Judul: Kilas Balik Pemilihan Presiden 2004
Penulis: Koirudin
Pengantar: Dr J Kristiadi dan Smita Notosusanto
Penerbit: Pustaka Pelajar
Tahun: 2004
Tebal: 441
ISBN: 9793721111
Inilah pembelajaran demokrasi yang baru pertama kalinya semenjak Indonesia terkungkung dalam otoritarianisme Orde Baru. Sebuah praktik demokrasi yang bisa dibanggakan meski dijalankan dengan tertatih-tatih. Berakhirnya Pilpres 2004 selama dua putaran ini juga membuktikan bahwa partisipasi rakyat dalam ruang publik demokrasi adalah prasyarat mutlak. Dan rakyatlah yang berdaulat atas diri dan bangsanya.
Evaluasi Pilpres 2004
Sekalipun demikian segala pujian yang sudah terdengar dan terlanjur diucapkan masih harus mendapat sorotan amat tajam. Apakah pelaksanaan Pilpres 2004 yang dinilai banyak pihak sukses, tenang dan damai ini sudah berjalan sebagaimana cita-cita ideal sebuah negara demokrasi? Apakah demokrasi yang telah dijalankan telah mampu meraih hal yang lebih substansial daripada sekedar rutinitas upacara formal seperti aktivitas sepanjang 2003-2004 ini? Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut diulas secara komprehensif dalam buku ini.
Memang pelaksanaan Pemilihan Presiden 2004 secara langsung telah kita lalui dengan baik dan dengan cacat di sana-sini. Buku ini berniat untuk belajar mendokumentasikan sebagian besar peristiwa politik terpenting di tanah air sepanjang 59 tahun Indonesia merdeka ini.
Buku ini bertujuan untuk melengkapi buku sebelumnya berjudul Profil Pemilu 2004, Evaluasi Pelaksanaan, Hasil dan Perubahan Peta Politik Pasca Pemilu Legislatif 2004 yang diterbitkan Pustaka Pelajar, 2004. Paling tidak, rekaman peritiwa dan proses dalam kedua pemilu yang amat bersejarah bagi bangsa Indonesia itu bisa penulis selesaikan dengan baik.
Memang penting perekaman proses dan hasil kedua pemilu tersebut karena sang penulis menganggap bahwa pintu demokratisasi Indonesia yang paling utama setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan Reformasi Mei 1998 adalah kedua pemilu tersebut. Otoritarianisme semasa Orde Baru berpuluh-puluh tahun adalah pelajaran amat berharga agar kita tidak lagi terjebak pada rezim otokratik dan despotik yang sering mengatasnamakan demokrasi.
Melalui kebebasan pers yang sudah sedikit banyak terjamin semenjak reformasi digulirkan, penulis merasa sangat beruntung karena mendasarkan alur kronologis buku ini pada pemberitaan yang ada di media massa. Dengan memilah-milahnya seketat dan sedisiplin mungkin, memang terdapat banyak kelemahan karena pers masih sering menyuarakan peristiwa secara simpang-siur. Tetapi di situ pula letak keuntungan penulis, karena dengan demikian, penulis merasa bisa lebih leluasa untuk memberikan penilaian atau justifikasi berdasarkan kerangka teoritik yang ada. Karena itu meskipun tidak melalui dan menggunakan metode riset yang ketat dan sungguh-sungguh berdasarkan analisis wacana ataupun analisis isi berita media, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mencatat dan menjelajah dunia maya guna menyerap sebanyak mungkin peristiwa yang ada.
Konsolidasi Demokrasi
Menurut J Kristiadi, keberhasilan bangsa Indonesia menyelenggarakan pemilihan presiden secara langsung secara jujur dan adil tanpa menimbulkan gejolak yang berarti telah mendapatkan pengakuan bahkan pujian dari masyarakat internasional. Pengakuan dan pujian dunia internasional tersebut tidak dapat dilepaskan dari suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini masih dilanda berbagai konflik sosial yang oleh banyak kalangan akan berpengaruh terhadap penyelenggaran pemilihan umum.
Kekhawatiran tersebut tidak mengada-ada mengingat negara-negara yang sedang mengalami masa transisi yang tersebar di Asia, Amerika Latin serta Afrika, pemilihan umum tidak jarang berlanjut dengan konflik-konflik komunal yang sangat destruktif. Oleh sebab itu pemilihan presiden secara langsung yang telah menghasilkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla merupakan suatu langkah awal dari suatu investasi politik jangka panjang bagi rakyat dan bangsa Indonesia membangun kebiasaan yang memilih calon pemimpinnya secara demokratis. Suatu permulaan dari proses pembelajaran politik ke depan bagi bangsa Indonesia yang setelah kemerdekaan, baru kali ini rakyat dapat memilih pemimpin nasionalnya secara langsung dan demokratis.
Di sisi lain menurut Smita Notosusanto, yang mengantarkan buku ini, menyatakan Pemilu 2004 merupakan tonggak penting dalam sejarah politik Indonesia. Dalam negara yang masih mengalami transisi dari sistem pemerintahan yang otoriter menuju sistem yang demokratis, maka pemilu kedua setelah transisi politik mempunyai arti strategis. Pemilu kedua masa transisi menjadi indikator penting bagi peluang konsolidasi demokrasi. Bila pemilu kedua tidak berhasil meletakkan dasar-dasar yang kukuh bagi konsolidasi demokrasi, maka terbuka peluang bahwa sistem otoriterisme akan kembali. Hal ini terjadi di banyak negara yang telah mengalami transisi politik dari sistem otoriterisme namun justru harus mengalami kembalinya sistem yang otoriter setelah pemilunya yang kedua.
Smita juga mengatakan buku ini merupakan salah satu wujud dari dokumentasi dan kajian terhadap Pemilu 2004 yang akan sangat berharga bagi upaya perbaikan sistem pemilu melalui amandemen UU Pemilu dan UU Pemilu Presiden. Semakin banyak kajian sejenis dilakukan, maka niscaya upaya reformasi sistem pemilu akan tercapai sebelum penyelenggaraan Pemilu 2009.
Leave a Reply