Sistem Kepercayaan dan Lunturnya Stratifikasi Pekerja-Juragan
Sentra pengrajin emas di Giri Jawa Timur menjadi bukti adanya sistem kepercayaan yang sangat kuat baik dalam dunia perniagaan antara juragan pemesan perhiasaan, juragan pembuat perhiasaan dan pekerja pengrajin emas sendiri. Sistem hubungan kerja yang dibangun oleh para juragan emas pemesan, juragan pembuat perhiaasan dan pengrajin emas di Giri memang hanya sebatas komitmen lisan. Padahal urusan yang dikerjakan berkaitan dengan emas, komoditas yang paling bernilai ekonomis tinggi hingga sampai dijadikan sebagai ukuran kurs mata uang.
————————————–
Perjalanan menuju rumah Haji Munnawir salah seorang juragan emas di Giri harus dilakukan dengan jalan kaki. Maklum, rumah dua lantai miliknya terletak di atas bukit Giri dan tidak bisa dilalui dengan kendaraan bermotor roda dua. Akses jalan menuju rumahnya adalah jalan bertingkat layakanya elevator namun tidak bergerak secara otomatis. Tak ayal kami harus menaiki tangga satu per satu.
Siang itu kami memang ingin menemui Haji Munawir yang oleh beberapa orang Giri dikatakan mengetahui dengan detail perihal perkembangan sentra industri pengrajinan emas Giri. Setelah naik hampir 70 tingkat jalan yang mirip tangga itu, akhirnya kami sampai di rumah bercat hijau. Dengan mengetuk pintu beberapa kali seorang perempuan keluar. Kami pun mengatakan maksud kedatangan yang ingin menemui Haji Munnawir dan ingin mendengar cerita tentang perkembangan sentra pengrajin emas di Giri. Agar mereka percaya kami menunjukan identitas kartu tanda penduduk.
Memang banyak juragan emas di Giri cenderung curiga dengan kedatangan orang yang belum dikenal. Maklum, mereka trauma dengan tindak kejahatan perampokan yang kerap menimpahnya. Bahkan untuk wawancara pun mereka banyak yang tidak ingin disebut nama asli dan alamat rumahnya. Seperti Haji Munnawir sendiri yang kami temui. Awalnya dia enggan untuk mengatakan nama aslinya. Namun setelah kami yakinkan tidak akan menulis alamatnya, dia memperbolehkan nama aslinya disebut.
Tidak ada yang tahu sejak menekuni usaha pengrajinan emas
Dari beberapa orang yang kami temui termasuk Haji Munnawir semuanya tidak ada yang tahu sejak kapan masyarakat Giri sudah menekuni usaha pengrajinan emas. Meraka hanya tahu bila usaha ini sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Bukti tertulis yang bisa digunakan untuk menelusuri jejak industri pengrajinan emas di Giri hampir nihil bisa ditemukan. Tidak ada catatan tertulis yang disimpan oleh pelaku pengrajin emas maupun kalangan pemerintah desa setempat.
Namun bila dirunut dari sejarahnya, sejak abad 11 Gresik memang diketahui sebagai daerah basis perdagangan. Pelabuhan Gresik waktu itu memang terkenal hingga manca negara. Banyak pedagang dari China, Gujarat, Arab maupun Campa singgah ke Pelabuhan Gresik untuk berdagang. Gresik juga dijadikan sebagai pintu masuk penyebaran islam di tanah Jawa. Terbukti dua makam tokoh islam masa itu yakni Siti Fatimah Binti Maimun dan Syeh Maulana Malik Ibrahim ditemukan di Gresik.
Sebagai daerah yang ramai, Giri yang lokasinya dapat ditempuh hanya beberapa menit dari Pelabuhan Gresik tentu terkena imbas dari perdagangan di pelabuhan. Diperkirakan, masyarakat Giri dulunya dipercaya oleh para pedagang untuk membuatkan berbagai perhiasaan mereka baik untuk dipakai sendiri maupun dijual sendiri. Dari situ, masyarakat Giri mengenal dunia pengrajinan emas yang lantas berkembang sampai sekarang meskipun kondisinya sudah mulai goyah.
Hanya komitmen lisan
Haji Munnawir menjelaskan, sistem kerja usaha pengrajinan emas di Giri bermacam-macam. Di antaranya juragan emas bisa mengerjakan orderan dari juragan pemesan maupun orang biasa yang ingin dibuatkan perhiasaan. Biasanya mereka yang memesan akan menyerahkan emas berupa batangan dan tinggal menyebutkan ingin dibuatkan perhiasaan seperti apa.’’Kalau sudah percaya dan disepakati harga ongkos pembuatannya maka akan segera dikerjakan oleh pengrajin ,’’ katanya.
Juragan emas Giri memang tidak mengerjakan sendiri orderan itu. Meraka rata-rata sudah mempunyai tenaga pengrajin yang siap mengerjakan pesanannya. Kadang pengrajin itu ada yang mengerjakan dirumah juragannya, kadang ada pula yang dibawa pulang dan dikerjakan dirumahnya. Untuk pengrajin yang boleh dikerjakan di rumah sendiri itu biasanya pengrajin yang sudah dipercaya oleh para juragan. Sistem pengupahan bagi pengrajin berdasarkan hasil kerja. Rata-rata mereka bisa mendapatkan penghasilan sekitar 2 hingga 3 juta perbulannya. Sangat tergantung dari berapa banyak hasil perhiasaan yang mereka hasilkan.
Sistem kerja selanjutnya yang dipakai oleh para pengrajin emas adalah membuat perhiasaan langsung tanpa adanya pesanan dari juragan luar maupun orang. Biasanya juragan yang berani melakukan ini adalah juragan yang memiliki modal relatif besar. Pasalnya ketika perhiasaan tersebut sudah jadi mereka harus memasarkannya sendiri.’’Tetap yang mengerjakan pengrajinnya. Kalau sudah jadi akan ditawarkan ke pedagang-pedagang yang mempunyai toko emas,’’ ungkap Haji Munnawir.
Dengan sistem bekerja seperti itu tak pelak membentuk stratifikasi sosial tersendiri dalam masyarakat Giri. Orang yang dianggap sebagai kalangan masyarakat terhormat adalah para juragan emas. Sedangkan para pengrajin emas dianggap sebagai kelas masyarakat kedua di samping masyarakat yang memiliki mata pencaharian yang lain seperti pegawai negeri sipil maupun buruh pabrik. Namun mayoritas pengrajin emas Giri masih menganggap mereka lebih terhormat dari pada buruh maupun pegawai negeri sipil.
Namun belakangan seiring dengan goyahnya industri pengrajinan emas Giri maka stratifikasi sosial itupun juga luntur. Banyak juga orang yang awalnya menjadi juragan emas karena bangkrut beralih profesi lain seperti tukang ojek dan sebagainya. Tak ayal, kejadian itu membuat kondisi masyarakat Giri dewasa ini semakin egaliter.
Saiful Arif says
mantaaap nam 🙂
arif suharnowo says
Mas Anam Bisa tahu dimana alamat pengrajin emasnya ya..
Saya pingin pesan perhiasan. Mungkin ada no telp.
081654962233.
Terima kasih