Ramainya anak-anak memang selalu membawa gairah kehidupan baru, seolah spirit kehidupan kita ada pada polah tingkah mereka. Begitupun pada malam menjelang lebaran. Cukup berbekal oncor yang dibuatkan oleh masing-masing orang tua mereka, ditambah dengan gerobak kecil sebagai tempat bedug masjid, canda tawa riang mereka mengiringi malam bahagia itu. Dengan berjalan kaki, langit desa itu terlihat merona memantulkan cahaya api oncor yang dipegang oleh anak-anak. Allahu akbar Allauakbar Walillahilhamd. Teriak mereka bersahutan.
Jalan aspal desa mereka lalui bersama-sama. Suara anak-anak yang ramai tentu keindahan tersendiri untuk kehidupan ini. Sepanjang jalan mereka disambut oleh para orang tua dan keluarganya. Ada yang meneriaki macam-macam karena memang polah tingkah anak-anak kadang sulit ditebak, baik tingkah yang menggemaskan atau menakutkan. Kadang saling ejek, saling berlarian keluar barisan hingga hampir tertabrak motor. Namun tidak ada yang terganggu dengan tingkah anak-anak itu. Kendaraan yang lewatpun memahami keadaan dengan berjalan sangat lambat.
Takbir keliling anak-anak ini memang sudah menjadi tradisi tiap malam hari raya. Maklum, desa yang secara geografis berada di daerah pegunungan itu memang jarang ada takbir keliling menggunakan kendaraan roda empat sebagaimana di daerah perkotaan atau dekat dengan jalan raya. Namun begitu mereka mempunyai semangat yang sama menyambut hari raya, yakni semangat saling memaafkan dan membina ukhuwah persaudaraan.
Takbir keliling anak-anak itu selesai sekitar pukul setengah sebelas malam. Akan tetapi itu tidak menutup semangat anak-anak untuk behenti takbir. Mereka ikut nimbrung dengan para laki-laki dewasa melakukan takbir bersama, bersahutan berebut pengeras suara. Ada yang sampai tertidur di masjid, ada pula yang harus dijemput orangtuanya untuk segera pulang. Takbir itupun berlanjut semalam suntuk menyambut hari kemenangan.
Allahuakbar Allahuakbar Walillahilhamd
Leave a Reply