat atau kampung melakukan kenduri secara bergantian dari rumah kerumah tetangga yang menjadi kelompok atau satu lingkungan kecil. Cara seperti ini sebagai upaya untuk saling mengunjungi tetangganya, selain juga diyakini bahwa rumah yang sering dido’akan secara jamaah akan membawa berkah dari Allah SWT. Artinya ada nilai kerukunan, kebersamaan, penghargaan atas sesamanya dan masih banyak hal posostif lainnya yang dapat diambil dari kenduri ini.
Selain cara di atas, ada pula yang melakukan kenduri atau syukuran dengan berkumpul di satu tempat yang telah disepakati. Tempat yang dipilih biasanya adalah tempat ibadah ( mushola, masjid ) atau balai RW. Namun bermacam cara kenduri yang berlaku dimasyarakat, agaknya inilah kekayaan budaya kita yang mungkin tidak dipunyai oleh negara lain. Satu ciri khas kebersamaan dan sikap toleransi yang tinggi yang ada dimasyarakat negeri ini yang sangat layak untuk tetap dilestarikan.
Leave a Reply