Hobi dapat menggambarkan citra diri seseorang. Apa yang disukai dan dilakukan, akan mempengaruhi karakternya. Sebaliknya, karakter juga akan mempengaruhi aktivitasnya. Dalam hal ini, saya gak kemeruh lho. Saya cuma diwuruki sama Cak Edi Purwanto, psikolog yang lebih cocok disebut sebagai budayawan itu. Mari buktikan apa yang dikatakan oleh beliau.
Masben dan Marga Leone-Lional
Ia terobsesi dengan tokoh-tokoh besar bernama Leone atau sejenisnya. Silakan baca tulisannya, Anda akan segera tahu sebesar apa cintanya pada Lionel Messi dan seberapa ngilernya saat melihat Sunny Leone menari. Dalam website tercinta ini, ia adalah satu-satunya penulis paling produktif dalam berkomentar ihwal sepak bola dan film India.
Seperti yang saya katakan, bahwa hobi pada gilirannya akan membawa diri menuju perilaku sehari-hari. MasBen mengatakan bahwa Messi adalah atlet yang lincah, mahir mengelola umpan pendek, jago membuka peluang dan dominan dalam mengendalikan permainan. Seperti itu Messi di lapangan, seperti itu pula MasBen dalam keseharian. Umpan pendek dalam bentuk obrolan ringan ia analisis dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Hasil analisisnya jelas, berupa peluang yang menguntungkan baginya, yang bisa dipanen sekarang, esok, lusa bahkan setahun mendatang.
Soal kehebatannya mengendalikan permainan, saya bisa memberikan kesaksian, bisa juga disebut sebagai korban. Berkat cocot kencono-nya itu, kami (terutama saya) sering ketiban sampur, keblondrok bakul kathok. Sejatinya bukan karena kecerdikannya semata, tapi juga karena saya yang terlampau ikhlas dan begitu polosnya. Saya mah gitu orangnya.
Berikut ilustrasi paling sederhananya: Untuk membikin kopi yang biasa diminum bersama-sama, kami seisi rumah saling membantu atau boleh juga disebut berbagi peran. Sebelum orang lain membikin kopi, ia paling sigap berlari ke dapur kemudian menyalakan kompor yang di atasnya sudah terpasang teko berisi air. Sekembalinya ke perkumpulan, ia berkata: “aku wes nggodok banyu, tinggal mbikin kopi rek”.
Perbuatan memutar pemantik kompor sambil lalu lewat dapur itu, bisa ia kemas seakan-akan adalah proses memasak nan panjang. Dengan kalimat singkatnya itu, kami, teman-temannya ini, secara tak sadar menganggap itu sebagai pembagian tugas yang adil dan makmur lagi sejahtera.
Salah satu di antara kami lantas dengan suka rela mengambil gelas, meracik kopi dan gula hingga jadilah wedang kopi. Jika sedang apes, proses bisa makin panjang. Sang korban bisa ketambahan tugas mencuci gelas, membeli gula dan kopi yang sedang habis-habisnya.
Soal film India, anda tentu tahu bahwa India adalah nenek moyangnya kesusastraan Jawa. Tak heran jika gaya tulisan MasBen meliuk-liuk seperti Sunny Leone sedang bercinta menari. Kemahirannya mengolah kata bisa anda buktikan di kampusnya. Silakan mbalang sandal. Siapapun yang kena, entah pria atau wanita, coba ditanyai: “Apakah sampean kenal MasBen?”. Maka opsi jawabannya adalah: (a) Pernah ngefans (b) Pernah TTMan/ paracaran tanpa kejelasan (c) Pernah dipacarin secara resmi (d) Pernah dipacarin secara resmi tapi sembunyi-sembunyi atau (e) Semua jawaban benar.
