El Clasico yang berarti klasik adalah nama yang diberikan pada pertandingan antara FC Barcelona dan Real Madrid. El Clasico adalah pertandingan paling banyak disaksikan oleh masyarakat diseluruh penjuru dunia. Sejarah panjang mengenai perseturuan antara kedua tim tidak hanya mengenai rivalitas sepak bola. Akan tetapi juga persaingan dan perseteruan politik, budaya dan geografis. Berikut adalah fakta lain dari El Clasico.
Catalan vs Castillan
Secara geografis, Barcelona dan Madrid merupakan dua kota terbesar yang ada di Negara Spanyol. Perseteruan memperebutkan tahta sebagai kota di Spanyol kemudian menelurkan sebuah perbedaan budaya dan emosi. Barcelona adalah Catalan dan Madrid adalah Castillian. Orang-orang Catalan adalah masyarakat yang bebas, Catalan identik dengan masyarakat daerah yang ingin mendapatkan hak istimewa dari sebuah Negara kesatuan. Bak Aceh atau Papua, jika boleh kita analogikan dengan kondisi di wilayah NKRI. Sedangkan, Castillian adalah pusat pemerintahan dan cerminan masyarakat ibukota.
Perseteruan panjang antara keduanya semakin memuncak ketika datang pemimpin bernama Jenderal Franco. Franco adalah orang Madrid yang beraliran fasisme. Ia ingin menyatukan seluruh wilayah Spanyol menggunakan tangan besinya. Termasuk membumihanguskan semua orang atau daerah yang dianggap membangkang dari pemerintahan. Mengetahui bahwa sepakbola adalah salah satu hal yang bisa dimanfaatkan untuk melanggengkan kekuasaannya. Franco kemudian mengambil alih Madrid dan menjadikan Madrid digdaya di Spanyol dan Eropa.
Hal tersebut terjadi di sekitar tahun 1950-1960an dan menjadikan Madrid menjadi klub sepakbola yang “muntah-muntah” gelar. Selain menjadikan Madrid menjadi klub nomor 1 di Eropa. Franco juga memberikan simbol “Real” dan mahkota diatas logo klub kepada klub sepak bola yang mau mengakui kekuasaannya. Agaknya dalam hal ini, Franco sedang menerapkan teori simbol milik Susanna Langer. Bahwa simbol bukan hanya tanda (sign), melainkan simbol juga mewakili ideologi, pemikiran dan kepentingan.
Walhasil, ketika El Clásico digelar semua orang baik dari kaum Castalan maupun Castillian akan memberikan dukungan melebihi pertandingan-pertandingan lainnya. Rivalitas mereka abadi, karena yang ikut bersitegang adalah ibu kota dengan daerah yang hendak merdeka. Mereka kadang-kadang diidentifikasi dengan lawan posisi politik, dengan Real Madrid sebagai perwakilan nasionalisme pemerintahan Spanyol dan Barcelona mewakili nasionalisme masyarakat Catalan.
Atas Nama Gengsi dan Dominasi
Data resmi FIFA terakhir menyebutkan bahwa La Liga Primera merupakan liga terbaik di dunia. Peringkat tersebut juga berimbas kepada perebutan posisi penguasa La Liga. Selama ini, ada stereotip yang menyebutkan bahwa La Liga adalah arena pacuan kuda antara Real Madrid dengan Barcelona. Klub lain dianggap hanya sebagai pelengkap atau cameo dalam perburuan gelar juara. Faktanya memang kedua tim adalah pengoleksi trofi terbanyak.
Perseteruan tidak hanya terjadi pada perebutan gelar juara. Perseteruan juga merambah pada aktivitas belanja pemain. Ketika Neymar didatangkan dengan segalan permasalahan akibat harganya yang fantastis, Real Madrid tiba-tiba “sekali lagi” menggegerkan dunia persepakbolaan dengan mendatangkan Gareth Bale dengan banderol lebih dari 1 Trilyun. Angka fantastis ini mungkin akan sangat naif jika hanya dipandang dari segi kebutuhan tim. Mengingat perang atas nama menjaga gengsi dan dominasi tentu juga menjadi bumbu munculnya nilai fantastis tersebut.
Disadari atau tidak, atas kebesarannya, kedua klub tersebut seolah menjadi kiblat dan cita-cita bagi hampir seluruh pemain sepak bola yang ada. Kedua klub juga selalu dihuni oleh pemain-pemain terbaik yang ada didunia. Tentu kita masih ingat di tahun 2006, ketika Barcelona diisi oleh fantastic four yang terdiri atas Ronaldinho, Messi, Henry dan Eto’o. Lalu bagaimana dengan Real Madrid? Sejarah mencatat bahwa semua orang pasti tau mengapa Real Madrid mendapatkan julukan Los Galacticos. Bagaimana tidak, disaat julukan tersebut diberikan, Madrid dipenuhi dengan nama-nama sekaliber Zidane, Ronaldo, Raúl, Figo, Beckham, dan Roberto Carlos yang bermain bersamaan.
Rivalitas kedua tim juga ikut menjadikan apparel olahraga paling beken didunia berbondong-bondong ikut memanaskan situasi tersebut. Real Madrid bekerjasama dengan Adidas, merek apparel olahraga yang bersaing ketat dengan Nike. Sementara Nike, terpampang jelas di dada bagian kanan tim kebanggan warga Catalan.
Robot vs Alien
Mozart adalah jelmaan dari sosok yang mewarisi bakat alami dari sang maha kuasa. Sedangkan rivalnya, Salieri mewakili sosok yang mencapai kesuksesan dengan kerja keras dan usaha. Keduanya bersaing untuk menjadi nomor satu sebagai komponis di masanya. Meski tidak ada legalitas atas hasil rivalitas keduanya, hampir semua orang akan sepakat bahwa Mozart adalah pemenangnya. Dia yang terbaik dan nomor satu. Salieri adalah komponis nomor satu andai dia tidak hidup di zamannya Mozart.
Di dunia sepak bola, hubungan dengan pola yang sama juga terjadi antara Lionel Messi dengan Cristiano Ronaldo. Lionel Messi merupakan sosok yang dianggap memiliki bakat tuhan atas kemampuannya mengolah dan bermain sepak bola. Caranya mengolah bola dan pemahamannya dalam membaca segala hal diatas lapangan memang bak mu’jizat dari tuhan. Sedangkan Ronaldo, ia adalah tipikal orang yang dalam menggapai kesuksesannya melewati segenap usaha dan kerja keras. Meski tak memiliki bakat seperti Messi, Ronaldo adalah pesaing yang mampu menyamai level permainan Messi.
Kebetulannya, kedua pemain merupakan ikon klub Real Madrid dan Barcelona. Messi adalah rajanya Barcelona, sedangkan Ronaldo adalah bos di Real Madrid. Rivalitas pribadi kedua pemain seolah menambah panasnya pertandingan El Clasico. Well, bisa dibayangkan bagaimana berjalannya pertandingan antara tim terbaik dan termasyhur di muka bumi ditambah dengan perseteruan Mozart dan Salieri.
Leave a Reply