Judul: The Magic of Belle Isle
Sutradara: Rob Reiner
Penulis: Guy Thomas
Pemain: Morgan Freeman, Virginia Madsen, Madeline Carroll dkk
Produksi: Magnolia Pictures
Tahun: 2012
Film ini mengisahkan seorang penulis novel bernama Monte Wildhorn (Morgan Freeman) yang sedang menghabiskan liburan musim panas di tepi sebuah danau di Belle Isle. Sebagai pecandu alkohol, ia ingin menghabiskan liburannya dengan mabuk-mabukan saja. Ia ingin berhenti menulis.
Ia bertetangga dengan Charlotte O’Neil (Virginia Madsen), single parent berputri tiga. Willow, Finn dan Flora.
“Mr. Monte, kenapa Anda berhenti menulis?” tanya Ny O’Neil suatu ketika. “Alasan yang sama ketika aku berhenti percaya pada agama, Tuhan meyakinkanku kalau Dia adalah ateis” jawab Monte.
Pulau Belle betul-betul magic. Tempat ini bukan saja berhasil membantu Monte untuk menemukan kembali kekuatan menulis yang hilang, juga ia mendapatkan kedamaian menemukan orang-orang yang tanpa sengaja bisa menggugah motivasinya untuk kembali hidup dan berkarya.
Ia yang tidak bisa berjalan hingga menggunakan kursi roda karena sebuah kecelakaan menemukan kembali arti hidup di Belle Isle sepanjang liburan musim panas. Bahkan dengan kehadirannya di Belle Isle ternyata melahirkan harapan baru bagi seorang anak autis (Carl) untuk kembali menjalani hidup yang penuh imajinasi.
Imajinasi, Kekuatan Paling Kuat
Semua berawal dari kisah Finn yang meminta Monte untuk mengajari mengarang cerita. Kisah Finn (Finnegan) yang diperankan Emma Fuhrmann (9,5 tahun) yang ingin meminta bantuan Monte tentang apa itu imajinasi.
“Aku suka kisah tentang mahluk asing dari luar angkasa,“ kisah Finn memulai percakapannya. Monte mengatakan, “Makhluk asing memiliki tempatnya sendiri. Tapi kau tak perlu meninggalkan planet ini untuk menceritakan cerita yang bagus tentang makhluk angkasa.”
“Bagaimana cara membuatnya?” sergah Finn. Monte pun menjawab, “Gunakanlah imajinasimu. Ia adalah kekuatan yang paling kuat yang pernah dibuat untuk manusia.”
Bagi Monte, pengarang tidak perlu ikut perang sipil koboi untuk bisa mengarang karya bagusnya seperti The Saga of Jubal McLaws, sebuah novel yang memperoleh Buckaroo, sebuah penghargaan tertinggi dari Wetern Authors Academy.
Ya, begitulah ikhwal tentang menulis. Pekerjaan mengarang adalah pekerjaan tentang imajinasi. Berawal dari imajinasi berbagai perubahan dalam kehidupan ini terjadi. Imajinasi mendorong manusia untuk membuktikan hal-hal yang mula-mula tidak terbayangkan untuk bisa dicapai. Berkat dorongan mimpi dan imajinasi ini pula, pembangunan, perusakan dan pertentangan antara keserakahan dan adu kedigdayaan dimulai.
Dan semua imajinasi itu bisa dimulai dengan satu pekerjaan sederhana nan kompleks yang bernama: menulis!
Jangan Pernah Berhenti Mencari yang Tidak Ada
Imajinasi adalah permulaan yang akan mengubah segalanya. Seorang Einstein, ilmuwan maha jenius yang kita kenal pun berujar, “Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited to all we now know and understand, while imagination embraces the entire world, and all there ever will be to know and understand.”
Begitu pula yang kita ingat dari seorang Geoge Bernard Shaw, seorang novelis, kritikus, esaias, politikus, dan orator Irlandia yang masyhur. Baginya imajinasi adalah awal penciptaan. Kita membayangkan yang kita inginkan, menginginkan apa yang kita bayangkan, dan akhirnya kita menciptakan apa yang kita inginkan. Begitulah imajinasi mempengaruhi kehidupan manusia dan bumi ini.
Imajinasi bukanlah gumpalan ide-ide kosong. Kehidupan ini sudah begitu banyak membuktikan semua peristiwa besar bisa dirunut dari imajinasi mereka yang ada di baliknya.
Hingga kini pun Einstein percaya bahwa “energi mengikuti imajinasi”. Ia serius dengan keyakinannya tentang hukum kekekalan energi. Imajinasilah yang membuat dia banyak merancang berbagai gagasan spektakuler-nya.
Steve Jobs (Apple), juga menempatkan imajinasi sebagai sesuatu yang utama di balik produk-produknya yang sudah mengubah dunia. Ia berkata, ”Orang tidak tahu apa yang mereka inginkan sampai kami menunjukkan seperti apa bentuknya. Itulah mengapa saya tidak percaya kepada riset pasar. Tugas kami adalah membaca segala sesuatu yang belum pernah ditulis di atas kertas.”
Itulah imajinasi!
Ya … imajinasi adalah segalanya. Itulah ajaran terpenting yang disampaikan Monte (novelis masyhur yang pemabuk) kepada Finn, seorang bocah umur 9,5 tahun tetangganya.
“Kenapa kau tak pernah menulis dengan komputer?” tanya Finn suatu ketika. Monte pun berkisah. Aku suka menulis perlahan secara manual. Aku suka suaranya. Aku suka cara huruf menempel di kertas. Aku suka merasakan ada manusia sejati melakukan tugas ini. Aku suka melihat yang tidak ada.
Imajinasi, kata Monte, adalah dunia misterius. Seseorang bisa tersesat dan tak menemukan jalan kembali. Hanya seorang “pemberani” (seperti sosok bocah Finn) yang berani berkata kepada sang novelis, “Ajari aku tentang berimajinasi.”
Dan imajinasi, adalah jangan pernah berhenti melihat dan mencari yang TIDAK ada.
Leave a Reply