Ayub Al-Amin, Ketelatenan Merawat CB
Penulis muda bertalenta ini adalah sosok yang hobinya luar biasa. Ia bisa melalui tiga hari tanpa makan agar CB bututnya kembali berjalan. Ia tahan gak ngudud selama sebulan asal bisa menabung demi touring di jalanan.
Jangan tanya apakah dia biasa mbonceng cewek? Ia sudah lama tak punya cinta, belum bisa move-on katanya. Praktis, selain CB, hanya Om L. Riansyah yang sehari-hari menemani kesendiriannya.
Lantas apa yang dipengaruhi oleh hobinya itu? Ketelatenannya merawat CB berdampak pada ketekunannya menjaga kebersihan rumah tercinta, rutinitas mengikuti Diskusi Reboan dan istiqomahnya dalam menulis di website kita ini. Sila cek di sini, berapa ratus tulisan yang sudah ia hasilkan.
Veri Yudha, Pengagum Arya Kamandanu
Khusus untuk yang satu ini, mohon maaf agak berbeda. Saya bingung mendefinisikan apa hobinya. Dari berkas-berkasnya, saya tak menemukan hal menarik. Hanya ada fotokopi KTP, KK, transkrip nilai yang tak seberapa dan fotokopi sertifikat-sertifikat seminar yang tidak ada kesinambungan satu dengan lainnya.
Apa yang diajarkan oleh Cak Edi kepada saya, tak sepenuhnya terbukti pada makhluk tuhan yang satu ini. Kesulitan melacak hobinya berujung pada kesulitan menemukan bukti teori Cak Ed itu. Sedikit info yang saya tahu tentangnya hanya seputar kegagalan cintanya. Gagal bukan berarti sebuah kisah cinta yang berakhir dengan kesedihan lho. Bahkan untuk disebut sebagai kisah cinta saja masih debatable.
Beberapa kali ia mencintai gadis pujaan, tapi tak pernah kesampaian. Ahmad Dhani menyebutnya sebagai “Cintaku bertepuk sebelah tangan”. Tapi untuk disebut sebagai bertepuk, setidaknya ia harus menggerakkan tangan kan? Nah, kalau lirik lagunya Dhani diganti dengan bertepuk sebelah hati baru cocok. Lha dia mencintai seperti apa yang dikatakan Pasha Ungu, “Cinta Dalam Hati” kok. Menjalani takdir, mengagumi tanpa dicintai.
Belakangan ini ia nampak rajin menulis review film Tutur Tinular. Nah, ya ini, ada titik terang mengenai relasi hobi dan karakternya (eh nasib ding bukan karakter). Diceritakan bahwa Arya Kamandanu mengalami dua kali kegagalan percintaan. Cintanya pada Nariratih dan Mei Shin, ditelikung oleh Arya Wiraraja, kakak kandungnya sendiri.
Saking ngafansya dengan Arya Kamandanu, ia mengamalkan nilai-nilai kepahlawanan tokoh fitif tersebut. Sabar, loman, ngalah lan neriman adalah pedoman hidupnya. Ia tak pernah sakit hati manakala ada teman seperjuangan atau sahabat dekatnya nyerobot peluang dari depan atau dari belakang.
Suatu ketika ia meminta kepada saya untuk ngancani mengantar kue ulang tahun pada seorang gadis. Sesampainya di lokasi, si cewek keluar rumah sambil senyum tersipu. Bocah ini hanya menyodorkan kue ulang tahun lewat sela-sela pagar rumah sambil berkata “Selamat ulang tahun ya”.
Bagaimana mungkin kue ulang tahun plus empat kata dapat melawan rival bermodal berbait-bait lagu yang diciptakan khusus untuk gadis yang sama. Tak apa Ver, jiwa kepahlawananmu akan dikenang oleh peradaban. Kisah cintamu akan ditulis menjadi naskah drama radio kemudian disinetronkan. Lantas muncul pemuda masa depan dengan karakter nasib sama denganmu kemudian hobi nulis review kisah-kisah kepahlawananmu.
Leave a Reply